20. Yes

963 70 13
                                    

Ty (POV)

Pagi ini kantor tiba-tiba saja begitu sibuk dan ramai tidak seperti biasanya. Pasalnya semua karyawan keluar dari sekat-sekat meja kerja mereka, para petinggi pun keluar dari ruangan mereka untuk menyambut pemilik utama dari perusahaan tempat ratusan kepala ini mencari nafkah.

Aku diantara orang-orang yang sibuk ini hanya saja bedanya jika orang-orang ini sibuk menunduk atau menyapa ramah sedangkan aku sibuk menjelaskan pada wanita berkarisma disampingku ini apa saja pertanyaan yang ia ajukan. Wanita dengan kecantikan dan keramahan luar biasa ini adalah Gwenny Kim, pemilik utama dari perusahaan periklanan dan pemasaran media yang merupakan perusahaan terbesar nomor tiga di New York.

Sebuah kehormatan bagiku menjadi orang yang melayani keperluan Mrs.Gwen, beliau sangat ramah dan teliti, sangat berbeda dengan Hana yang jarang beramah-tamah dengan bawahan dan kurang peduli dengan pekerjaan.

Saat ini Mrs.Gwen mengumpulkan seluruh manager dan kepala cabang, ia memimpin rapat yang tiba-tiba ini, bukan sebuah rapat formal seperti biasa, lebih tepatnya hanyalah temu bicara antara mereka dengan Mrs.Gwen.

Selagi Mrs.Gwen meminta mereka masing-masing mempersentasikan pencapaian masing-masing divisi mereka selama ini, aku kembali ke ruangan Hana untuk menyiapkan ruangan bagi Mrs.Gwen.

"Yo man!" Andrew menepuk bahuku dengan keras dan langsung menunjukan barisan giginya ketika aku melayangkan tatapan kesalku karena dikejutkan.

"Kenapa kau disini?" tanyaku.

"Aku bosan ditempatku, tidak ada pekerjaan yang bisa kukerjakan," jawabnya lalu melangkah menuju meja kerja Hana dan duduk di kursinya, aku mendelik tak suka, "Hey, kau tidak boleh duduk disana," kataku.

Andrew mengendikan bahunya, "Pemiliknya sedang tidak ada disini, santai saja," ujarnya. Aku hanya menggeleng-geleng melihat tingkah cueknya itu, heran bagaimana bisa ia lolos interview.

Mengabaikan Andrew yang bermain-main dengan pajangan mobil-mobil mini kesayangan Hana, aku memilih-milih mana dokumen yang harus kutunjukan pada Mrs.Gwen nanti ketika pertemuannya dengan para karyawan telah selesai. Namun tiba-tiba ponselku berdering, nama Hana tertera disana, tanpa diminta aku tersenyum, "Siapa? Kau sampai tersenyum begitu?" tanya Andrew.

Kuabaikan pertanyaan Andrew dan segera mengangkat telepon miss Hana tentu saja setelah berdehem kecil memperbaiki suaraku.

"Yes—"

"KAU BILANG APA PADA NIKKY?! KAN AKU SUDAH BILANG JANGAN BERITAHU DIA!!!!" refleks kujauhkan ponsel dari telingaku karena teriakan Hana.

"Errr miss—"

"KUPASTIKAN KAU BABAK BELUR SAAT AKU PULANG NANTI!!!!" mendengarnya membuatku kesulitan menelan ludahku sendiri.

"Miss—" tapi telepon ini sudah selesai.

"Hahahahahaha"

Aku menoleh melihat Andrew yang menertawakanku dengan kencang, "Apa?!" kesalku.

"Kutebak kau dimarahi miss Hana. Hahahaha!"

"Shut up you dammit!" geramku kesal. Andrew malah terawa semakin keras, aku mengabaikan tawa Andrew yang makin menyebalkan dengan mamasuki ruang istirahat pribadi Hana.

Ruangan ini memiliki interior yang sangat sederhana, hanya ada satu kasur California king size dan sebuah wallpaper yang membuatku sempat terkejut saat pertama kali membacanya. Ini wallpaper yang sama seperti di apartemen Hana, satu diantara hal yang membuatku menilai Hana berbeda dibandingkan wanita lainnya.

Aku tidak tau apa yang ingin aku lakukan di ruangan ini, hanya ingin menghindari Andrew yang terkadang mengesalkan namung kadang juga menyenangkan. Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka, Andrew dengan wajah menyebalkannya itu memanggilku menyuruhku keluar.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang