twenty one

949 130 9
                                    

Tiffany sudah seperti orang yang tidak waras, dia terus berteriak memanggil nama anaknya yang hilang dan saat ini belum ada kabar apapun tentang anaknya. Baju kecil milik aeri yang sudah tertata rapi didalam lemari akan selalu diacak-acak berharap menemukan aeri didalam sana.

Semuanya sudah berusaha keras untuk menemukan bayi berusia satu tahun itu. NamJoon si detektif handal juga sudah menggerakan semua anak buahnya agar segera menemukan aeri namun sepertinya Tuhan belum menghendaki keinginan mereka.

"Nak sudah nak jangan seperti ini, kamu membuat mama sedih". Taeyon memeluk tubuh anaknya yang semakin menangis

"Maa hiks.. Aeri dimana ma, fanny mau ketemu aeri, fany mau peluk aeri ma hiks.. ".

"Sayang, kamu sabar ya kita pasti nemuin aeri kok, kamu tenang ya".

Tiffany mendorong tubuh taeyeon sampai wanita paruh baya itu terjungkal kebelakang, dia kembali mengacak-acak pakaian bayi yang masih tersisa didalam lemari. Hal itu membuat taeyeon semakin menangis meratapi nasib anak perempuan satu-satunya.

Taeyeon mengeluarkan jarum suntik dari dalam tas nya, sudah berkali-kali Tiffany mengamuk seperti saat ini, tidak ada seorang ibu yang mau kehilangan anaknya, tapi melihat Tiffany terus-menerus mengamuk seperti orang tidak waras, taeyeon terpaksa membius Tiffany seperti arahan dokter setiap anaknya mengamuk.

"Maafin mama fan, mama nggak bisa liat kamu terus-terusan begini". Tubuh anaknya langsung luruh begitu jarum menusuk leher Tiffany.

"Ma, sampai kapan Tiffany harus dibius seperti itu".

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari suaminya taeyeon menggeleng bingung, dia juga tidak tahu sampai kapan ia harus menyuntik anaknya. "Mama juga nggak tahu pah, mungkin sampai cucu kita ketemu".

"Papa kasihan sama nickhun dan Tiffany, mereka pasti terpukul karena anak satu-satunya hilang".

"Mama juga kasihan pa, kapan cucu kita ditemukan hiks.. "

Siwon memeluk taeyeon yang mulai menangis, keluarganya seakan hancur  setelah cucu satu-satunya hilang tanpa kabar, siwon berjanji akan membawa aeri kembali agar keluarganya utuh kembali.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Keringat banyak meluncur dari pelipis seulgi, nampaknya pekerjaan hari ini membuatnya sangat lelah, pelanggan terus berdatangan untuk menikmati lezat nya kopi yang seulgi racik sendiri dengan tangan ajiabnya.

Sudah cukup lama seulgi berdiri di meja bartender untuk meracik kopi, sedangkan jongyeon sesekali duduk setelah mengambil cangkir bekas kopi pelanggang yang sudah selesai meminum kopi.

"Seul kamu nggak cape?".

"Yakali nggak cape, badan aku pegel semua yeon rasanya mau patah".

"Ya udah duduk dulu gih".

"Emang kamu yang mau melayani pelanggan?".

Jongyeon bangkit dari kursi yang ia duduki, kemudian menarik tubuh seulgi agar duduk ditempatnya.

"Kamu duduk aja, biar aku yang gantiin kamu disini".

"Oke".

Jongyeon memulai membuat kopi sama seperti saat seulgi membuatnya, sebenarnya ini pertama kali jongyeon meracik kopi, sebelumnya dia hanya akan mengantarkan kopi yang seulgi racik kemudia akan mengambil bekas cangkir kopi yang sudah kosong.

"Silahkan kopi nya". Jongyeon meletakan kopi pesanan salah satu pengunjung diatas meja.

Pengunjung itu tersenyum lalu mulai menyeruput kopi racikan jongyeon."Huek! Kopi apaan nih kok pait banget".

Meet Baby Girls [BLACKVELVET]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang