-Nikky POV-Debum suara pintu yang dibanting membuatku menggelengkan kepala. Suara debum kedua terdengar, kali ini pintu kamar yang jadi sasaran. Aku hanya melayangkan keprihatinanku lewat tatapan kasihan pada pintu putih itu. Lalu seorang gadis dengan rambut cokelat sebahu yang sama sekali jauh dari kata rapi untuk rambutnya yang awut-awutan.
Hah, sepertinya hari ini kurang baik untuknya. Kurasa aku harus berjaga-jaga untuk memanggil service room jika pintu itu harus diperbaiki lagi, ini sudah ketiga kalinya jika benar rusak lagi dalam dua minggu ini karena terlalu kuat ia banting.
"Akan kubunuh dia!" teriaknya.
Namanya Hana. Ia gila. Bukan salahku menyebut dia gila, pikir saja mana ada gadis normal yang masuk ke kamar dengan penampilan seperti habis tawuran lalu dengan santainya membuka baju dan sekarang hanya mengenakan tanktop transparan serta celana dalamnya saja. And for your information, dia sekarang memelukku dengan tangis pecahnya. She's damn crazy!
Tangisnya yang begitu kencang dan sungguh memekakan telinga ditambah lagi cairan yang keluar dari hidungnya membuatku bergidik ngeri. Aku tak terlalu mempedulikan basah di bahuku karena aku kembali melakukan kegiatanku, membaca dengan tangan kiriku memegang buku dan tangan kananku mengelus kepalanya. Dia? Tentu saja masih menangis tapi tampaknya sudah sedikit reda.
"Hiks Nikk, aku benci dia!" ucapnya. Masih menangis tapi tak sehisteris tadi. Aku mengangguk-angguk. Sudah entah keberapa kali ia mengucapkan kalimat itu dalam dua minggu ini.
"Aku benar-benar benci laki-laki itu! Aku ingin membunuhnya!" lagi, aku mengangguk-angguk menanggapinya.
"Tapi kalau aku membunuhnya pasti aku masuk penjara. Aku tak bisa," kali ini aku yang bicara, saking seringnya ia mengatakan ini aku jadi hapal apa saja yang akan ia ucapkan.
Hana menjerit, ia masih memelukku dengan kencang. Dear Lord, jangan biarkan gendang telingaku pecah atau bisakah Tuhan memberikan aku telinga cadangan, bisa saja telingaku benar-benar tuli jika tiap hari aku mendengar ia menjerit tepat ditelingaku.
"Huaaaaaa,," dan ia menangis lagi. Fiuh!
Apa lagi yang bisa kulakukan selain memeluknya, aku tak mau mengambil resiko melepas pelukanku lalu ia berlari ke sekeliling apartemen kami kemudian melempar apapun barang yang ia lihat. No, aku belum siap mengganti perabotan lain selain pintu. Toh, aku hanya perlu menunggu ia sedikit tenang lalu akan tertidur sendiri karena kelelahan menangis. Seperti sekarang, ia sudah terlelap dengan wajah yang sungguh kalau saja ia tidak sedang bersedih pasti akan kutertawakan.
Maskara dan eyeliner yang ia pakai sudah membuat jejak hitam diwajahnya akibat mahakarya air matanya itu. Dan bibirnya yang dipoles lipstick orange telah meluber kemana-mana. Gadis secantik ini tampak mengerikan hanya karena menangis.
Aku menyelimutinya lalu bangkit mengambil handuk basah, setidaknya aku harus membersihkan wajahnya jika tidak mau mendengarnya menjerit histeris lagi ketika ia bangun lalu menemukan penampakan wajahnya yang sangat berantakan.
Sudah dua minggu ini aku menjadi saksi hidup akan tingkahnya yang bisa membuat orang manapun merasa kasihan sekaligus ngeri. Penyebabnya hanya satu, laki-laki. Hal yang lebih membuatku mengenyitkan keningku tak mengerti adalah lelaki ini tak lebih dari seorang ex-boyfriend! Catat, ia adalah MANTAN KEKASIHNYA namun gadis gila ini menangis seperti laki-laki ini adalah mantan suaminya.
Dunia ini benar-benar aneh.
*
"Nikky..."
Dia sudah bangun, aku mengelus rambutnya dengan lembut. Ia melihatku dengan tatapan matanya yang membuatku iba. Ia beringsut mendekatiku hingga menjadikan pahaku sebagai bantalnya. Isakannya kembali terdengar tapi kali ini isakan normal jika dibanding dengan tangisan histerisnya beberapa jam lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation of Fate (YAOI) - slow update
قصص عامةWARNING! 1. Manxman, homophobic ga usah masuk! 2. PG[13] ada beberapa adegan yang tidak pantas dibaca manusia dibawah umur 18 tahun 3. Membaca berarti menanggung resiko untuk 'Tidak suka' atau bahkan 'Sangat suka'. Dan resiko ditanggung oleh pemil...