Part 13

1.7K 268 14
                                    


Karena vote sudah mencapai 70. Hari ini double update. Apakah part 13 ini bisa mencapai 100? Jadi triple update menemani malam minggu. Hehehe. Terima kasih yang sudah vote dan komen.

Tolong jangan dipermasalahin lagi ya soal kapal.
I beg you, please.
Ini Chimi...
Vikuy, Vimir, Aramir apapun itu bagian dari cara saya bercerita
(-_-メ)

Happy Reading

Setelah keterkejutan soal Mira, Chika dikejutkan lagi ketika mobil memasuki halaman rumah. Ia melihat Vivi duduk di teras sambil memeluk tubuhnya sendiri, menggigil kedinginan. Motornya terparkir di depan garasi. Chika lekas keluar mobil dan menghampiri pacarnya. Ia menangis tersedu mengetahui wajah Vivi pucat. Sementara di luar hujan kembali deras.

"Vivi kenapa? Kok ngga masuk?" Chika terisak, merangkul Vivi ke dalam.

"A-aku basah kuyup. Ngga enak kotor," jawab Vivi, tangannya tremor.

"Ini siapa, Chika?" tanya Mamanya.

"Ini ayangnya Chika, Mah. Ini Vivi. Tolongin, kasian." Chika malah menangis keras. Menggandeng Vivi ke ruang tamu.

"Ya Tuhaaan. Bawa ke kamar, Chik. Mama buatin teh hangat dulu ya sayang?"

Chika lekas mengapit lengan Vivi ke kamarnya di lantai atas. Segera ia menyelimuti tubuh Vivi dengan selimut tebalnya agar merasa hangat. Rambut Vivi yang lepek, ia keringkan dengan handuk dan hair dryer. Vivi diam saja melihat Chika amat panik. Tak kuat menahan dingin. Ia juga merasa tak enak hati. Giginya sampai gemeretak.

Mamanya Chika masuk ke dalam kamar membawa teh hangat dan langsung diminumkan ke Vivi.

"Sebentar ya, Chik. Mama sedang masak sup untuk teman kamu," ujar Mamanya.

"Ini pacar Chika! Bukan temen!" Chika ngegas, menyeka air matanya.

"Iya iya, pacar maksud Mama. Maaf. Sebentar ya sayang," Mamanya geleng - geleng kepala. Anak semata wayangnya begitu sayang dengan gadis itu. Mamanya lalu keluar kamar dan menutup pintu.

"Ma-af nge-repotin, Chik," bisik Vivi terbata - bata.

Chika sedang sibuk mengambil baju ganti untuk Vivi dari lemari. Ia lempar ke atas tempat tidur.

"Vivi kenapa sih sakit? Kan tadi pagi udah Chika cium? Vivi nakal ya?" tuduh Chika mendelik.

Vivi menggeleng sebelum diterkam. "Suer, eng-ga. Ngan-ter pulang Marsha tadi," Ia berkata apa adanya.

"Tuh kan...luntur deh cintaku..." tukas Chika. Vivi berusaha keras menahan tawa. Bisa - bisanya Chika semanja itu disaat seperti ini.

"I-ya, maaf..."

"Mau aku gantiin baju atau ganti sendiri?" desak Chika.

"Ak–"

"–udah biar Chika aja! Kenapa? Malu? Tadi ciuman diliatin Ibu kamu kok ngga malu?" Chika terus bicara tanpa memberi Vivi kesempatan. Matanya terus berair.

Chika membuka selimut Vivi. Baru hendak membuka kancing baju Vivi, tangannya digenggam Vivi. "Jangan, Chik. Please." Ia menggeleng. "...biar aku sendiri. Ma-maaf ngerepotin."

Vivi mengganti bajunya sendiri di tepi tempat tidur, sementara Chika meringkuk di antara lututnya, memunggungi Vivi. Ia terisak sekali.

"Vivi ngga ngerepotin. Chika sedih Vivi sakit."

"Tadinya aku mau pulang, tapi beneran ngga kuat kedinginan. Kecapekan kali. Aku mampir sini," tutur Vivi lemah. Ia memberi jeda, "...aku dah ganti baju."

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang