Sudah Yakin!

1.1K 187 9
                                    

Hi, barang kali ada yang punya IG dan mau tag namaku di postinganmu saat baca "Kita dan Jakarta" boleh yaaa

Kalau ada sesuatu yang kamu rasa itu menarik, boleh di SC dan post di IG kamu :))

Jangan lupa tag aku rah.id


Selamat Membaca 


Tidak ada dua pekan setelah Atif melamar Kinar, mereka akhirnya resmi menikah dalam acara sederhana. Resepsinya pun digelar sederhana, yaitu di salah satu aula masjid kawasan Jakarta selatan, mengundang 100-an lebih anak-anak yatim piatu—ini permintaan dari Kinar yang Atif setujui. Meski serba sederhana namun hidangan yang tersaji cukup banyak dan rasanya boleh diacungi empat jempol. Tidak sia-sia Ibu dan Ayah Atif membuka cabang catering-nya sampai Jawa Barat, sehingga bisa dijadikan jamuan pada resepsi Kinar dan Atif. Menu-menu yang tersedia sangat istimewa dan tentunya lezat, para tamu sangat menikmati hidangan yang tersaji dan tidak banyak komentar mengenai tempat resepsi yang terlihat sederhana saja, hanya di aula masjid yang tak seluas ballroom hotel bintang lima—tentu saja.

Jelas tidak ada ballroom yang kosong ketika dua insan memutuskan untuk menikah secara mendadak seperti ini, bukan? Semua persiapan pernikahan dipersingkat dan selesai dalam waktu yang supercepat. Bahkan cetak undangan saja hanya cukup sekali jadi dan sepasang calon pegantin langsung merasa cocok. Sepasang pengantin itu nampaknya tidak terlalu ribut urusan teknis pernikahan, mengenai gedung mereka pilih dimana saja asal menampung para tamu yang akan datang. Atif sendiri merasa senang karena Kinar bukan tipe perempuan yang banyak menuntut, entah nanti setelah kenal lebih jauh. Dengan menikahi Kinar, itu artinya Atif harus siap menerima konsekuensi lebih lanjut.

Atif kira setelah Kinar menerima lamarannya maka mereka akan menikah tahun depan, dua atau tiga bulan kemudian, seperti pasangan pada umumnya. Namun ia salah sangka, Kinar adalah gadis yang cepat dalam mengambil keputusan. Saat mereka berunding, kapan kiranya akan meresmikan pernikahan? Ibu bilang secepatnya. Atif hanya menceletuk, bercandaan biasa. "Apa Ibu mau Desember ini?" tanpa Atif duga, Kinar menyetujui celetukannya dengan kesadaran penuh.

"Bagus, tidak usah ditunda kalau begitu!" Ibu yang sangat bahagia karena akan mendapatkan menantu sebaik Kinar langsung setuju. Beliau langsung mengabari seluruh keluarga besarnya untuk membantu pernikahan Atif yang akan digelar mendadak di Jakarta.

"Kalian terlalu cepat mengambil keputusan!" tiba-tiba Zara ikut campur dalam urusan ini. Bukannya tidak suka masnya akan segera menikah, hanya saja ia menganggap bahwa Kinar tak memperhitungkan waktu. "Kan, masih bisa nunda dua atau tiga bulan lagi, Kinar."

"Kami sudah yakin, Zara. Insya Allah semua akan berjalan dengan lancar. Doakan saja." Karena Kinar tetap diam, akhirnya Atif yang menjawab protes sang adik. Saat itu Kinar tersenyum untuk Atif, mereka memang sudah yakin seratus persen. Kinar pikir menikah tak butuh banyak alasan, tidak perlu mencocokan hobi dan kebiasaan masing-masing, biarlah itu menjadi sebuah kejutan dalam rumah tangganya nanti. Bukankah itu akan seru? Bukankah hidup adalah sebuah permainan? Permainan yang harus diseriusi dan dijalani dengan sangat bijak. Apalagi keputusan yang sudah dibuat sendiri, maka mereka harus tanggungjawab penuh.

Kinar merasa dirinya banyak berubah, terutama sejak sang Ayah meninggal dan ia hidup sebatang kara selama beberapa bulan di Jogja. Ia jadi mandiri dan cepat memutuskan pilihan-pilihannya sendiri. Meski sejak dulu Riska sering merecoki urusan pribadinya, tapi pada dasarnya dia tetap teguh pada keputusannya. Dia tahu benar tentang apa yang dia mau dan butuhkan. Ketika dia selesai dari Aiden, hatinya berjanji dan bertekad akan mencari lelaki yang lebih baik dan pantas untuk dia dampingi, tentu saja yang satu keyakinan dengannya—iman di atas segalanya dalam sebuah hubungan. Lalu ketika Atif datang ia sudah mempertimbangkan lelaki itu jauh-jauh hari. Mengamati—sama seperti yang Atif lakukan padanya. Mereka diam-diam saling mengamati satu sama lain tanpa Zara curigai. Kesempatan yang datang langsung ia tangkap, mempercepat pernikahan adalah hal yang terlintas dalam kepalanya, selain itu dia juga bisa terbebas dari banyak tuntutan yang diberikan oleh tantenya. Sama sekali tidak ada niat buruk pada keluarga Atif, hanya saja pernikahan ini memang menguntungkan dirinya dalam banyak hal.

KITA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang