39: Keep falling on you (2)

41 3 2
                                    

Suara kaki yang dihentakkan ke lantai ikut meramaikan suasana lobi. Sungjin sedang menunggu lift yang tidak kunjung turun. Sudah dua menit lebih ia berdiri dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Matanya sesekali melirik ke jam tangan. Sebenarnya ia sedang terburu-buru. Ada jadwal operasi pagi yang akan dimulai dan ia masih terjebak di lantai dasar. Tidak lucu jika dokter penanggungjawab operasi malah datang terlambat.

Di tengah keramaian, mata Sungjin menangkap seorang pria tinggi tak jauh dari pintu masuk lobi. Pria itu tampak berjalan ke arahnya. Jae berjalan sambil menunduk menatap ponsel di tangan. Sungjin juga bisa lihat kalau pria itu sedang tersenyum lumayan lebar. Tak pernah ia lihat senyum selebar itu dari wajahnya.

"Baru datang?" tanya Sungjin begitu Jae berdiri di sebelahnya.

Pertanyaannya tidak dijawab dengan suara tapi dengan anggukkan. Pria itu seperti masuk ke dalam ponselnya. Sesekali mengernyit lalu tertawa kecil. Isi benda persegi itu terlihat sangat seru sampai tak sadar Jae sedang diawasi oleh Sungjin.

"Serius sekali."

Sungjin menggeser tubuhnya, mencoba mengintip ponsel Jae. Namun insting kuat pria yang hendak diintip berhasil menggagalkan rencananya. Jae lebih dulu sadar dan memiringkan ponselnya agar tak terlihat.

"Rahasia," katanya singkat, jelas, dan padat. Matanya menyalang kesal begitu tahu niat Sungjin yang hendak mengintip ponselnya.

Di saat yang bersamaan ponsel di saku mantelnya bergetar, tanda panggilan masuk. Sungjin tidak bersuara. Kepalanya mengangguk seiring dengan penjelasan di seberang sana. Pasien yang seharusnya dioperasi pagi ini mengalami demam. Jika operasi tetap dilaksanakan saat pasien masih demam, kemungkinan terburuk bisa terjadi di meja operasi. Untuk itu, lebih aman untuk menunda waktu operasinya dan fokus mengobati demam pasien.

"Kalau begitu kita harus menjadwalkan ulang operasinya. Baiklah. Laporkan terus kondisi pasien padaku."

Panggilan berakhir. Tak lama pintu di depan mereka terbuka, menampakkan kondisi lft yang sepi. Tanpa basa-basi pria berkacamata di sebelahnya segara masuk, masih dengan mata yang terpaku dengan ponsel. Untuk beberapa detik pintu lift terbuka lebar tanpa ada tanda-tanda akan masuknya seseorang.

"Hei, kau mau masuk tidak?"

Jae menahan pintu lift dengan menekan tombol. Sungjin masih berdiri di luar.

"Mau ke kafe? Ada Brian di sana."

Bukannya menjawab, Sungjin malah mengajak Jae pergi menemui pria yang sudah tiga hari tidak mengabari mereka.

"Dan melihat kalian bertengkar? Tidak, terima kasih. Kau saja. Aku tutup," kata Jae kemudian melepas jari telunjuknya dari tombol lift.

Sungjin tetap di tempatnya sampai lift bergerak ke atas. Benar juga kata Jae. Brian mungkin akan meminta penjelasannya perihal ia yang melihat Minyoung berpelukan dengan pria lain. Tak peduli apa obrolan yang akan dibahas oleh Brian, Sungjin tetap bergerak menuju kafe yang masih satu lantai dengannya.

Sungjin mengedarkan pandangannya. Ia menemukan sesosok pria sedang melambaikan tangan padanya. Itu pria yang sudah tiga hari tidak menghubunginya. Posisi Brian yang sedang duduk menghadap jendela kafe membuat Sungjin mudah mengenalinya. Satu hal lagi yang ia kenali, perempuan yang duduk tepat di sebelah Brian.

Days Gone ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang