〰️
Petrichor (n) a pleasant smell that frequently accompanies the first rain after a long period of warm, dry weather.
〰️
Tidak ada yang berubah. Tetap berisik seperti biasanya. Suara ledakkan meriam dan petir saling bersautan seakan berlomba siapa yang paling keras suaranya. Belum lagi gemuruh dan hentakan kaki raksasa yang tedengar sangat kencang menyebabkan teriakan histeris dan tangisan anak kecil dimana-mana.
"Berhenti." Ucapku dengan suara bergetar.
Namun percuma. Suara-suara bising itu tetap tidak mau pergi. Kilatan-kilatan peristiwa yang bahkan tidak aku ketahui juga terus berputar seperti berusaha untuk memberi tahu sesuatu.
"KUMOHON BERHENTI." Aku berteriak sekencang mungkin, tapi percuma. Suara itu malah makin menjadi-jadi.
Angin yang bertiup dengan kencang, menambah getaran di tubuh ini yang sudah terlewat menggigil.
Aku mengambil beberapa langkah maju ke depan dengan badan yang bergetar hebat. Menutup kedua telinga, berusaha meminimalisir suara berisik yang sedari tadi mengganggu.
Sampai akhirnya salah satu kakiku tidak lagi menginjak pijakan di bawah sana. Tubuhku reflek tertarik kebawah dengan sempurna. Aku lupa. Diriku saat ini sedang berada di atas sebuah gedung tinggi. Mataku langsung tertutup bersiap merasakan benturan tanah yang mungkin akan mengenai tubuhku dalam hitungan detik.
Grepp
"Apa kau benar-benar ingin mati?"
Sebuah suara berat nan dingin memenuhi indra pendengaranku, bersamaan dengan pegangan erat di kedua tanganku. Aku selamat. Seseorang tengah menahanku.
Suara bising yang sejak tadi menggangguku mendadak menghilang pergi entah kemana. Dengan perlahan aku membuka kedua mataku untuk melihat orang yang tengah memegang tanganku dengan erat sampai detik ini.
Mata hijau zamrud yang kelam milik seorang lelaki langsung menyapa saat aku membuka mata. Kami berpandangan selama beberapa detik sebelum akhirnya dia menarikku kembali ke atas gedung ini.
Keheningan menyapa tepat saat kami berdua berhasil duduk di atas gedung dengan sempurna. Masih saling saling menatap satu sama lain meski enggan membuka pembicaraan.
Tak lama, hujan tiba-tiba saja datang mengguyur dan membasahi badan kami. Suasana yang awalnya kering setelah sekian lama, berubah menjadi basah dan menghadirkan bau khas yang menyebar ke indra penciuman. Hujan pertama di tahun ini akhirnya turun tepat disaat diriku hampir saja mati konyol di hadapan lelaki asing ini.
Lelaki itu melepaskan tanganku dan bangkit dari posisinya lalu berjalan pelan pergi dari sini tanpa mengucap satu patah katapun.
"Tunggu." Panggilku pelan. Namun sayang, dia tidak kembali berbalik ke arahku.
Meninggalkan diri ini sendirian bersama guyuran hujan yang semakin deras setiap detiknya. Sakit kepala sialan yang awalnya sempat hilang, kembali datang dan menggerogoti kepalaku dengan ganasnya.
Mata ini semakin lama terasa kian memberat dan pada akhirnya tertutup secara perlahan. Membawaku kembali menuju kegelapan yang pernah aku alami sebelumnya.
Aku, tak sadarkan diri.
***
Cast:(Your Name)
Eren Jaeger
***
Kalian bakal kenalin masing-masing karakter seiring dengan berjalannya cerita, jadi aku gak deskripsiin sama sekali di atas.
"Kak ini berhubungan sama AOT universe apa AU?"
Ini juga bakal keliatan seiring berjalannya cerita jadi nanti tebak-tebak aja hahahaha😋
Ohiya ini latar waktunya pas udah timeskip ya. Jadi Eren umurnya udah 19 tahun.
Jadi, gimana prolognya? Singkat banget sih jadi gaada apa-apa WKWKWK. Ohiya aku bakal mulai cerita ini setelah EPHEMERAL kelar. Atau yaaa paling engga aku post chapter pertama deket-deket ini.
Okey, see yaaa!
20th February, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR // Eren x Readers
Fanfiction[COMPLETED - DALAM TAHAP REVISI] (Name) merasa hidupnya tidak baik-baik saja setelah dirinya terbangun di ranjang sebuah rumah sakit dalam kondisi hilang ingatan. Mimpi buruk dan halusinasi aneh sering menghampirinya hampir setiap saat hingga membua...