16: For you

79 18 4
                                    

Yeoreum mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Sesekali juga melihat ke arah jendela besar yang menampilkan langit sore hitam kebiruan. Ia sedang berada di depan ruang tunggu ER. Mengistirahatkan tubuhnya sebentar dengan duduk di sini.

Beberapa jam setelah kejadian ia mengejar tersangka penculikan anak, para dokter senior di ER memujinya habis-habisan. Mereka bilang tidak pernah melihat seorang dokter begitu berdedikasi hingga mengejar penyebab utama pasiennya berakhir di rumah sakit.

Pujian itu juga Yeoreum bisa sedikit bernapas dengan diberi hadiah istirahat selama sepuluh menit. Bagi orang lain sepuluh menit itu sebentar. Tapi bagi seorang residen berlabel sibuk seperti Yeoreum, sepuluh menit itu adalah waktu yang lama. Cukup lama untuk menutup mata dan meratapi kehidupan kedokteran yang semakin lama ia rasakan adalah pilihan yang salah.

Yeoreum membuka matanya saat merasakan beban di sebelah tempat duduknya bertambah.

"Ambil."

Siwoo melempar sebuah minuman kaleng dingin yang berasal dari saku snelli-nya pada perempuan di sampingnya. Yeoreum menerima minuman itu dengan tatapan heran yang kentara.

"Itu bukan dariku, tapi dari Dokter Yoon," ujar Siwoo seperti membaca pikiran Yeoreum.

"Dokter Yoon? Yoon Dowoon?" tanya Yeoreum memastikan.

"Memangnya siapa yang tahu kalau kau kejar-kejaran di rumah sakit?" tanya Siwoo balik.

"Semua dokter senior ER tahu."

Siwoo memutar bola matanya malas. "Dasar pamer. Ya, itu dari Dokter Yoon."

Yeoreum menatap minuman dingin di tangannya. Oke, sekarang sepertinya Yeoreum terlalu kelelahan hingga otaknya berpikir kalau dokter senior itu menyukainya. Gila memang dan Yeoreum sedang mencoba mencerna pemikiran itu.

Semua ini tampak masuk akal bagi Yeoreum. Dokter Yoon mengkhawatirkan dirinya setelah pengejaran lalu membelikannya minuman melalui perantara Siwoo. Kelihatannya dokter itu terlalu malu untuk bertemu dengannya.

"Jangan percaya diri. Dia juga memberikanku."

Siwoo mengambil sebotol minuman kaleng kosong yang sama dari saku snelli-nya. Menunjukkan pada Yeoreum sambil menggerak-gerakkan botolnya.

Siwoo berhasil membaca pikirannya lagi, dan itu membuat Yeoreum malu sendiri karena sempat berpikiran yang aneh-aneh.

"Ti–tidak," kataYeoreum seraya menyesap minuman dingin di tangannya dengan gugup.

Siwoo menyandarkan tubuhnya pada bahu kursi. "Kenapa istirahat di sini?" tanyanya, "Lebih baik kau pergi ke kamar jaga."

Siwoo tahu tentang hadiah kecil yang Yeoreum dapatkan dari salah satu dokter senior. Perempuan ini bisa saja pergi ke kamar jaga dan tidur di sana bukannya malah duduk di ruang tunggu.

"Aku terlalu malas untuk ke sana. Terlalu lama di jalan. Waktu istirahatku bisa terbuang sia-sia, dan juga kaki sedang sakit," ungkap Yeoreum.

Siwoo menatap kaki Yeoreum. "Kakimu kenapa?"

Yeoreum melirik kakinya. "Aku terjatuh tadi. Tidak terlalu sakit, tapi sepertinya lecet." Ia menyentuh kain celananya lalu menggulungnya hingga ke lutut dan menampilkan luka lecet yang ia katakan tadi.

Luka yang ada di lutut Yeoreum adalah akibat dari benturan dengan lantai rumah sakit saat ia mengejar tersangka penculikan tadi. Lukanya merah dan sedikit mengeluarkan darah dipinggir-pinggirnya.

Yeoreum mengernyit perih saat tangannya tidak sengaja memegang lukanya.

"Kau butuh plester luka? Aku rasa di kamar jagaku ada," tawar Siwoo setelah melihat reaksi perempuan di sebelahnya.

Days Gone ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang