15. The Truth

1.1K 77 12
                                    

italic adalah flashback~

.

.

.

.

Elias (POV)

Larutnya malam tak juga menyudahi pesta. Entah sudah berapa botol minuman keras melewati tenggorokanku, beruntung aku adalah peminum yang kuat jadi berapapun minuman yang masuk ke tubuhku tak akan membuatku mabuk begitu pula dengan Zoulan namun tidak dengan Alexa.

"Kau itu tampan Trev," ucap Alexa yang sudah mulai mabuk.

"I know it," jawab Zoulan, aku menarik senyum geli mengetahui satu lagi wanita terpikat padanya.

Alexa mengangkat tangannya lalu mengacungkan jarinya kearah Zoulan, "Tapi kau itu pengecut," ucap Alexa membuat Zoulan mengernyitkan keningnya tak mengerti.

"Kau bilang aku menarik tapi kau tak berani menciumku tak seperti pria itu," kata Alexa menunjuk kearah Ty dan Hana yang berciuman. Mataku terbelalak melihat pinggang Hana ditarik oleh tangan kiri Ty sedangkan tangan kanannya menahan tengkuk Hana.

"Sialan!" teriakku bersamaan dengan Zoulan, aku berlari lalu langsung menerjang Ty tanpa ampun kemudian memukulinya bertubi-tubi.

"Beraninya kau! Beraninya kau memaksa Hana!" marahku tak bisa terbendung lagi. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat cara ia mencium Hana karena mamanfaatkan keadaan Hana yang mabuk, ia memaksanya terlihat dari cara ia menekan tengkuk Hana.

"Sialan Kau!" teriakku.

"Elias sudah! Kau bisa membunuhnya!" lenganku ditarik oleh Alexa namun aku mendorongnya lalu kembali mendaratkan tinjuku di wajah Ty yang sudah babak belur.

"Lebih baik dia mati!" pekikku mencari-cari pistol di tubuhku namun baru ingat aku tak membawanya. Alexa kembali menarikku hingga aku lepas dari atas tubuh Ty yang kududuki demi menghajar ia habis-habisan.

"Sialan! Damn you! Damn!" kutendang tubuhnya yang sudah tak berdaya.

Hana yang mabuk sudah tak ada disini karena mungkin Zoulan telah membawanya masuk. Aku terengah melihat Ty yang sepertinya pingsan, aku tidak peduli!

Aku marah!

Tentu saja aku marah! Bukan karena cemburu namun karena aku tak rela gadis yang kuanggap berharga dipaksa oleh orang lain. Sudah kubilang, aku bisa melihat Ty memaksakan ciuman itu karena tidak semudah itu Hana berciuman dengan orang lain. kehidupannya mungkin sangat bebas namun moralitasnya tak semurahan itu untuk membiarkan siapapun mencicipi tubuhnya.

"Tenanglah Elias," ujar Alexa, aku melirik Alexa yang mencoba mengecek kondisi Ty meski ia dalam keadaan setengah mabuk, aku mendesis tak peduli.

Kualihkan pandanganku tak mau lagi melihat Ty, kupastikan besok saat ia bangun akan kubuat ia lebih babak belur dari ini jika ia berani menunjukan batang hidungnya dihadapanku.

Tak jauh dari tempatku, Nikky berciuman dengan Kai.

"Nikky...." suaraku tercekat melihatnya. Tangan Nikky berada di kerah baju Kai sementara Kai terlihat jelas terkejut oleh bibir mereka yang bertemu.

Hatiku sakit melihatnya. Sungguh. Ini menyakitkan.

Ada kemarahan menyulut didalam dadaku namun tak ada daya dalam tubuhku untuk berlari kesana lalu memukul Kai seperti tadi aku memukul Ty. Kekecewaan dan kesedihan menahan kekuatanku untuk menghampiri mereka walau ingin aku menarik Nikky lalu menghapus ciuman itu dari bibirnya.

Ini menyakitkan.

Kai mendorong Nikky lalu entah apa yang mereka bicarakan sebelum Nikky kembali menarik kerah baju Kai dan membuat bibir mereka kembali bertemu namun tak lama karena Kai kembali mendorong tubuh Nikky hingga Nikky terjatuh ke pasir sementara Kai yang tampak marah mengedarkan pandangannya seperti mencari sesuatu sebelum ia berlari ke arah resort.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang