20

392 41 20
                                    


Chenle mencoba perhiasan yang diberikan padanya. Ada beberapa yang tidak ia paham cara memakainya sehingga ia meminta pelayan untuk memasangkannya. Pelayan membantunya dan memujinya.

Chenle melihat ke sekitar ruangan. "Apakah tidak ada kaca di sini?" tanya Chenle pada para pelayan. Seorang pelayan menjawab, "Maaf, Nyonya, di sini tidak ada kaca. Saya akan antarkan Nyonya pada ruangan lain yang memilikinya."

Saat pelayan tersebut hendak melangkahkan kaki, seorang pelayan lain maju dan berkata, "Mohon maaf, Nyonya, tetapi sekarang adalah waktu untuk sarapan. Pangeran telah menunggu. Maaf, Nyonya, tetapi Nyonya juga sebaiknya segera mengisi tenaga. Nyonya sedang hamil."

Wajah Chenle berkerut. "Baiklah, baiklah."

Setelah itu, Chenle menuju ruang makan. Di sana ia bertemu dengan Pangeran Jisung yang telah duduk menunggu.

Saat Chenle berjalan menuju meja, Pangeran Jisung bertanya, "Apa yang membuatmu lama sekali?"

Seorang pelayan menarikkan kursi untuk Chenle.

"Aku mendapat hadiah dari Yang Mulia Raja, Pangeran Jeno, dan Pangeran Sungchan," jawab Chenle sambil bergerak untuk duduk.

"Lantas kau berlama-lama di sana sementara aku di sini menahan lapar?"

"Aku lupa sesaat," jawab Chenle.

Setelah Pangeran Jisung dan Chenle menyantap sarapan bersama, mereka berjalan menuju ruang tempat hadiah-hadiah milik Chenle diletakkan. Pelayan menerangkan asal hadiah yang diberikan.

"Ternyata Pangeran Jeno ada baiknya. Lihat, dia memberikanku hadiah," ucap Chenle sambil mengangkat salah satu kotak berisi wewangian dan perias wajah. Ia menunjukkannya kepada Pangeran Jisung.

Pangeran Jisung memperhatikan hadiah-hadiah yang diberikan Pangeran Jeno pada Chenle. Ia melihat peralatan mandi, wewangian, perias wajah, dan sarung tangan. Pangeran Jisung menangkap maksud lain dari hadiah tersebut. Ia menangkap kesan negatif, tetapi ia tidak mengatakan apapun dan membiarkan Chenle berpikir seperti apa yang wanita itu katakan.

Chenle memanggil salah satu pelayan kemudian berkata, "Tolong ambilkan kaca ke sini." Setelah itu, ia menghadap Pangeran Jisung. Ia mengambil sebuah gaun dan memosisikannya di depan badan. Gaun itu berwarna biru muda dengan bordir berwarna perak di sekitar bagian pundak hingga dada. "Aku paling suka yang ini. Gaunnya terlihat tenang."

"Bagus," ucap Pangeran Jisung.

"Menurutmu paling bagus yang mana?" tanya Chenle.

"Yang mana saja," jawab Pangeran Jisung sambil bergerak duduk.

"Jawab yang benar apakah sulit?" protes Chenle. Ia kemudian meminta para pelayan untuk menunjukkan gaun-gaun yang ada. "Lihat, coba pilih salah satu," kata Chenle.

Pangeran Jisung melihat gaun-gaun yang ditunjukkan padanya. Kemudian, ia menunjuk satu gaun berwarna jingga gelap. "Yang itu," tunjuknya. Chenle berjalan menuju gaun tersebut. "Yang ini?" tanyanya. "Ya," jawab pangeran.

Chenle melihat gaun tersebut. "Tapi kurasa ini terlalu besar untukku." Itu adalah salah satu gaun dari Raja Jaehyun. "Apakah kau memilihnya karena ini dari Yang Mulia?"

Pangeran Jisung sedikit menggeleng. "Tidak," bantahnya. "Aku memilih gaun tersebut karena pemilihannya penuh perhatian. Perhatikan, gaun itu memiliki ukuran yang besar. Ukuran itu cocok untukmu. Yang Mulia Raja pasti berpikir bahwa kau akan membutuhkan gaun khusus di masa kehamilanmu. Perutmu akan membesar dan gaun itu akan cocok dengan keadaan."

Chenle kemudian menunjuk gaun lain yang juga memiliki ukuran cukup besar. Warnanya putih pucat dengan hiasan pernak-pernik di sekitar roknya.  "Lalu kenapa tidak pilih yang ini?"

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang