Part 7

2.1K 300 35
                                    


Buat yang bingung ini Chimi atau Vikuy atau apa?

Ini ChiMi.

Baca aja ceritanya dulu. Karena saya punya alur cerita. Ngga terus - terusan ChiMi. Ada prosesnya nanti ke ChiMi makin banyak. Ini yang bikin saya jadi males nulis lagi. Banyak fanatik nahkoda kapal. Jadi sulit banget bercerita. Ff ini masih panjang. Di draft udah sampai part 20. Kalau vote masih stabil, bakal terus saya lanjut. Terima kasih. :)

Happy Reading

Chika menceritakan perihal kejadian waktu di bar waktu itu. Vivi tiduran di tempat tidur mendengarkan dongeng Chika. Tak sampai sejengkal jarak manik indah mereka saling pandang. Vivi mengagumi kecantikan Chika alih - alih menyimak.

"Biasa minum sirop sih ya?" ledek Vivi.

Chika yang polos, cuek saja membiarkan Vivi tertawa dan mata Vivi menelusur wajah serta dirinya. Ia terus bercerita, "Ihh, zuzur ya, Vi. Aku malu disorakin minum cola doang. Jadi aku coba koktail. Eeh enak tapi panas di tenggorokan. Aku minum lagi tiga gelas, eh tepar. Hahaha..."

"Lagian ngapain dah ke bar?"

"Chika kesepian. Di rumah ngga ada siapa - siapa. Di bar kan rame banyak temen - temen." Wajah Chika berubah sedih.

Kaya, dimanja, apapun dituruti, semua tersedia di rumah, dan diperbolehkan membawa mobil ke sekolah. Rasanya kesemuanya belum cukup bagi Chika untuk bisa membuat hatinya senang. Dalam masa pencarian identitas diri, ia memang memiliki banyak teman. Tapi tak semuanya bisa memberinya suasana yang diinginkannya selain rasa sepi.

"Temen - temen kamu, ajak nginep aja di rumah," Vivi mengusulkan.

"Sama bosennya di rumahku. Sepi. Ujung - ujungnya kita hangout juga, Vi"

"Ooh, seringnya kemana?" Vivi coba menggali cerita Chika. Ia ingin tau semua tentang gadis itu. Selama ini, ia sungkan akrab sama primadona sekolah itu. Kesempatan seperti ini ia anggap tak akan datang dua kali.

Chika menarik guling dari tangan Vivi, mengapitnya dengan pahanya. "Muter - muter aja keliling. Beli bir. Ketawa - ketawa. Mampir kafe yang masih buka, ngobrol. Terus ke mekdi yang buka dua puluh empat jam sampe pagi. Sampe rumah tidur kayak orang mati, bangun udah sore." Chika senyum - senyum mengingat semua ceritanya.

"Seru ya?" Vivi deg - degan menatap terus gummy smile Chika. Seperti ada magnet kuat yang menarik matanya ke arah itu.

"Pas di rumah ya bosen lagi. Aku sampe benci tidur."

"Jalan ninja kita ternyata beda ya, Chik?" Vivi membanggakan diri. Seolah sebuah pencapaian terbesar dalam hidup.

"Tapi kita punya kesamaan..." timpal Chika.

"Sama - sama males. Lo males tidur, gue males bangun," tandas Vivi dengan intonasi malas. Setidaknya ada satu keterkaitan fakta meski bertolak belakang secara komprehensif.

Chika menghela nafas panjang, "Kesamaan kok males ya? Males banget. Hahaha..."

"Di rumah gue gimana? Masih kesepian, Chik?"

Chika menggeleng. "Seneng. Seneng banget." Manik coklatnya berbinar - binar. Senyumnya bikin Vivi pengen mimisan.

"Biar lo di rumah nanti ngga sepi, gue pindah ya?"

"Maksudnya, Vi?" Alis Chika menaik. Mengikis jarak ke wajah Vivi.

"...pindah ke hatimu." Vivi mengerucutkan bibirnya. Mengharap cium.

"Dih...tak semudah itu weh..." Chika menjulurkan lidahnya. "Dah lah. Aku ngantuk..." Ia balik badan memunggungi Vivi.

Lima menit Vivi tak menyusul memejam. "Chika..."

Chika menengok ke belakang, "...apa?"

"Aku suka sama kamu..." ucap Vivi satu tarikan nafas. Jantungnya berdegup kencang secara dramatis.

Chika acuh, kedua alisnya menyatu, sudut bibirnya menurun, "...kaga romatis bet lu, Badrun!" Ia kembali memberi Vivi punggungnya.

Terdengar lenguhan dari arah belakang Chika. Yang Vivi tidak tahu, Chika tersenyum. Matanya malah tak bisa dipejamkan juga. Chika membalik badannya. Vivi sudah terlelap. Lelah menunggu respon balasan cintanya.

"Vivi..." panggil Chika.

Vivi membuka matanya, tanpa ia sadari jarak wajah mereka tak sampai seruas jari. Tangan Chika bergerak menarik kepala Vivi. Satu pagutan lembut ia rasakan di bibirnya, Chika sampai memiringkan wajahnya menikmati ciuman agresif itu. Vivi yang terdiam kaku membiarkan ketika lidah Chika menelusup masuk ke dalam rongga mulutnya dan menari - nari di sana.

Ciuman pertama Vivi.

Sekian detik yang amat mengesankan bagi Vivi dan tentu juga Chika. Apalagi ketika Chika menyudahi ciuman itu dan kembali memunggungi dirinya. Di sana Chika terkekeh pelan. Membiarkan Vivi tetap cengo tak menyangka aksi Chika barusan. Seperti mimpi yang langsung terealisasi.

"Besok diulang lagi!" Chika ketus.

"Ciumannya?" pertanyaan yang wajar dari sebuah permintaan yang bias menurut Vivi.

"Ihh....nembaknya weeh." Chika cengengesan di balik sana.

"Oh." Vivi meng-O. Masih melongo.

Vivi masih nge-hang sekian detik sebelum akhirnya memejamkan mata dalam hamparan senyuman manisnya.

°°°

Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, Vivi menyempatkan membawa motor Mira ke bengkel atas permintaan Chika. Pihak bengkel menolak dan meminta mereka datang lagi jam sepuluh karena belum buka. Begitu disodori sejumlah lembar uang merah sama Chika, mata pemilik bengkel langsung hijau #00FF00 dalam kode warna RGB.

"Baik banget sama Mira, sampe bayarin bengkelnya," tanya Vivi interogatif.

"Kasian weh, motornya dipake buat kerja di bar sama berangkat sekolah. Dah gitu mereka ngontrak bareng," papar Chika.

"Kok tau banget?" Ekor mata Vivi mencuri tatap.

"Vivi cemburu?" Chika bertanya balik. Raut wajah Vivi seketika mengguratkan kerutan di dahi dan alis yang menyatu.

Vivi menggeleng, "Lha ngapain juga cemburu?" Ia denial.

Tangan Chika mengapit lengan Vivi, "Baru juga jadian berapa jam udah cemburu." Chika menyindir.

"Dah lah, naik apa ini ke sekolah?" Vivi mengalihkan pembicaraan.

Chika lalu bernyanyi riang. Vivi serius mendengarkan sambil berjalan ke arah jalan besar. "Naik delman kuturut Vivi ke sana. Delman istimewa eh bayarnya patungan. Ku duduk samping Vivi yang sedang mencinta. Menyayangi Chika supaya ga mabok lagi. Dug dig dag dig dug dig dag dig dug suara hati Vivi, tuk utuk utuk utuk utuk Vivi lucu banget...."

Cup

Chika tiba - tiba mencium pipi Vivi lalu berlari sembari tertawa lepas.

"Hadeeh Chika...Chika. Bikin gue jadi sayang aja lu!"

°°°

Tbc

Aku juga sayang kamu, iya kamu.

Aku juga sayang kamu, iya kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang