11. Confused. What is this?

1.1K 81 13
                                    

Elias (POV)

Hal paling menyebalkan di dunia ini menurutku adalah berhenti berjuang dan sukarela melepaskan dengan alasan menyerah.

Aku terlalu marah dan kecewa. Alih-alih menumpahkan kemarahan, aku memilih berdiam diri dan hanyut dalam kekecewaanku. Siapa yang menyangka perjuanganku untuk kembali bersama wanita yang kucintai berakhir begitu menyebalkan.

Lebih menyebalkan lagi, wanita itu seakan tak merasakan sama sekali kekecewaanku. Aku tak mau mengakui jika ia memang kelihatan tak ambil pusing dengan apa yang ia katakan tadi, sungguh itu makin membuatku merasa kalah.

Aku tidak bernafsu melakukan apapun, tidak juga makan meski masakan buatan Nikky ini enak tapi suasana hatiku sedang tidak mendukung hingga hal ini membuat Nikky menegurku. Aku tau ia kesal makanannya tidak kuperlakukan dengan baik tapi lagi-lagi kukatakan suasana hatiku mempengaruhi perilakuku.

Hana dan Zoulan pergi keluar, mereka bilang untuk membeli es krim tapi aku tau itu hanya akal-akalan mereka saja. Aku tau, Hana ingin menghindariku dan Zoulan membantunya. Aku bisa saja marah karena disaat seperti ini temanku bukannya membantuku tapi malah makin menjauhkan wanita yang kucintai dariku tapi kurasa aku memang harus menyerah dan tidak lagi memaksa Hana.

Aku beranjak dari kursiku, mengambil sebotol beer dari lemari pendingin lalu berjalan kearah tangga menuju kamarku.

"Hey!" panggil Nikky yang kutinggalka begitu saja.

Aku begitu lesu untuk membalikan badan, "Aku butuh hiburan," ucapku.

"Aku bisa mendengar cerita sedihmu Mr.Choi," ujar Nikky.

Mungkin ia bisa menghiburku, "Ayo," ajakku, Nikky segera mengikutiku. Kami menaiki tangga tanpa suara hingga sampai di kamarku.

Pigura besar yang selalu menjadi hal paling sering kulihat di kamar ini membuatku tersenyum miris. Kuacungkan moncong beer yang kupegang kearah pigura itu, "Bisa bantu aku menurunkan ini?" tanyaku pada Nikky yang langsung menoleh melihatku dengan tatapan tak percaya.

"Aku menyerah," ucapku pelan. "Aku tak mau memaksanya lagi," gumamku pasrah, mungkin saat ini aku terlihat menyedihkan. Biar saja, toh aku juga kasihan pada diriku sendiri.

"Kau butuh pelukan?" tanya Nikky.

Aku menoleh pada Nikky yang melihatku dengan pandangan prihatin, "Jika kau bisa," ucapku. Sejujurnya aku tak benar-benar serius mengatakannya namun melihat Nikky mendekat lalu meletakan tangannya di bahuku hingga tubuhku ditariknya sampai ia memelukku. Kepalaku bertumpu di bahu Nikky sedangkan tangannya mengelus punggungku.

Pikiranku kosong ketika aroma tubuh Nikky menguar di hidungku. Ia punya wangi tubuh yang menenangkan perasaan kalutku. Aku tak mengerti tapi aku menikmati pelukannya sambil mendengarkan degub jantung Nikky yang jelas-jelas begitu cepat berbeda denganku yang berdetak normal.

"Wanita memang memuakan," gumamku.

"Itulah kenapa pria lebih menyenangkan," canda Nikky membuatku tertawa kecil.

Aku mengulum senyumku mendengarkan degub jantung Nikky, "Jantungmu hampir meledak Nikk," ucapku mengejeknya, aku terhibur dengan candaanku padanya. Nikky mendorong tubuhku tapi tanganku bekerja sendiri menahan pinggang Nikky dengan melingkarkannya disana. Nikky melihatku tak mengerti tapi aku lebih tak mengerti dengan ucapanku, "Suaranya menyenangkan," diakhiri senyuman tulus aku mengucapkannya. Nikky tak bereaksi selagi aku menikmati wajah terkejutnya.

Kali ini aku yang menarik Nikky lalu memeluknya, deru napas Nikky terasa hangat di cerukan leherku, tingginya yang sebatas daguku membuatku jelas bisa mencium wangi rambutnya yang begitu menggelitik sesuatu yang asing dari dalam diriku.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang