thirteen

1.5K 188 5
                                    

Alarm yang terletak diatas nakas berwarna cokelat gelap terus berbunyi. Penghuni kamar dengan mata yang masih menyipit segera menekan bagian atas alarm nya agar berhenti mengeluarkan suara kemudian kembali tertidur.

Baru beberapa menit tertidur, alarm itu kembali mengeluarkan suara. Terlalu berisik gadis itu terbangun lalu mematikan alarm nya.

"Alarm berisik banget deh kamu!" Protesnya pada alarm yang bisa dibilang tidak bersalah.

"Alarm nggak salah kok dipukul-pukul gitu sih soo" Ujar salah satu saudaranya

"Lagian kenapa harus bunyi sepagi ini sih!"

"Jisooya Zhafira Anastasya. Itu kan kamu sendiri yang ngatur waktunya!" Ujar nya dengan kesal

Jisoo menyengir kuda "Kak Seulgi kok tumben udah bangun sepagi ini"

Seulgi terkekeh geli mengingat bagaimana lucu nya Yumi saat mencoba membangunkan seulgi dari mimpinya pagi tadi "Gimana nggak kebangun coba soo. Baby tuh ndusel-ndusel terus ke aku jadi ya mau nggak mau aku harus bangun buatin baby susu"

Ranjang dengan bantal yang berserakan dimana-mana segera Jisoo bereskan dengan malas. Seulgi dengan atensinya yang tajam menatap Jisoo dengan tatapan menyelidik, wajah Jisoo yang murung bahkan terbaca oleh Seulgi kalau Jisoo sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu lagi ada masalah ya soo?"

Tercekat dari aktivitas nya sebentar, kini Jisoo mengalihkan seluruh atensinya pada Seulgi yang sedang duduk di karpet bawah dengan Yumi yang sibuk bermain-main sendiri.

"Aku males ketempat kerjaan kak" Ujar Jisoo dengan hembusan nafas yang terdengar berat bila diamati dengan seksama.

Seulgi merasakan hal yang sama. Inilah resikonya jika hidup jauh dari orang tua. Mengurus semua hal sendiri yang tidak semudah mereka kira. Mengeluh hanya pada saudara mereka yang juga ikut merantau ke kota.

"Aku jadi pengen pulang kampung aja, bantuin ayah sama ibu ngurus salon disana" Lanjut Jisoo. Seketika lamunan Seulgi buyar

Dua pundak adiknya ditepuk dengan pelan. Seulgi tersenyum kearah Jisoo "kamu nggak boleh nyerah soo, buktiin ke ayah sama ibu kamu kalo kamu bisa hidup mandiri dikota"

Yeah. Setidaknya kata-kata Seulgi mampu membuat Jisoo lebih semangat dalam menjalani hidup yang keras dikota sebesar ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mata bulat Milik nya menengadah keatas dengan kedua tangannya yang menutupi kelopak mata agar terhindar dari sengatan sinar matahari secara langsung. Gedung yang menjulang tinggi hampir setara dengan langit berada tepat didepan matanya.

Kakinya melangkah dengan berat, sorotan lampu mobil yang tidak jauh dari pintu masuk gedung menghentikan langkahnya. Seseorang yang Ia benci dengan wajah angkuhnya semakin membuat malas langkahnya untuk masuk ke dalam.

"Ngapain disitu!"

Sentakannya yang tajam bahkan terngiang ditelinganya

"Mau masuk mas"

"Ya udah Sana masuk ngehalangin jalan aja" Sentaknya untuk kedua kali.

Bersabar adalah jalan satu-satu nya agar Jisoo bisa bertahan ditempat yang menyeramkan bahkan lebih menyeramkan dari kuburan.

Pintu ruang make up terbuka perlahan, jisoo meletakan alat tempur miliknya diatas meja. Tak lama dari arah pintu aktor sekaligus model dengan gelar bijaksana namun tidak dengan kenyataanya, kini telah menginjakan kakinya didalam ruangan bersama menejernya Jihyo.

Meet Baby Girls [BLACKVELVET]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang