23. A Path to Big Problem

1.2K 79 9
                                    

Nikky (POV)


"Nikky?"

"Hmm?"

"Kau bahagia bersamaku?"

"Tentu"

"Kau akan selalu bersamaku?"

"Ya selama kau pun selalu bersamaku"

"Kau mencintaiku?"

"Hey, kenapa tiba-tiba kau terlihat melankolis begini Eli?"

"Suasananya sangat mendukung untuk bertingkah mellow"

"Ah kau terlihat manis"

"Begitu caramu merayu kekasih-kekasihmu dulu?"

"Ya... Mereka memang manis, baru kali ini aku bersama orang yang ucapannya saja yang manis tapi tidak dengan wajahnya"

"Jadi menurutmu aku bagaimana?"

"Kau tampan El, kau gagah, berkharisma dan gila. Ah ya, kau juga maniak dan sedikit psycho"

"Tapi kau mencintaiku?"

"Bagaimana denganmu? Kau mencintaiku Elias Choi?"

"Aku..."

"Mau melakukannya lagi?"

"Eh?"

"Bahasan tentang cinta membuat penisku kembali tegang"

"Ah kau sungguh manis Nikky Lee"

"Aku tau itu, man hole maniac"


Aku terbangun dan tak menemukan Elias ada disampingku. Tidak ada pesan atau apapun yang menjelaskan ia tidak ada saat aku membuka mata.

Semalam aku melewatkan pesta yang meriah karena Elias yang tak mengizinkanku sama sekali untuk keluar dari kamar. Aku pun tak keberatan meladeninya semalaman hingga akhirnya kami berhenti setelah terasa sakit di anusku karena entah sudah berapa kali ia melepaskan ejakulasinya di dalam lubangku.

Pintu diketuk dan masuklah Hana yang langsung menghambur naik ke atas kasur, "Kemana El?" tanyanya sambil melihat ke arah kamar mandi.

"Entahlah," jawabku.

"Kalian tidak bertengkar, kan?" tanyanya. Aku menggeleng, "Setelah semalaman ia menusukku mana mungkin kami bertengkar," kataku. Hana terkikik.

"Ayo keluar, kita sarapan bersama," ajaknya menarikku bangun.

Argh tubuhku terasa remuk dan terasa nyeri di lubangku. Lain kali aku akan membuat batas berapa lama Elias boleh melakukan sex atau tubuhku benar-benar bisa remuk nantinya.

"Nikk, ponselmu," kata Hana menunjuk ponselku yang bergetar.

Aku berdecak melihat siapa penelpon itu, "Kau yang bicara," kulempar ponselku pada Hana lalu bangkit menuju kamar mandi meninggalkan Hana yang bicara dengan Chase.

.

"Kau tidak boleh memilih-milih makanan, Kai!"

Aku hampir terbahak melihat kerucutan bibir Kai yang kesal melihat Hana meletakan kembali brokoli yang Kai singkirkan dari piringnya.

"Menyebalkan sekali," gerutu Kai dengan terpaksa mengunyah brokoli itu karena Hana terus memaksanya. Aku dan keempat orang tua mereka hanya bisa tersenyum geli melihat 'keakraban' Kai dan Hana.

Senang rasanya melihat Hana makin menunjukan kegembiraannya memiliki seorang adik. Aku ingat beberapa hari lalu ketika hasil tes DNA mereka keluar, Hana begitu senang saking senangnya ia membelikan Kai sebuah apartemen di gedung yang sama dengan kami pada hari itu juga.

Expectation of Fate (YAOI) - slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang