.
.
.
.
.Renjun malam ini termenung di balkon dorm. Matanya menatap kosong jalanan padat kota Seoul di bawah sana. Pikirannya menerawang pada semua yang sudah terjadi padanya. Semuanya, termasuk hubungan rahasianya dengan bandmates nya sendiri.
Dimulai dengan ingatan dimana pemuda Lee itu mulai menunjukan afeksi lebih padanya. Bersikap cemburu saat Renjun berdekatan dengan member lain dan jangan lupakan dimana pemuda Lee itu kedapatan menatap dalam Renjun dengan mata tajamnya. Ya, Renjun ingat semua itu dimulai 4 tahun yang lalu. Saat mereka masih remaja yang baru memasuki tahap mencari tau dan menemukan jawabannya sendiri.
Dan Renjun ingat bagaimana kelanjutan dari semua afeksi khusus itu. Di mulai dari awal tahun itu. 3 tahun yang lalu. Dimana Renjun merasa lucu saat pemuda Lee itu berkata jika posisinya terancam karena sahabat karib pemuda Lee itu kembali. Tentu saja lucu jika mengira pemuda Na yang bahkan baru selesai menyelesaikan terapinya malah dianggap halangan terberat pemuda Lee itu. Hal konyol, tapi sering dijumpai di kehidupan nyata dan tidak nyata.
Kembali lagi dengan ingatan masa lalu Renjun. Di pertengahan tahun yang sama, dimana Renjun dan semua member mendapatkan project besar. Semua unit bergabung dan pemuda Lee itu mengambil kesempatan yang bagus. Dimana saat kamera sibuk dengan member lain dirinya bisa dengan sepuasnya berduaan dengan Renjun. Ya, kemana pun Renjun pergi maka pemuda Lee itu ada di belakangnya. Tidak mau jauh dari si mungil. Dan sekali lagi Renjun merasa lucu begitu mengingatnya.
Hubungan mereka kembali menjadi lebih serius ketika pemuda Lee itu mengatakan isi hati dan pikirannya. Tepat di atap gedung agensi, berbekal seikat bunga mawar merah dan sebuah boneka karakter kesayangannya. Layaknya kisah romansa di buku novel yang selalu ia baca di kamar Jaemin, Renjun menerimanya. Tepat pada tanggal 23 Juli di bawah hamparan bintang-bintang dan bulan yang menjadi saksi.
Mereka berdua menjalaninya secara sembunyi-sembunyi. Agak melelahkan namun mereka menjalaninya tanpa mengeluh.
Jika kisah cinta di novel hanya terhalang oleh restu orang tua, maka lain lagi dengan cerita mereka.
Terhalang restu orang tua sudah pasti mereka dapatkan. Tapi soal restu dari orang-orang yang berkedok menjadi penggemar mereka? Apa mereka mendapatkan semua restu itu? Semua, semua penggemar mereka. Apa dia dan pemuda Lee itu mendapatkannya? Renjun rasa tidak.
Renjun tidak bodoh untuk tidak mengetahui jika kedekatan dirinya dan pemuda Lee itu masih dihalang-halangi. Jangankan oleh penggemar, pihak agensi pun terkadang sengaja menjauhkan mereka berdua. Dengan alasan menjaga batas dan image mereka sendiri. Jika dikata mereka marah atau tidak? Tentu mereka marah sekaligus lelah. Di dunianya hal seperti ini terekspos sama artinya dengan mati. Yang ingin Renjun lakukan adalah hidup damai, dikasihi dan disayangi, serta dicintai oleh orang yang dicintainya. Renjun mendapatkan yang kedua tapi untuk yang pertama rasanya sangat sulit untuk didapatkan. Renjun tidak ingin mengutuk hidupnya menjadi seorang penyanyi, tidak. Ini impiannya. Namun orang-orang disekitarnya kerap membuat ini terasa begitu berat. Jangankan untuk berjalan, untuk bernapas pun terasa berat disetiap tarikannya.
Renjun menghela napasnya panjang. Kedua tangannya menggenggam besi pembatas balkon yang terasa dingin. Sama seperti sikap orang-orang yang kerap ia temui di luar sana. Hidupny terasa berat memang. Namun selagi ia punya teman, keluarga, dan seorang kekasih yang tetap mendukungnya ia merasa sedikit lega. Senyum kecut terlampir di bibirnya. Untuk ketiga kalinya Renjun merasa lucu akan alur hidupnya.
Terlalu mendalami pikiran hingga tidak sadar jika di belakangnya sudah berdiri seseorang yang sedari tadi ia pikirkan. Sosok berbadan besar itu merengkuh tubuh mungil di depannya ke dalam sebuah pelukan. Kedua tangannya ia sampirkan di pinggang mungil itu. Dagunya ia letakkan di atas bahu sempit, tersenyum melihat reaksi kaget dari makhluk mungil di depannya.
"Kenapa berdiam diri di sini? Di sini sangat dingin dan bahkan dirimu berani memegang besi beku itu."
Yang lebih besar berucap lebih dulu. Terlihat kepulan uap keluar saat dirinya berbicara.
"Hanya memikirkan masa lalu."
Renjun melepaskan pegangannya pada besi dan beralih mengusap lengan kekar yang melingkar di pinggangnya.
"Masa lalu kita berdua?"
Dan Renjun pun mengangguk pelan. Tidak ada gunanya untuk berbohong pada pemuda Lee di belakangnya ini.
"Apa kau memikirkan semua komentar jahat itu? Komentar tentang kita?"
"Kurasa begitu..."
Pemuda berbadan kekar itu menghela napas dan mencoba membalik badan kekasih mungilnya. Dilihatnya raut wajah yang terlihat lelah walaupun senyum manis itu tercetak disana. Lee Jeno tau jika kekasihnya lelah dengan takdir yang ada.
"Renjunnah... biarkan mereka berkata apapun tentang kita karena merek tidak tau apa yang kita rasakan dan kita lakukan. Mereka tidak tau berapa banyak kalimat 'aku mencintaimu' yang kita ucapkan. Mereka tidak tau kebahagian kita terletak dimana. Mereka hanya melihat luarnya saja, mereka tidak tau apa yang terjadi di balik layar. Mereka tidak tau perasaan ini karena mereka cemburu dengan kita. Kau mengerti? Kau itu spesial dimataku, hanya kau yang aku mau. Mereka hanya cemburu karena hanya kau yang berhasil menaklukan hatiku. Mereka bisa berkata apapun tentang kita karena mereka tidak tau perjuangan kita selama ini. Mereka tidak tau soal kita, Renjun."
Semua kalimat panjang itu Renjun cerna baik-baik. Jeno benar. Ini kisah mereka, kisah cinta mereka. Orang-orang diluar sana hanya menjadi penonton yang hanya tau mereka di depan layar namun tidak tau perjuangan mereka di balik layar yang begitu menyakitkan. Mereka hanya iri dengan kedekatan antara dirinya dan Jeno.
Jeno benar, mereka hanya cemburu melihat mereka berdua. Bersama.
Kecupan singkat mampir di bibir Jeno. Renjun lah pelakunya. Dan Jeno tersenyum manis padanya. Itu artinya dia berhasil menghibur hati si mungil bukan?
Jeno menyatukan kedua kening mereka. Menempel begitu dekat hingga kedua ujung hidung mereka bersentuhan.
"Ingat ini, Renjun. Semua hal buruk yang mereka katakan tentang kita itu hanya bentuk dari kecemburuan mereka. Mereka begitu cemburu hingga melontarkan kata-kata kasar. Tapi aku disini, untukmu dan selalu ada buatmu. Kita lewati ini bersama dan bersama kita akan semakin kuat. Ini belum seberapa, Renjunnah. Masih banyak tantangan yang akan kita hadapi dikemudian hari, tapi aku yakin kita akan kuat menghadapinya. Jadi tetaplah bersamaku dan jangan pernah berpikir untuk menyerah karena kau memiliki ku. Aku mencintaimu, Huang Renjun."
"Aku juga mencintaimu, Lee Jeno"
Kedua bilah itu kembali menyatu, menyalurkan perasaan mereka satu sama lain. Di bawah bintang-bintang dan bulan, layaknya malam 3 tahun yang lalu.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Norenmin
FanfictionHanya ada Jeno, Jaemin, Renjun Start : 26 - 08 - 19 End : ∞