17. Step Three

2K 104 9
                                    

Elias (POV)

04.15 am

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat ketika sedang sibuk dengan pekerjaan. Semalaman atau lebih tepatnya setelah mendengar kabar tentang apa yang ayah lakukan membuatku tidak bisa tidur, jelas saja karena aku sibuk menghubungi pengacaraku atau lebih tepatnya memaksa ia untuk menjelaskan semua hal yang ingin aku tau kejelasannya.

Memang benar bahwa ayah bisa mengambil atau bahkan menjual saham atas nama dirinya tapi bukan berarti aku pun tak bisa melakukan apapun atas tindakan ayah karena posisi ayah sekarang adalah pemegang saham pasif dimana wewenangku lebih besar dibandingkan ayah dan lagi ternyata ada hal yang membuat aku bisa melawan ayah jika sampai ia ingin membawa ini ke ranah hukum. Jangan ayah pikir kalau aku tidak bisa mengorek kasus beberapa tahun lalu yang menimpa kerjaan bisnis ini, mungkin aku tidak bisa mengalahkan ayah dengan cara yang benar tapi bukan berarti aku tidak bisa membuat ia berhenti dengan cara yang licik. Ayah memang pintar, tapi mungkin ia lupa kalau anaknya lebih pintar.

Aku tersenyum puas melihat dokumen yang sudah kususun untuk nantinya kugunakan menghadap ayah dan langsung membuat ia tak berkutik dengan rencanaku.

Kulirik lagi jam dinding yang sepuluh menit lagi menunjukan pukul 5 pagi. Sialnya aku sama sekali tidak mengantuk tapi aku malah lapar. Disaat-saat seperti ini Zoulan satu-satunya yang bisa kuandalkan untuk mengatasi perut laparku tapi dia sedang tidak bersamaku.

Kuputuskan keluar dari ruang kerjaku, mungkin masih ada makanan di lemari pendingin. Yang membuat aku mengerang kesal adalah kenyataan bahwa aku tidak bisa memasak meskipun bahan masakan yang dibeli Zoulan beberapa waktu lalu bisa dijadikan menu makanku.

Tapi bukan Elias namanya jika otak jenius ini tidak bisa digunakan, mencari cara memasak omelet dengan sederhana dan tentunya gampang di youtube adalah ide cerdasku.

"Haha ini tidak sesulit yang kukira"

"Telur. Done! Daging sapi cincang, okey. Sosis lalu mentega. Buncis, hah aku tidak suka buncis lalu wortel hmmm baiklah wortel, bawang bombay. Oke done! Wait, garam secukupnya? Secukupnya itu sebanyak apa?"

Karena pengetahuan dapur yang minim bahkan nol, aku mencari lagi berapa banyak takaran secukupnya yang dimaksudkan karena aku benar-benar tidak bisa mengira sebanyak apa arti dari secukupnya itu, tapi aku tidak menemukannya. Sial!

Menurut instruksi semua bahan harus dicuci lalu panaskan mentega pada wajan lalu masukan potongan bawang bombay lalu tumis hingga aromanya harum.

"Errr hitam. Ulangi!" tumisan bawangku menghitam dan baunya menjijikan. Kuganti dengan yang baru tak tidak juga sama seperti yang ditunjukkan oleh koki di video itu.

"Aku menyerah! Sudahlah!" kulempar asal apron lalu keluar dari dapur dan langsung menyambar kunci mobil dan berkas yang sudah kusiapkan sejak tadi malam, lebih baik aku pulang ke rumah dan minta Zoulan memasakan makanan untukku.

Sebenarnya akan lebih senang jika Nikky yang memasakanku makanan mengingat masakan Nikky sangat enak, tapi jika aku memintanya sekarang mungkin aku mengganggu waktu istirahatnya.

Aku tersenyum kecil menyadari bahwa tanpa sadar aku mulai perhatian pada Nikky, kurasa aku benar-benar telah jatuh padanya. Menggelikan mengingat pernah terlintas pikiran untuk berbuat jahat padanya tapi yang ada sekarang aku malah menyukainya.

Tak lama mobilku sudah melewati gerbang rumah. Sepi. Jelas saja, pasti saat ini Zoulan masih tidur tapi ia harus mengatasi perutku yang lapar atau aku akan mengamuk.

"Daddy Zou!" teriakku tepat di telinga Zoulan yang masih pulas tertidur. Tapi ia tak bergeming, kutarik napas dalam lalu berteriak kembali.

"Motherfucker!" berhasil, Zoulan terlonjak bangun dan karena terkejut ia menarik selimutnya menutupi bagian atas tubuhnya yang telanjang.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang