22: Lost and found

59 8 1
                                    

"Selamat datang!"

Kalimat template itu sudah diucapkan Lyra berkali-kali. Di waktu yang masih pagi ini kafenya yang bertempat di kawasan perkantoran menjadi penuh dengan manusia. Pagi hari memang menjadi waktu yang paling tepat untuk memesan kopi sebelum bekerja. Para manusia butuh penahan kantuk demi selembar uang.

Jae bilang kafenya cukup punya nama tapi tidak mengira sampai seperti ini. Sudah beberapa menit Lyra berkutat dengan mesin espresso. Banyaknya pesanan kopi yang masuk membuatnya harus bergerak super cepat. Kebanyakan dari pelanggannya memilih take away jadi sekarang kondisi badan Lyra sudah hampir terbelah dua, antara menjaga kasir dan membuat pesanan.

Lyra mendengar suara bel pintu. Ia mengira pelanggannya bertambah namun ternyata yang datang adalah penyelamatnya. Taeri, salah satu dari pegawainya sudah datang.

"Selamat pagi, Kak," sapa Taeri seraya mengikat apron.

"Morning. Taeri, Tolong catat pesanan ya. Biar aku yang buat."

Tanpa menjawab, Taeri langsung mengambil tempat di belakang kasir dan mencatat pesanan—setidaknya—dari tiga pelanggan yang tersisa.

Setelah selesai melayani pelanggan, Taeri baru sadar akan sesuatu di luar kafe. Sebelum masuk tadi tangannya sempat ditahan oleh seseorang dan sekarang seseorang itu masih menunggu di luar kafe.

"Kak Lyra," panggil Taeri tanpa melihat orang yang dipanggil.

"Kenapa? Apa ada yang komplain?" Lyra menjawab tapi matanya sibuk membereskan note pesanan.

Taeri menggeleng. "Saat aku mau masuk tadi seseorang di luar menanyakan kakak. Dia bilang perlu bicara dengan Kak Lyra."

"Seseorang?"

Lyra menautkan alisnya. Tiba-tiba sebuah pemikiran hinggap di kepala.

Jangan-jangan itu orangtuanya? Mereka tahu kalau anak semata wayangnya yang kabur dari Los Angeles sekarang punya kafe di Korea, lalu berniat untuk menyeretnya kembali pulang ke sana.

"Apa mereka tampak seperti sepasang suami istri? Apa penampilan suaminya berambut botak tengah dan istrinya berambut pendek?!" tanya Lyra panik bercampur histeris.

"Kak, bukan, bukan suami istri. Hm ... itu, katanya dia pacar Kak Lyra."

Taeri mengucapkan kalimatnya dengan ragu-ragu.

Ekspresi Lyra langsung berubah gelap. Yang lebih buruk dari orangtuanya datang, mantan pacar sialannya.

Dengan tatapan penuh amarah, Lyra membanting kertas-kertas pesanan yang ada di tangannya kemudian berjalan keluar menemui manusia berjenis kelamin laki-laki itu.

Lyra tidak menyangka pria yang tengah berdiri di depan jendela kafenya bisa menemukan dirinya setelah mereka putus kontak lima bulan yang lalu.

"Tidak perlu basa-basi. Apa yang kau inginkan?" tanya Lyra ketus.

Pria di depan Lyra tersenyum miring. Perempuan yang tadinya manis seperti anak kucing kini berubah menjadi seekor singa yang siap menerkam mangsanya kapan saja.

"Aku lihat tempat ini di forum. They say this is a hot place for hanging out. Turns out you're the owner."

Ada buruknya juga kafenya punya nama.

"Lalu aku harus apa? Bersyukur karena kafeku dibicarakan di forum dan kebetulan kau melihatnya? Begitu?" Lyra berujar sinis.

"I want us to go back."

Perkataan tiba-tiba dari mantannya berhasil membuat Lyra naik darah. Ia mendengus tidak percaya. Kembali bersama dengan pria ini? Hal yang sangat tidak mungkin terjadi.

Days Gone ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang