5

1K 96 25
                                    


"Jadi, bagaimana, Kak? Apa Putri Acacia menerima?" tanya Jaemin.

"Belum."

"Belum? Kenapa?"

Putra Mahkota Johnny mengangkat bahu. "Entahlah. Kurasa ini karena ayahnya. Keputusan pasti akhirnya bukan di tangan putri. Raja Acacia begitu pemilih. Aku harus menguatkan kerajaan jika ingin mendapatkan putri."

Putri Jaemin menelusuri wajah kakaknya. "Bagaimana dengan Putri Acacia? Kakak menyukainya?"

Putra Mahkota tersenyum mengingat rupa sang putri. "Dia cantik, sungguh cantik."

Putri Jaemin ikut tersenyum. "Kakak menyukainya."

Tidak ada jawaban setelahnya. Mereka asik dengan pikiran masing-masing sambil berjalan. 

Langit mulai menggelap.  "Di mana Haechan?" tanya Johnny memecah keheningan.

"Emm... mungkin di ruang dapurnya?" jawab Putri Jaemin ragu.

Kemudian Putra Mahkota Johnny teringat sesuatu. "Ah, bagaimana denganmu? Apa hari ini kau ke panti asuhan lagi?"

"Ya, Kakak," jawab putri dengan senang. "Aku ke panti di daerah perkebunan karet. Aku tak mengira mereka dipekerjakan secara paksa."

Selanjutnya, Putri Jaemin terus menceritakan kegiatannya sementara Putra Mahkota diam mendengarkannya.

...

Putri Doyoung duduk di ruang bacanya. Di depannya, sudah ada beberapa buku yang menumpuk dan alat tulis. Matanya bergerak-gerak ke dua buku yang sedang ia geluti. Putri Doyoung suka menulis. Ia menulis untuk dirinya sendiri dan orang lain. Ibunya berkata pengetahuan yang luas tidak berguna jika hanya di kepala saja. Ya, putri tahu itu. Maksud sang ibu adalah agar ia lebih banyak berinteraksi langsung dengan orang-orang seperti berbincang-bincang saat pesta misalnya. Tapi, daripada mengeluarkan isi kepalanya melalui bibir, ia lebih suka mengeluarkannya lewat tulisan. Seperti yang ia lakukan saat ini, Putri Doyoung menulis buku pengetahuan dasar untuk anak-anak kecil dengan bahasa yang disederhanakan dan lebih mudah dimengerti.

Putri Doyoung mendedikasikan dirinya di dunia pendidikan dan terutama bagi anak kecil dan pembangunan karakter remaja. Ia ingin ikut dan harus berkontribusi untuk kehidupan kerajaannya. Beberapa kali ia akan mengunjungi sekolah-sekolah dasar dan memperhatikan anak-anak kecil yang bermain. Ia ingin rakyatnya terus memilki etika yang baik walaupun kenyataannya memang kejahatan tidak bisa dihindari. Ia tahu, tapi bukan berarti pasrah. Setidaknya ada pendidikan sejak dini yang menjadi dasar bagi kehidupan moral rakyat.

Ketertarikan putri terhadap dunia literasi muncul sejak ia membaca buku dongeng. Baginya, imajinasi adalah awal dari keinginan yang kuat. Bahkan hingga dewasa, cerita-cerita dongeng tetap menarik baginya.

Sudah lebih dari seminggu sejak pertemuannya dengan Putra Mahkota Johnny. Putri Doyoung kemudian teringat dengan dongeng-dongeng yang diceritakan sang putra mahkota. Putri Doyoung mengambil sebuah buku kosong. Ia mulai menulis dongeng-dongeng itu sejauh yang ia ingat termasuk pembahasan cerita yang ia lakukan bersama putra mahkota itu di depan perapian.

...

Bagi Panglima Lee, cara paling cepat mengenali Dominica adalah dengan mencari pedangnya. Ia melihat ke suatu titik di mana para prajurit sedang berlatih memanah. Panglima Lee berjalan mendekat kemudian mengangkat busur dan mengambil anak panah. 

"Dominica?"

Dominica menoleh. "Panglima Lee."

"Mau bertanding?"

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang