22. Step Six

1.4K 86 8
                                    


Zoulan (POV)

Setelah Elias memutuskan sambungan telepon kami, aku terbahak-bahak karena obrolan kami. Percakapan konyol barusan sudah seperti kebiasaan bodoh yang tidak bisa kuhentikan, membayangkan wajah kesal Elias karena guyonanku adalah hiburan tersendiri.

Suasana red corner begitu sepi dan ini membuatku merasa bosan tak ada hal yang bisa kuperhatikan. Kutatap ponselku merasa bosan menunggu. Setengah jam adalah waktu yang lumayan lama, jadi sebaiknya bagaimana aku mengatasi kebosanan ini?

Kubuka pesan terakhir yang kukirimkan pada ayah. Ia belum membalasnya tapi aku yakin ia sudah membacanya itu membuatku tersenyum. Memang hanya dua hari aku berada di Korea dan menemani ayah tapi itu sudah cukup untukku. Kesehatannya mulai membaik itulah kenapa aku akhirnya bisa kembali ke New York karena ayah bilang Elias tak akan bisa bekerja sendiri tanpaku.

Well, disinilah aku menunggu dan bosan.

Kuputar ponselku diatas meja, berpikir siapa yang sebaiknya kutelepon.

"Aha!"

Ku-dial nomor Hana, tapi nomornya tidak bisa dihubungi. Aku mengenyit heran. Tidak biasanya ponsel Hana mati dan tidak bisa dihubungi.

Kali ini ku-dial nomor Nikky, syukurlah tak menunggu lama ia mengangkatnya.

"Hai Zou!"

"Hai Nikk. Kau tau kenapa ponsel Hana mati?"

"Setidaknya tanyakan dulu kabarku"

"Sorry Nikk, apa kabar?"

"Ck, dasar. Ponsel Hana rusak dan sekarang sedang diperbaiki"

"Oh syukurlah, kupikir ada hal buruk apa"

Aku menghela lega.

"Kau sudah kembali?"

"Yeah. Aku baru tiba"

"Wow, kalau tau aku akan menjemputmu juga tadi"

"Kau ke bandara?"

"Ya, menjemput Hana. Jadi, kau mau mampir?"

"Mungkin, karena Elias akan segera menjemputku"

"Ck, dia membatalkan janji menemaniku menjemput Hana dan sekarang ia pergi menjemputmu"

"Hahaha aku lebih spesial dari dirimu Nikk, sorry"

"Oh tentu saja"

"Sampai jumpa nanti Nikk. Bye"

"Bye"

Jadi Hana sudah kembali, aku tak sabar ingin mendengar cerita perjalanannya dari Alaska dan kebenaran tentang ia dan Kai.

Okey, bosan kembali melandaku.

Aku memilih untuk berselancar di dunia maya. Browsing sana sini, membaca berbagai berita bahkan menonton klip terbaru girlband sexy Korea hingga seseorang menepuk bahuku. Aku mengerang lega melihat Elias dengan ekspresinya yang tampak malas.

"Ayo," ajaknya dan aku langsung berdiri berjalan mengikutinya sambil menarik koperku.

"Nikky bilang harusnya kau menemaninya menjemput Hana," kataku.

Elias menghentikan gerakan tangannya membuka pintu mobil, "Kau menelpon Nikky?"

"Tadinya Hana, tapi ia tidak bisa dihubungi jadi kupikir lebih baik bertanya pada Nikky"

Aku dan Elias sudah berada di dalam mobil. Ia menghidupkan mesin dan mulai melajukan mobil.

"Daniel mengenalkanku dengan anaknya, cantik tapi sayang ia benci gay," katanya membuatku menoleh antusias.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang