Nggak sampai setahun kan nunggu updatenya. Hehe, bantu VOTE dong sama jempolnya kakak2 di sini. Mau comment atau bagiin link ke pacar masing2 jg boleh lho, eits...
Jarimu buatku tersenyum ;'))
*****
Malam di Kota Jakarta.
Jeep hitam baru saja memasuki pekarangan rumah kecil itu. Jalanan malam ini sibuk, gang-gang kompleks ramai, malam ini suasana di luar cukup meriah setelah beberapa hari lalu hujan deras mengguyur Jakarta. Hampir semua anak-anak keluar rumah, bermain di kompleks itu. Tetangga Atif yang sedang berkumpul di halaman rumah mereka menyapanya. Di sana ramai sekali, mereka tertawa dan bercanda. Sedang membuat acara kecil, membakar jagung manis dengan mentega.
Atif menelan ludah, kata-kata adiknya masih membekas.
Suami macam apa dia? Istrinya sendiri di rumah.
Sepanjang gang kompleksnya sungguh ramai, dipadati sepeda anak-anak dan asap dari jagung bakar, berbeda sekali dengan suasana rumah mungilnya yang senyap. Seperti tak ada penghuni. Perlahan Atif mengeluarkan kunci rumahnya, membuka pelan-pelan. Ia masuk dan melangkah ke ruang tengah. Di sana ia melihat istrinya berbaring di sofa, dengan selimut tipis dan televisi masih menyala. Kinar pulas tertidur. Atif merasa menyesal, ia banyak menghabiskan waktu di luar saat musim libur seperti ini. Ia duduk di tepi sofa, dipandanginya wajah Kinar malam ini dari jarak dekat. Wajah ayu dan bersih, wajah yang sesungguhnya menentramkan perasaannya, mengisi hatinya yang kosong. Wajah yang membuat dia jatuh cinta, merasakan sesuatu yang berbeda. Saat ia membetulkan selimut, Kinar mengerjapkan mata. Perempuan itu terbangun.
"Mas... kamu sudah pulang?" Kinar mengangkat tubuhnya untuk duduk. Mengucek mata. Tersenyum. "Aku siapin makan. Mm, kamu sudah makan belum?" suaranya lembut.
Atif masih menatap Kinar dengan rasa sesak di dada, ia tidak menjawab. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sebagai bentuk permintaan maaf kepada Kinar. Dia datang jam sepuluh, dua hari tidak pulang, Kinar tidak marah?
"Mas, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kinar khawatir. Bagaimana mungkin Kinar sangat khawatir padanya yang lupa diri ini? Tak ada yang mampu Atif ucapkan. Lidahnya kelu.
Atif memilih menarik Kinar dalam pelukannya, ia mengelus rambut kepala Kinar dengan lembut. Kinar sempat tersentak, kaget. Tapi kemudian ia tersenyum. Ada rasa senang dalam hatinya, seseorangyang ia tunggu telah kembali—meski esok akan pergi lagi. Setidaknya Kinar merasa bahwa dirinya punya teman, ia tidak sedang berjuang sendirian dan membuat kepalanya hampir tidak waras.
Waktu berlalu, Kinar masih dalam pelukan Atif. Kinar balas memeluknya, menyandarkan kepada ke dada Atif, mendengarkan irama detak jantung Atif yang tidak teratur.
"Aku nggak bermaksud menjebak kamu dalam pernikahan ini. Aku sungguh-sungguh ingin menikahi kamu seperti yang aku bilang dulu. Maafkan aku..."
Kinar menggeleng pelan, mengangkat wajahnya demi menatap Atif. Bahkan ia masih bisa tersenyum cerah. "Kamu sudah di sini, kita hanya butuh waktu untuk saling mengerti, Mas."
"Maaf, aku terlalu sibuk." Kata-kata Atif penuh penyesalan.
"Aku juga, tengah bulan aku punya jadwal inspeksi ke luar kota." Kinar menarik tangannya, menyentuh pipi Atif. "Masih banyak waktu untuk sama-sama belajar."
Atif menarik kepala Kinar, mencium keningnya dengan takzim. Dia tidak tahu apa jadinya hidup kalau istrinya bukan seseorang seperti Kinar. Sekarang urusan lain sudah tak penting lagi, Atif ingin makan malam dengan Kinar di pantry mungilnya, meski dia sudah makan pukul tujuh di kantor, dia paksakan makan walau sedikit. Dia tidak ingin melihat gurat kecewa di wajah Kinar yang sudah memasak untuknya, masakan spesial.
"Aku bertemu Aiden," ucap Kinar setelah urusan makan malam selesai, ia merasa suaminya perlu tahu.
Atif terdiam sesaat, pandangangannya mengamati Kinar yang mulai merapikan meja, menuangkan air ke gelasnya yang kosong.
"Aku belum pernah melihatnya." Atif berkata sedatar mungkin, menyingkirkan kecemburuan. Ia teringat bahwa antara Aiden dan Kinar sudah tidak ada apa-apa lagi, semua kisah telah usai. Tuntas.
"Sepertinya tidak akan sempat, Mas. Dia pindah ke Medan." Kinar tesenyum, tangannya menyentuh telapak tangan Atif di atas meja, "itu juga jadi pertemuan terakhirku dengannya. Kami nggak ada apa-apa."
Atif tersenyum lega. Ia percaya pada Kinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA & JAKARTA
ChickLitEND Mendapat masalah saat kita menyukai seseorang adalah jalan buntu. Sampai detik ini aku pun tak tahu apakah semua akan berjalan baik-baik saja--seperti yang ia harapkan? Kinar. Romance, Chicklit "Menjadi jomblo di belantara kota Jakarta rasanya h...