Nikky (POV)
"Rumahmu?"
Elias mengangguk sambil tersenyum lebar. Mobilnya sudah memasuki halaman rumah yang luas lalu terparkir manis tepat didepan teras. Kami tak langsung turun karena Elias melihatku sambil menunjukan cengirannya yang lucu.
Sekarang aku paham kenapa ia membawaku ke rumahnya. Jadi aku membentuk seringaian menggodanya di bibirku, "Jadi ini maksudmu tau akan kemana membawaku?"
Elias terkekeh, "Jangan salah paham sweetie, aku tak membawamu kemari untuk seks," katanya dengan nada geli.
Kukerutkan kening tak paham, "Lalu kalau bukan untuk itu, apa lagi?"
"Memang akan ada seks, karena tak mungkin tak ada," ia tersenyum manis yang menggoda, lalu melanjutkan kalimatnya, "Tapi sebelum itu kita akan berkebun, kau senang berkebun?" tanyanya.
Keningku mengerut lagi, "Seriously?"
Elias mengangguk.
"Kau maengajakku berkebun? Tak salah? Kupikir kau bukan tipikal yang suka melakukan hal-hal seperti itu," aku masih tak percaya.
Elias mengelus tengkuknya sambil menunjukan kembali cengirannya, "Aku tak tau apa-apa soal berkebun, tapi kurasa akan menjadi kencan yang menarik jika kita berdua bisa memperindah taman rumahku, lalu setelah itu kita akan melewati malam yang romantis sambil melihat taman hasil karya kita," jelasnya. Oh senyumku tak bisa untuk tak mengembang lebar mendengarnya, itu rencana sederhana yang manis. Tak heran Elias bisa memikirkannya, ia memang cerdas.
"Kau suka?" tanyanya terdengar bimbang.
Aku mengangguk cepat, "Tentu saja! Ayo kita mulai," seruku tak sabar. Elias tersenyum puas, "Okey, sebaiknya kita ganti baju selagi menunggu para florist datang mengantar bunga-bunga yang sudah kupesan," katanya lalu keluar dari mobil.
Elias yang membukakan pintu mengulurkan tangannya memintaku untuk menyambutnya, "Kapan kau memesan bunga?" tanyaku heran. Elias tak menjawab melainkan menggandeng lenganku lalu mengajak masuk ke dalam rumahnya.
Oh mungkin ketika ia sibuk dengan ponselnya di cafe tadi? Ah sudahlah, yang penting kami akan punya kencan yang berkesan hari ini.
Hampir setengah jam kami menunggu hingga bunga-bunga yang Elias pesan tiba, selama menunggu tadi Elias mengajakku untuk berganti pakaian. Setelah berganti pakaian Elias mengajakku duduk di ayunan kayu yang berada di dibawah rindangnya pohon paling besar yang ada di taman ini. Tak hanya duduk menikmati cuaca yang cerah saja, kami melewatinya dengan bercumbu ringan seperti sekedar berpelukan dan berciuman mesra disela-sela obrolan kami.
Para florist itu meletakan bunga-bunga yang cantik di tempat yang sudah Elias tentukan. Ia menolak bantuan para florist untuk menata bunga-bunga tersebut dan meminta mereka untuk segera pergi. Aku tertawa kecil melihat cara Elias berinteraksi dengan mereka, ia terlihat tidak ramah hari ini meskipun hari-hari lainnya ia pun tak bisa dibilang ramah pada orang lain.
"Bunga mawar memang selalu cantik," kataku. Berhati-hati mengeluarkan mawar itu dari pot kecilnya. Rencananya kami akan menata mawar ini menjadi satu kelompok indah di dekat ayunan lalu akan beralih ke bunga-bunga lainnya.
"Memang, mawar selalu indah untuk dipandang," sahut Elias. Aku mengernyitkan kening mendengar ucapannya, benarkah Elias barusan memuji bunga? Wow!
Gerakan tangannya begitu kaku ketika memindahkan mawar-mawar itu agar lebih dekat padaku. Aku tertawa melihatnya, Elias malah merengut karena tawaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation of Fate (YAOI) - slow update
General FictionWARNING! 1. Manxman, homophobic ga usah masuk! 2. PG[13] ada beberapa adegan yang tidak pantas dibaca manusia dibawah umur 18 tahun 3. Membaca berarti menanggung resiko untuk 'Tidak suka' atau bahkan 'Sangat suka'. Dan resiko ditanggung oleh pemil...