Happy Reading"Hari ini aku ngga sekolah ya? Ortu aku pulang," sahut Chika di pagi hari. Meski begitu, ia tetap memakai seragam sekolah.
"Yah, kamu pulang..." keluh Vivi.
"Besok - besok gantian kamu nginep di rumah aku."
"Eh, tapi hari ini ulangan lho, Chik?"
Chika menjawab tanpa beban, "Ketemu ortu aku lebih langka daripada ulangan. Masih bisa nyusul atau... ya pokoknya pentingan soal ortu lah."
"Pasti kamu kangen banget ya?" Vivi mengusap - usap punggung Chika. Menarik lengan agar kepalanya bersandar di bahu Vivi.
"Aku pengen cerita, pengen Mama denger apa yang aku mau bilang. Banyak hal. Pengen Mama ngasih aku nasihat. Kalau aku pengen ini itu, Mama jelasin kenapa aku harus pilih itu bukannya ini. Kamu ngerti kan, Vi?" Chika mengapit lengan Vivi, menciumi punggung tangannya.
Vivi menyadari, Chika sebegitu merindukan kehadiran kedua orang tuanya. Bahkan sampai lebih penting ketimbang urusan sekolah. Materi tak bisa membahagiakannya secara mutlak.
"Iya, Chik. Hari ini pasti seru ya? Setidaknya hati lega, ketemu Mama sama Papa kamu."
"Vi..."
Vivi melirik arah mata Chika di bawahnya. "Ho oh..."
Cup
Chika bangkit dari tiduran di paha Vivi dan mengecup bibir Vivi mesra pagi itu di kamar. "Mmmmh..." Vivi sampai mengerang karena Chika menahan kepalanya. Ia biarkan bibirnya dilumat dan dipagut Chika. Terasa lidahnya di dalam rongga mulutnya dimainkan tarian lidah Chika. Sampai nafas Vivi merasa terengah, baru dilepaskan Chika. Hembusan nafas naik turun Vivi karena engap membuat Chika terkekeh. Sekali lagi Chika mencium bibir Vivi. Bisikan kata sayang dan rayuan gantian terdengar samar di telinga Vivi.
"Aku sayang banget sama Vivi."
Kemesraan mereka terganggu panggilan makan Pak Badrun yang meminta mereka sarapan pagi.
°°°
"MAMA! PAPA!" teriak Chika melompat - lompat kegirangan saat melihat kedua orang tuanya sudah terlihat di dalam area terminal kedatangan luar negeri. Keduanya membalas lambaian tangan anaknya yang amat gembira menyambut kepulangan mereka.
Chika memeluk erat Papa dan Mamanya setelah keluar di ruang tunggu. Tak dapat dipungkiri keharuan jelas terlihat di antara mereka. Tangis haru jadi bagian dari kesenduan pagi itu. Betapa Chika berbahagia pada akhirnya bisa melepas kangen dengan mereka. Seminggu rasanya waktu yang cukup lama bagi Chika yang seorang diri di rumah.
"Gimana sekolah kamu?" tanya Papanya di dalam mobil. Ada supir keluarga yang menyertai mereka.
"Aku bolos. Hehe. Biar bisa jemput Papa sama Mama." Chika menggelayut di bahu Mama dan Papanya bergantian. Ia duduk di tengah - tengah. Kedua lengan mereka diapit tangan Chika, seolah tak ingin mereka pergi lagi.
Mamanya mencolek gemas hidung Chika, "Hayoo, anak Mama nakal ya!"
"Sekolah kan setiap hari, ketemu Papa sama Mama kan jarang," ujar Chika.
Perkataan Chika barusan membuat kedua orang tuanya saling bertatapan dalam kegamangan. Ada gestur alis menaik dan kebimbangan di sana. Terlebih ketika Chika melanjutkan kalimatnya.
"...Papa sama Mama ngga pergi lagi kan? Chika pengen jalan - jalan, nonton, makan. Ya gitu deh standar." Manik coklat Chika melirik mata kedua orang tuanya. Wajah manja anaknya memaksa mereka harus mengiyakan tanpa ada opsi menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia [ChiMi] [END]
FanfictionDia yang mencari teman, cinta, dan keluarga. Bisakah dia menemukan ketiganya? Start : Wed, Feb 17, 2021