16. Problem Begin

2.1K 109 11
                                    


Nikky (POV)

Suara camar saling bersahutan diiringi deburan ombak yang pertama kali tertangkap oleh pendengaran ketika kesadaran membangunkanku dari tidur, dekapan hangat yang menyentuh langsung punggungku membuatku tersenyum.

Tadi malam adalah malam yang panjang dan seakan tak ada kata selesai kecuali ketika tubuh kami sudah minta untuk beristirahat.

Senyumku semakin terkembang mengingat yang kami lakukan beberapa jam sebelumnya, tubuhku yang tak sedikitpun berjauhan dengan tubuh Elias. Suara-suara yang tercipta dari jarak kami yang begitu dekat dan segala hal yang terjadi semalam membuatku tak henti tersenyum senang.

Lebih dari itu, yang paling membuatku merasa senang dan puas adalah pria ini akhirnya menjadi kekasihku. Jadi segala perasaan tak menentu dan menyebalkan telah terbayar oleh pengakuannya.

Aku berusaha membalikan posisi tubuhku agar menghadap Elias, berhati-hati agar tidak membangunkannya namun dekapannya yang begitu erat menyulitkanku melepaskan tangannya yang saling bertaut didepan dada telanjangku.

Begitu berhati-hati membuat gerakanku menjadi kaku, sepertinya itulah yang kemudian membuat Elias terbangun dan berjengit terganggu, "Kau sudah bangun sweetie?" panggilan yang mulai ia ucapkan sejak tadi malam itu sukses membuat jantungku berdebar dan pipiku memanas meski aku tak suka ia memanggilku manis namun entahlah aku hanya bisa menerima tanpa protes.

"Ya," jawabku singkat, kurasakan Elias mengecup pundakku. Tak hanya sekali namun berkali-kali lalu berpindah ke tengkukku dan berakhir di kepalaku, "Tidurmu nyenyak?" tanyanya.

Aku melirik jam di meja nakas, "Hanya tiga jam, bukan tidur yang cukup tapi lumayan," jawabku, kurasakan lagi Elias mengecup pundakku.

"Tidurku nyenyak memelukmu," ucapnya. "Wow kau mulai merayu," Elias tertawa mendengar ucapanku. Ia menarik tubuhku hingga menghadapnya, wajahnya yang tampan dan rambut yang acak-acakan mengundang senyum geli tercipta dibibirku karena teringat entah berapa kali rambut itu menjadi objek tiap kali prostatku terkena ujung penis Elias.

"Kau sedang mengagumi ketampanan kekasihmu?"

"Humm.. kekasihku yang tampan dan sexy," jawabku menggoda dengan kerlinganku. Elias menarik sudut kanan bibirnya, "Kau ingin melakukan lagi yang semalam?" tanyanya penuh minat.

"Sepertinya bukan hanya Chase dan Aiden yang mendapatkan malam pertama yang panjang disini," ujarku. Elias mengangkat alisnya, "Kita juga sedang dimabuk asmara kan? Semua menjadi wajar karenanya," ucapnya.

"Oh kau memang pintar bersilat lidah sayang"

"Tapi aku lebih pintar bermain lidah didalam mulutmu"

"Benar, kau semakin mahir"

"Mungkin karena pelajaran intensif semalaman yang kau berikan"

"Kau berguru pada orang yang tepat"

"Mau mengajariku lebih banyak lagi?"

"Kau sedang merayuku?"

"Jika kau anggap rayuan, aku lebih senang mengatakan bahwa aku mengajakmu bercinta lagi"

Aku tak mampu lagi untuk tak tertawa, Elias menjawab ucapan-ucapanku dengan wajah yang terlihat begitu antusias, ia seperti bocah polos yang baru dikenalkan pada dunia baru yang menyenangkan dirinya dan ia tampak terlalu tertarik pada dunia baru ini sehingga ia tak mau meninggalkannya barang sedetikpun.

Menyenangkan melihat antusiasme Elias terhadap awal hubungan kami meski perkembangan yang begitu pesat ini baru terjadi di atas ranjang namun bukankah ini juga awal yang baik, tidak peduli bagaimana cara kerjanya namun jika membuat kami makin dekat maka aku tidak peduli apapun jalannya.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang