Start it again, with you guys
———
Pintu gerbang terbuka, menampakkan pekarangan sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Pekarangannya ditumbuhi oleh rumput hijau pendek dan ditambah dengan beberapa bunga di sekitar teras membuat rumah ini terlihat asri.
Setelah kamis kemarin mereka berdebat latihan di mana, akhirnya diputuskanlah kalau mereka akan latihan di sini. Rencananya, salah satu ruangan di rumah bercat coklat ini akan mereka gunakan sebagai tempat latihan.
"Ibu, yang lain sudah datang!"
Sungjin, Dowoon, dan Brian berdiri di pertengahan pintu dengan kedua tangan di depan tubuh. Mencoba bersikap sopan.
"Masuk. Jangan malu-malu begitu. Kalian sudah pernah membuat rumahku berantakan kalau lupa," ucap Wonpil sinis.
Perkataan Wonpil membuat Dowoon cengengesan. Mengingat ia sebagai pelaku utama yang dulu membuat rumah Wonpil seperti kapal pecah.
Nyonya Kim—ibunya Wonpil—muncul dari balik dapur. Perempuan setengah baya itu datang dengan celemek di pinggang dan memegang sebuah spatula, sungguh terlihat seperti ibu rumahan.
"Selamat pagi," sapa Sungjin, Dowoon, dan Brian sambil menundukkan badannya.
Wanita itu tersenyum ramah menyambut tiga teman anaknya. "Ayo masuk. Yang kurus tidak ada?" tanya ibu Wonpil.
Mata wanita itu mengarah ke luar rumah, mencari keberadaan teman anaknya yang berkacamata. Sungjin melipat bibirnya menahan tawa ketika Jae dipanggil dengan sebutan yang kurus.
Wonpil mengangguk. "Yang kurus tidak bisa datang. Sedang ada urusan." Bukan tidak bisa datang, tapi memang tidak datang karena bukan anggota band.
Setelah selesai menyapa teman-teman anaknya, Nyonya Kim pergi lagi ke dapur untuk menyelesaikan masakannya. Tersisalah ketiga anak manusia yang terduduk di ruang tengah. Brian dan Sungjin duduk sambil memainkan ponsel sedangkan Dowoon melihat-lihat ruang tengah rumah Wonpil.
"Kita tidak akan bermain band di sini 'kan?" tanya Dowoon. Ruang tengah ini memang terlihat besar tapi sepertinya belum cukup muat untuk menaruh set drumnya di sini ditambah peralatan dan instrumen yang lain
"Tidak, aku sedang mencari kun—ketemu!" teriaknya. Wonpil memegang sebuah kunci yang agak usang di tangannya.
"Semuanya, ikut aku." perintah Wonpil.
Layaknya anak bebek mereka bertiga mengikuti langkah Wonpil dari belakang. Wonpil berhenti di depan sebuah pintu yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk rumah.
Wonpil kemudian memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Agak susah memutar kunci karena pintu ini sudah lama tidak dibuka tapi akhirnya benda kecil ini bisa berputar dan membuka pintu di hadapan Wonpil. Begitu pintu terbuka yang terlihat hanyalah anak tangga yang semakin turun semakin gelap.
Kepala tiga manusia di belakang Wonpil muncul satu persatu. Dowoon, Brian, dan Sungjin mengernyit bingung melihat ruangan gelap di depan mereka. Apa yang akan di lakukan mereka di bawah sana?
"Hyung, apa yang akan kita lakukan di sini?"
"Kau tidak akan membunuh kita bertiga di bawah sana 'kan, Pil?"
"Kau punya masalah debu yang serius di sini, Kim Wonpil."
Ucapan beruntun keluar dari mulut tiga pria di belakangnya. Si pemilik rumah tidak menghiraukannya dan mulai berjalan masuk.
Brian yang berada persis di belakang Wonpil juga melangkahkan kakinya ke dalam ruang yang gelap ini. Walau baru di pintu masuk tapi sarang debu sudah terlihat di mana-mana bahkan di pegangan tangga juga ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days Gone By
Hayran KurguHari-hari yang terus berlalu tidak akan memberitahu ke mana hidup dan hati ini berlabuh. Semua adalah rahasia, dan rahasia hanya akan terbuka jika hari sudah berlalu. Days Gone By; kelima dokter yang tidak tahu bagaimana kehidupan mereka hingga sat...