25. A Date

1.1K 62 11
                                    

Chase (POV)

"Ia akan baik-baik saja kan?"

Kuusap peluh dingin dari pelipis Aiden sambil menunjukan senyum paling tenang yang kumiliki, "Kita akan berusaha agar ia baik-baik saja. Salah satu caranya adalah kita bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Kau bersihkan tempat ini dan susul aku setelahnya," kataku. Aiden mengangguk cepat.

"Pastikan ia baik-baik saja Chase, aku tak bisa membayangkan jika—"

"Sssttt... berpikir bahwa semua akan baik-baik saja juga adalah salah satu upaya agar semuanya benar-benar akan baik-baik saja. Jadi, kau harus baik-baik di sini agar aku bisa mengerjakan bagianku dan juga Elias bisa melakukan apa yang harus ia lakukan dan semua akan baik-baik saja"

"Chase.... jujur aku takut"

Kurengkuh Aiden dalam pelukanku. Mengusap pundaknya dan mencium pucuk kepalanya dengan lembut. "Aku pergi dulu," ucapku, lalu tanpa menunggu jawaban Aiden aku mengangkat tubuh Hana yang sudah berpakaian karena bantuan Aiden.

Aku akan membawanya ke rumah sakit. Aku sendiri yang akan menanganinya. Memastikan apakah kecurigaan kami tentang insiden antara ia dan Nikky benar atau hanya tebakan sial kami saja.

Lalu Aiden akan mengurus sisa kerusuhan di sini. Memastikan tak ada jejak apapun yang akan membuat Nikky bertanya-tanya. Dan tentang Nikky, Elias yang akan mengurusnya meski aku tak yakin apa yang akan ia katakan pada Nikky jika adikku itu bertanya ke mana Hana.

Hana masih belum juga sadarkan diri. Kurasa ia benar-benar merasa syok dan kekhawatiranku makin bertambah. Aku memanfaatkan ketidaksadaran Hana untuk memeriksanya.

"Jika ia sudah sadar, segera hubungi aku," pesanku pada suster yang kutugaskan menjaga Hana.

"Baik dokter"

Bergegas aku menuju laboratorium, menyerahkan seprai dengan sperma mengering yang kubawa tadi serta darah kering Hana yang susah payah kuambil dari pahanya, untuk mencocokan apakah sperma itu memang milik Nikky aku juga menyerahkan rambut Nikky yang Elias berikan sebelum aku kemari.

Semoga dugaanku tidak benar. Semoga bukan Nikky yang melakukannya.

"Aku akan menghubungimu jika hasilnya sudah keluar," aku mengangguk kecil dan berterima kasih pada Arnold, rekan ku yang kumintai memeriksa kecocokan DNA milik Nikky dan Hana.

Aku berencana kembali ke ruangan Hana namun ponselku berdering, ternyata Aiden.

"Kau dimana? Ruangan Hana dimana?"

"Aku baru saja dari laboratorium. Kau sudah sampai? Dimana?"

"Aku masih di lobby. Dia sudah sadar?"

"Belum. Kurasa ia benar-benar syok. Tunggu aku disana, aku akan menjemputmu"

"Tidak usah, aku akan langsung ke ruangan Hana saja"

"Kau belum sarapan dan kau belum makan dari tadi malam. Kau bisa pingsan jika kau memaksakan diri"

"Tapi Chase—"

Kumatikan telepon itu dan segera berlari mendatangi Aiden. Sepanik apapun dan segenting apapun masalahnya, aku tak akan membiarkan Aiden mengabaikan kesehatannya.

Sampai di lobby, kulihat Aiden mengobrol dengan seseorang yang kukenali adalah sekretarisku. Aiden melambaikan tangannya kearahku lalu berpamitan pada lawan bicaranya kemudian menghampiriku.

"Kopi?" tanyaku. Aiden mengangguk. Kusampirkan tanganku dibahunya, ia membalas dengan melingkarkan tangannya di pinggangku sambil berjalan keluar untuk sarapan. Beberapa orang melihat kami heran tapi tidak dengan staff rumah sakit yang atau bagaimana hubunganku dengan Aiden.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang