1.3

653 89 16
                                    

〰️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

〰️

Petrichor (n) a pleasant smell that frequently accompanies the first rain after a long period of warm, dry weather.

〰️

Eren mungkin terlihat cukup santai saat ini, tapi dalam hati dia merasa sangat was-was dengan ucapan (Name) barusan. Dia tak akan mengira jika gadis di sampingnya ini adalah pengamat yang baik. (Name) cukup pintar karena dapat mengambil kesimpulan yang tepat tentang dirinya.

"Lalu jika benar, apa kau akan melaporkan kami ke militer di sini?" Jawab Eren setenang mungkin.

(Name) melahap es krimnya sesaat, "Tidak. Untuk apa?" Tanyanya balik.

Eren melihat (Name) dengan aneh, dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran (Name). Eren menelan ludahnya perlahan sebelum melanjutkan pertanyaannya.

"Karena kami musuhmu." Katanya.

(Name) memalingkan wajahnya untuk melihat Eren dengan jelas. Gadis itu menyadari es krim yang berada di tangan Eren sudah mulai membasahi tangan lelaki itu karena tidak segera di makan. Dengan sebal (Name) mendorong tangan Eren yang tengah memegang es krim tersebut ke mulut lelaki itu.

"Aku membelikanmu es krim untuk dinikmati bukan dibiarkan terbuang sia-sia." Omel (Name).

"Aku ralat sedikit perkataanmu, kalian adalah musuh pemerintahan Marley. Tidak semua orang Marley membenci kalian, aku salah satunya." Lanjutnya.

Eren tertegun sesaat mendengar ucapan (Name). Sejak awal pertemuan mereka, dia pun tahu jika gadis di sampingnya ini adalah orang yang baik. Dia melihat bagaimana (Name) membela bocah pirang yang memakai ban lengan Eldia saat mereka berada di pasar malam waktu itu. Gadis itu bahkan berani menghadapi pria yang jauh lebih tua dan besar darinya hanya demi anak itu. Apakah dia bisa mempercayai (Name)?

"Jadi, untuk apa kalian susah-susah menyamar untuk datang kemari? Apa kalian akan menyerang Marley?" (Name) kembali membuka suaranya.

Eren menggeleng, "Kami ingin mencari harapan untuk bangsa kami di sini, tapi sepertinya hal itu sia-sia." Balas Eren sekenanya, lelaki itu mulai memakan es krimnya lagi dengan tenang.

"Maaf." Ucap (Name) berempati.

Keheningan kembali menyapa keduanya. Deburan ombak yang menghantam kapal-kapal di dermaga sebelah menghasilkan suara pecahan yang cukup menenangkan. (Name) menghabiskan es krim conenya lebih cepat dari Eren. Badannya membungkuk sedikit meraih air laut untuk mencuci tangannya yang lengket akibat es krim.

PETRICHOR // Eren x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang