3.3 (Final Chapter)

718 72 44
                                    

〰️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

〰️

Petrichor (n) a pleasant smell that frequently accompanies the first rain after a long period of warm, dry weather.

〰️

Mata yang bengkak setelah menangis begitu lama disertai rambut yang masih lembab akibat guyuran hujan tadi membuat (Name) terlihat sangat rapuh. Meskipun dirinya telah membersihkan tubuhnya di rumah Onyankopon bersama Reiner, entah kenapa dia masih bisa merasakan rasa rintik hujan yang tadi membasahinya. Belum lagi aroma hujan yang tercium dengan sangat jelas meskipun dari dalam rumah.

Gadis itu terdiam di tempat duduk sambil memandang halaman belakang rumah Onyankopon dalam diam. Matanya menatap ke arah salah satu titik di antara lebatnya pepohonan yang ada di sana. Terbayang sosok Eren yang melihatnua dari kejauhan kala itu saat dia datang pertama kali ke rumah Onyankopon setelah dirinya bangkit dari tidur panjangnya dengan ingatan yang menghilang.

"Aku akan mengobati lukamu."

Reiner yang baru saja datang membawa kotak obat langsung berjongkok di depan (Name) dan meraih kaki gadis itu. Dengan telaten Reiner memberikan obat merah pada setiap luka yang ada di kaki gadis itu lalu menutupnya dengan perban.

(Name) sempat memperhatikan Reiner selama beberapa saat. Bagaimana lembutnya pergerakan tangan lelaki itu pada kakinya. Bagaimana wajah khawatir itu terlihat meskipun Reiner berusaha untuk menyembunyikannya. Reiner selalu seperti itu padanya sejak awal. Menjadi orang pertama yang selalu menjaga dan merawatnya sejak sebelum maupun seudah dirinya kehilangan ingatan. Entah bagaimana dirinya harus membayar semua kebaikan sahabatnya itu, dia tidak pernah tahu.

Puas memandangi Reiner, (Name) mengalihkan pandangan matanya pada dua lembar foto yang dia temukan di rumah Eren. Satu foto merupakan foto Eren bersama teman-temannya di pelabuhan dan satu lagi merupakan potret lelaki itu saat berfoto bersamanya. Foto ini menunjukkan bahwa dirinya pernah merasakan kebahagiaan bersama Eren meski hanya sesaat.

"Kau tidak pernah cerita jika kalian berdua saling mengenal." Ujar Reiner tanpa melihat ke arah (Name).

"Aku merahasiakannya." Balas (Name) seadanya.

Tentu saja dia akan merahasiakannya. Rutuk Reiner dalam hati.

"Apa kau membencinya?" Tanya Reiner, kali ini dia melihat (Name) secara langsung.

(Name) terdiam mendengarnya. Benci? Entahlah, dia tidak yakin. Mungkin perasaan benci atas apa yang Eren lakukan kepadanya dan juga orang-orang yang disayangnya telah tertutupi oleh rasa cinta yang dia miliki pada lelaki itu. Belum lagi fakta jika Eren menghampirinya akhir-akhir ini, meskipun dia sendiri tidak tahu apakah keberadaan laki-laki itu nyata atau hanya sekedar halusinasinya saja.

PETRICHOR // Eren x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang