Chenle bingung ketika iringan pelayan menuju ke arah yang berlawanan dengan arah menuju kamarnya.
"Kita mau ke mana?" tanya Chenle.
Seorang pelayan berjalan ke depannya dan membungkukkan badan. "Izin melapor, Nyonya. Mulai hari ini, kamar Nyonya tidak lagi Nyonya pergunakan hingga batas waktu yang ditentukan."
"Apa?"
"Mohon maaf, Nyonya."
"Tapi kenapa?"
"Karena Nyonya sedang mengandung, tidak baik Nyonya kelelahan."
"Lalu di mana kamarku?"
"Di kamar Pangeran, Nyonya."
.
Chenle tidak mau masuk ke kamar orang itu. Seharian Chenle menepati kamar lainnya. Para pelayan berusaha membujuknya, tetapi Chenle berkeras. Ia tak sudi berada satu kamar dengan orang itu. Chenle sudah tertekan atas kondisinya saat ini. Apalagi, hingga sekarang ia masih belum juga mendapatkan informasi mengenai Grey. Orang itu tidak mau menjawab pertanyaannya.
.
Ketika Pangeran Jisung pulang, ia mendapat laporan bahwa Chenle tidak mau menuruti perintahnya. Lantas, ia bertanya di manakah wanita itu. Pelayan mengantarnya ke sebuah kamar. Chenle tentu tidak punya kuasa atas kunci ruangan-ruangan di dalam istananya. Jadi, mudah bagi Pangeran Jisung untuk masuk ke kamar yang dihuni Chenle.
Baru sedikit pintu terbuka, Chenle segera berseru, "Jangan masuk!"
Tangan pelayan yang hendak membuka pintu lantas berhenti lalu dua pelayan menengok Pangeran Jisung sekilas.
"Apa dia sudah makan?" tanya Pangeran Jisung.
Pelayan mengangguk. "Sudah, Pangeran."
"Buka pintunya."
Kedua pelayan saling menatap sejenak karena ragu atas perintah yang bertentangan, tetapi mereka akhirnya menjalankan perintah Pangeran Jisung.
Chenle yang melihat pintu kamar terbuka semakin lebar langsung bangkit duduk di atas ranjang. "Tidak dengar? Aku bilang jangan masuk!"
Pangeran Jisung mengisyaratkan para pelayan untuk tetap di luar. Lalu, ia melangkahkan kaki ke ranjang dan berhenti di tepi.
"Apakah kau akan terus membangkang padaku?" tanya Pangeran Jisung. "Berdiri dan pindah!"
"Tidak!"
"Chenle."
"Aku bilang tidak!"
Pangeran Jisung menatap Chenle dengan nyalang. "Jika kau tidak memindahkan kakimu, aku akan menyeretmu." Chenle masih tidak bergerak. Pangeran membentaknya, "Sekarang!"
Chenle menatap Pangeran Jisung dengan nyalang juga, tetapi matanya berkaca-kaca. "Kau adalah orang berengsek yang paling berengsek!"
"Jaga bicaramu," ucap Pangeran Jisung dengan penekanan.
"Kau mengurungku di kamar itu dan sekarang kau akan membuatku sesak melihatmu tiap hari. Bagaimana bisa kau menempatkanku di sisimu ketika kau membuatku ada dalam jurang kutuk?" ujar Chenle tak percaya.
"Jangan bahas kutuk," potong pangeran.
"Jika kau tidak membawaku ke sini, aku tidak akan melakukan dosa. Aku tidak akan dikutuk! Saudara-saudariku tidak akan dikutuk!"
"Hentikan omonganmu," suruh Pangeran Jisung. Ia sudah tidak mau lagi membahas kutuk-kutuk itu. Sudah cukup ia dan Chenle saling membentak karena pemahaman yang ditanamkan pada wanita itu. Itu tidak masuk akal. Bagaimana bisa kehamilan dalam pernikahan yang sah adalah dosa? Bagaimana bisa kehamilan dalam pernikahan yang sah membawa kutukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Kerajaan
Fiksi PenggemarSteele, Acacia, Cholin, Soverlyon. Jung, Kim, Seo, Lee. Pewaris yang tersisa mendapatkan lamaran. Dari lamaran itu, jadilah kisah empat kerajaan. Prolog: 30 Desember 2020 Mulai : 6 Januari 2021 Selesai: -