43: Them (3)

46 3 2
                                    

Please, take a chance with me
Would you?

———

Dowoon tertidur dengan handuk kecil hangat di atas matanya. Badannya bersandar di kursi kerja sedangkan kaki panjangnya diletakkan memanjang di atas meja.

Pagi-pagi ia datang ke rumah sakit karena salah satu pasiennya mengalami perburukan. Mau tak mau waktu tidurnya terganggu. Sekarang ia berakhir tidur di dalam ruangan kerjanya.

Beberapa menit mengistirahatkan matanya, Dowoon terbangun dari tidur singkatnya ketika suara pesan masuk terdengar. Ada pesan dari residennya, mengabari bahwa ia punya jadwal operasi. Dowoon membalasnya sebelum kembali bersandar pada bahu kursi.

"Bosan ..."

Dowoon menghela napas. Ia membaca-baca pesan yang belum sempat ia baca. Kebanyakan dari perawat dan residennya. Tangan Dowoon berhenti menggulir layar ketika melihat nama 'Jo Yeoreum'. Tanpa sadar ia menekan ruang percakapan mereka. Kebanyakan—hampir seluruhnya—dari percakapan mereka seputar pasien dari ER. Terakhir kali mereka saling bertukar pesan adalah ketika Dowoon menolak ajakan makan siang Yeoreum.

Dowoon paham perasaannya pada dokter perempuan dari ER itu. Ia tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Dari dulu, ia juga tahu tatapan macam apa yang Dokter Jo Yeoreum berikan padanya. Tatapan perempuan yang menyukai lawan jenis. Ia tahu. Namun ia belum berani melakukan apa pun. Dowoon hanya sebatas memberi perhatian kecil, seperti memberi susu dan obat misalnya. Selebihnya ia masih ragu untuk memulai. Namun entah motivasi dari mana, sekarang ia ingin memulainya dengan benar.

Dokter Jo, sedang senggang?

Tanpa persiapan berarti Dowoon langsung menekan tombol kirim. Ia mengantisipasi jawaban apa yang akan diberikan Yeoreum.

Aku tidak terlalu sibuk
Ada apa, Dokter Yoon?

Dowoon yang memang dari awal tidak berniat mengirim pesan apa-apa jadi bingung untuk menjawabnya. Ia meninggalkan pesan tersebut terbaca selama beberapa detik.

Nanti mau makan siang bersama?

Akhirnya Dowoon memutuskan untuk mengajak makan siang bersama saja. Anggap saja ini adalah permintaan maafnya karena sempat menolak ajakan makan siang dari Yeoreum.

Balasannya datang cukup lama. Dowoon sampai menghias stetoskopnya dengan pernak-pernik. Sebagai dokter yang berurusan dengan anak kecil, menghias dengan manik-manik bisa dikatakan sudah menjadi pekerjaan keduanya selain mengobati pasien. Baru saja akan menempel manik berlian, ponselnya kembali bergetar.

Maaf, Dokter Yoon. Aku tidak bisa karena sudah berjanji untuk makan siang bersama teman-temanku

Tanpa disadari bibir Dowoon turun.

Tidak apa-apa
Kalau begitu lain kali saja

Dowoon mematikan ponselnya. Ia merasa sangat tidak nyaman saat ajakannya ditolak. Meskipun ajakan makan siang bersama itu datang tiba-tiba, tapi hatinya tetap tidak nyaman mengetahui rencana tiba-tibanya tidak berhasil. Apa ini karma karena pernah menolak ajakan dari Yeoreum?

"Yoon Dowoon. Pernak-pernikmu jatuh ke lantai."

Suara seseorang, pemilik meja sebelahnya, terdengar masuk ke dalam ruangan.

Days Gone ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang