15

588 65 16
                                    

Panglima Lee melihat Putri Haechan dan beberapa orang lainnya yang tengah berbincang sambil berjalan. Sejenak Panglima Lee ingin kembali menyusuri jalan lagi sambil memperhatikan daerah itu, tetapi matanya tak sengaja bertatapan dengan sang putri. Oleh karena itu, ia menghampiri mereka dan menyapa. Setelah sapaan diberikan, Panglima Lee melihat perempuan-perempuan di sekitar putri menatapnya dengan rasa ingin tahu.

"Hendak ke manakah kalian?" tanya Panglima Lee sopan.

"Oh, kami ingin mengunjungi Irene, teman kami. Dia akan menikah tak lama lagi. Berhubung Irene kesepian dan Putri Haechan tengah berkunjung, ini adalah kesempatan baik untuk bertemu," jawab Joya.

Yerim mendekat. "Ya! Kami ingin melihat persiapannya juga. Pernikahan ini dinantikan oleh kami. Salah satu dari kami menikah!"

"Apakah kau ingin ikut? Kami akan senang kalau kau ikut," ucap Wendy.

Panglima Lee melirik Putri Haechan yang langsung dibalas Putri Haechan dengan berkata, "Maaf, Panglima Lee. Kau tidak bisa. Perempuan yang akan menikah dilarang bertemu dengan pria dalam kurun waktu tertentu hingga pernikahan dilaksanakan." Putri Haechan memperingatkan saudara-saudaranya juga.

Panglima Lee menatap yang lain menyesal. "Mendengar hal tersebut, aku sangat menyesal tidak bisa menemani," katanya.

"Bagaimana kalau kau menemani hingga depan rumahnya saja? Kita bisa berjalan-jalan sambil berbincang. Itu menyenangkan. Kami juga akan memperkenalkan hal-hal pada panglima," ucap Joya. Setelah perkataan Joya, saudara-saudara Putri Haechan lanjut berjalan sehingga tanpa lisan untuk persetujuan, mereka jadi melakukannya.

"Omong-omong, selamat atas kemenangan panglima semalam. Panglima hebat," ucap Jungwon. Setelah perkataan itu, saudara-saudara putri juga ikut memujinya.

"Terima kasih," ucap Panglima Lee.

Ketika Wendy, Joya, Yerim, dan Putri Haechan berjalan di depan, Jungwon dan Panglima Lee sedikit tertinggal. Panglima Lee bisa saja menyusul, tetapi ia paham Jungwon ingin berbicara dengannya saja dan ia menghormati hal tersebut. "Panglima tahu? Seongwoo adalah petarung kebanggaan Clanden. Dia adalah pemuda yang sangat disegani dan ia memiliki tanggung jawab tinggi terhadap Turquoye Clandestine karena ia digadang-gadang akan menjadi Kepala kami."

Panglima Lee menengok dan mengangguk sebagai respon sopan. Ia telah mendengar bahwa laki-laki yang menjadi lawannya semalam adalah petarung kebanggaan, tetapi ia baru mendengar kalau laki-laki itu diharapkan menjadi pemimpin.

"Selain bertarung, Seongwoo juga berkompeten. Itulah sebabnya," Jungwon mendekatkan sedikit badannya, menunjukkan bahwa kalimatnya bukan hal yang ingin disampaikan hingga telinga orang lain, "beberapa dari kami berharap mereka berdua bersama."

"Maksud Anda, Nona?"

"Putri kami dan Seongwoo. Seongwoo masih memiliki mata murni juga, begitu. Ini semakin menguatkan asa untuk kembali memurnikan Clanden. Apabila itu terjadi, kami akan sangat senang."

Panglima melihat ke arah Putri Haechan yang tengah menyimak saudara-saudaranya berbicara. Panglima bisa melihat sebelah sisi wajahnya dari belakang.

"Panglima, tidak sembarang orang dibawa Yang Mulia Putra Mahkota masuk ke daerah kami. Kau di sini dan kami mempertanyakan apa gerangan kepentingan kau dibawa. Yang ingin kutanyakan adalah," Jungwon melihat sekitar sebentar sebelum kembali, "apakah kau melamar Putri Haechan?"

Panglima Lee sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut dan ia mempertanyakan dalam benaknya apakah Clanden tahu bahwa Putri Haechan dilamar oleh bangsawan Acacia, meski tidak berlanjut.

"Tidak, Nona. Kedatanganku ke sini bukan untuk hal tersebut. Soverlyon dan Cholin bekerja sama dalam militer. Kedatanganku ke sini adalah sebagai pemimpin pasukan dari kerajaan kami untuk membangun kerja sama dengan pasukan Cholin."

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang