Lama tak jumpa (online, maksudnya)
Belakangan lg sibuk urus anak yang pakai baju pink (Cover Pink itu lho, IWAY)
Nggak telat update, kan? Maaf ya, sekali lagi aku minta maaf deh... (Nggak jago merayu nih)
Jadi... Hmmm, ada pengumuman penting!
Semoga tahun ini "Kita & Jakarta" jadi diterbitkan, masih taham lihat-lihat sitkon dan waktunya cukup atau tidak. Kalau jadi di cetak, jangan lupa nabung dan beli yah! Nggak maksa sih, cuma yaa senang saja rasanya ada kalian yang tetap setia baca cerita ini walau bakal pindah rumah. Hem hem hem
Yaudah deh, lanjut baca Bab ini dulu, semoga suka dan menghibur
yang lagi bahagia, makin tambah syukur
yang agak galau, semoga terhibur
JUDUL : JANGAN MERAYU
Tanggal 24 Desember tahun ini pemerintah menetapkan cuti bersama, hari libur seluruh pegawai perkantoran. Alias long weekend! Beberapa gedung perkantoran sepanjang Sudirman ditutup, karyawan diliburkan, jalanan nampak sepi seperti menejelang Hari Raya Idul Fitri. Namun tidak untuk satu perusahaan dimana Zara menjadi kuli, buruh kantoran. Pagi-pagi buta ia sudah bangun seperti biasa. Mandi, shalat, sarapan sereal dan susu rendah lemak, makan sedikit buah yang ada saja dalam lemari pendingin. Berdandan seadanya, tidak ada niat baik sama sekali untuk pergi bekerja kecuali terpaksa.
Jalanan sepanjang Sudirman sepi. Entah kemana perginya kendaraan roda empat dan para pejalan kaki pagi ini. Lengang sekali. Hanya ada bus transjakarta dan beberapa transportasi umum seperti taksi dan ojeg online yang kesana kemari seperti terseret angin. Kosong penumpang. Semua gedung sepanjang jalan ini nampaknya tutup, hari ini hari kramat masuk kerja. Sekuriti gedung masih berjaga sambil menguap lebar. Mengucek mata dan terlihat mengantuk.
Bus transjakarta berhenti di Sawah Besar, Zara segera turun dari sana. Berjalan santai di atas jembatan penyebrangan, hari ini para pesaingnya tidak datang. Yang berjalan kaki hanya kurang dari sepulung orang. Di bus saja dia bisa duduk, hari biasa dia kebagian jatah berdiri setiap berangkat dan pulang dari kantor.
Langitnya mendung, matahari tidak menyilaukan, membuat Zara ingin kembali berbaring di atas tempat tidur. Ia benar-benar malas sekali pagi ini. Di rumahnya saja Kinar dan masnya bahkan belum keluar kamar, dua manusia itu masih terlelap di bawah selimut dengan suhu ruangan yang dingin.
Kantor Zara sepi, teman-teman non muslimnya sudah cuti sejak hari kemarin. Bos besar kemungkinan tidak akan datang, pergi liburan ke Eropa. Zara menyandarkan punggung ke kursinya, tak bersemangat.
"Kopi, Ra." Sapa teman di seberangnya. Ia membawa cangkir kopi dari pantri, menyeduh sendiri pada akhir bulan saat belum gajian.
"Nggak ngopi, Mbak!"
"Keluar yuk agak siangan?" ajak mbak-mbak itu.
"Sama, nggak bisa, Mbak. Ngebut laporan." Zara mulai menyalakan komputernya, bagaimana bisa dia kabur dari kantor sementara masih banyak hal yang perlu dibereskan. Ia ingin membelah diri jadi dua bagian, satu liburan dan satunya lagi giat bekerja. Mustahil terjadi.
"Gila. Masih aja mau kerja si Zara ini!" temannya tak habis pikir.
"Eh, Mbak, kita ini kan cuma kroco doang. Ikutin maunya Tuan-Tuan saja lah." Zara mulai membuka beberapa file di komputernya, menyalakan printer, mengatur napas dan berkonsentrasi mengerjakan laporan penjualan menjelang akhir tahun. Penjualan rumah tahun ini sudah harus tutup buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA & JAKARTA
ChickLitEND Mendapat masalah saat kita menyukai seseorang adalah jalan buntu. Sampai detik ini aku pun tak tahu apakah semua akan berjalan baik-baik saja--seperti yang ia harapkan? Kinar. Romance, Chicklit "Menjadi jomblo di belantara kota Jakarta rasanya h...