.
.
.
.
.Hujan saat musim gugur merupakan hujan yang dihindari oleh semua orang. Tentu saja karena hawa dingin yang datang membuat semua orang memilih untuk tetap berada di rumah dengan penghangat yang menyala. Tapi itu semua tidak bisa Renjun dapatkan malam ini. Hujan mengguyur Seoul dengan deras. Tubuh mungilnya basah. Kali ini dia berada di taman pinggir sungai Han. Tak ada niatan untuk kembali pulang ke rumah. Bahkan dia ragu jika dia masih punya rumah selain rumah aslinya di Jilin. Dirinya masih pada posisi yang sama, duduk di sebuah ayunan dengan hujan yang dia biarkan membasahi dirinya. Tak peduli dengan hawa dingin yang menusuk tubuhnya. Bahkan dia tak sadar jika bibir mungilnya mulai terlihat membiru dan bergetar karena dingin. Dia membutuhkan kehangatan. Tapi pertanyaannya adalah, dari mana dia mendapatkan kehangatan itu?
Meskipun jika pertanyaan itu muncul, dengan senang hati para penggemar nya akan menjawab kalau mereka lah yang akan memberikan sosok mungil itu kehangatan. Tapi dia ragu jika para Hyungnya akan memberikan kehangatan yang sama seperti apa yang penggemar nya lakukan. Bahkan setelah semua kesalahan yang telah dia perbuat hingga akhirnya mereka semua emosi pada puncaknya. Renjun masih mengingat apa yang dikatakan Hyung kesayangannya, Winwin.
'tidak bisakah kau bertindak dewasa?! Kau sangat kekanak-kanakan, Renjun!'
Kekanak-kanakan.
Ah... kata-kata itu sering sekali ditujukan padanya. Sudah berapa kali dia mendapatkan kata-kata itu dari para member dan haters nya? Rasanya ratusan kali dia mendengar dan membaca kata-kata itu. Apa yang salah padanya? Apa yang salah di dirinya? Apa dia salah saat melakukan sesuatu? Apa dia salah jika dia bernapas? Apa dia salah jika dia hidup? Apa semua orang masih menginginkannya?
Ah... memikirkan semua hal itu malah membuat kepalanya sakit. Dia bangkit dari ayunan tua itu menuju sebuah pohon besar yang letaknya tak jauh dari sana. Rintikan hujan masih dengan kasarnya menabrakkan diri ke tubuh rapuh Renjun. Renjun bisa merasakan tetesan hujan yang kuat di punggung dan kepalanya. Mungkin ini yang membuatnya tak fokus berjalan. Langkahnya terseok-seok menuju pohon tempat tujuannya. Sesekali dia sempat oleh saat merasakan kakinya terasa seperti jelly. Pandangannya juga sempat buram. Entah karena pusing yang dia rasakan atau efek hujan yang turun dengan deras? Dia tak bisa membedakannya, rasanya sama saja.
Renjun berhasil duduk di bawah pohon besar ini. Walaupun dia masih tetap kebasahan, tapi setidaknya rintikan hujan itu tidak begitu kasar saat menabrakkan diri ke tubuhnya. Dia senderkan tubuhnya ke batang pohon besar itu sembari mengamati keadaan sekitar yang sepi. Hanya ada lampu taman dan lampu dari jembatan yang terlihat buyar berkat hujan deras. Sepertinya hujan ini akan terus turun hingga pagi besok. Jam di tangannya menunjukkan angka 9, itu artinya sudah sekitar 4 jam dia pergi dari rumah dan sudah 2 jam dia membiarkan dirinya terkena hujan.
Renjun yakin jika para Hyung dan dongsaeng nya tengah menikmati secangkir coklat panas buatan Jaehyun. Duduk bersama sambil menikmati acara televisi. Renjun bisa membayangkan hal itu. Tapi dia tidak bisa membayangkan jika dirinya berada di tengah-tengah kehangatan itu. Terlalu berharap jika dia bisa mendapatkan kehangatan yang begitu nyata dari semua member.
Ah, kepalanya mulai terasa berat. Apa ini tanda jika dirinya harus tidur? Kelopak matanya pun turun ke bawah. Mungkin tidur sebentar bisa membuatnya melupakan kejadian yang sudah dia lewati seharian ini. Memecahkan mug kesayangan Haechan. Merusak CD album milik Taeyong. Terus melakukan kesalahan saat dia berlatih vocal dengan Doyoung. Menghilangkan partitur milik Mark. Dan yang menurutnya paling parah, membuat Chinese line begitu kecewa padanya. Ah, sudah berapa orang yang dia buat kecewa dan marah?? Mungkin mereka semua marah padanya. Dan mungkin hal itulah alasan kenapa mereka tak berbicara sedikit pun saat dirinya akan pergi tadi.
Biarkan, bukankah dia sudah terlalu terbiasa dengan kesendirian? Rasanya kesendirian itulah yang menjadi temannya setiap saat. Begitu setia di sampingnya. Tak peduli seberapa senang atau sedih, hal itu selalu ada mengiringinya.
Matanya mulai memberat. Tak bisa ditahan lagi dan juga dirinya sudah lelah untuk menahan kantuk yang datang. Dia biarkan kelopak mata itu tertutup. Bahkan dia membiarkan sorot cahaya itu menyoroti wajahnya. Dia lelah, sudah terlalu lelah. Tubuh dan hatinya sudah lelah dengan dunia ini. Jadi tak masalahkan jika dia pergi istirahat dari dunia ini?
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Norenmin
FanficHanya ada Jeno, Jaemin, Renjun Start : 26 - 08 - 19 End : ∞