Empat Kerajaan

17

Panglima Lee tidak menyangka bahwa Putra Mahkota Johnny akan mengantarkan keberangkatannya hingga Pelabuhan Pierre. Tidak sampai situ, Putri Jaemin ikut mengantarnya juga meski berbeda kereta. Panglima Lee berada dalam satu kereta dengan Putra Mahkota Johnny sementara di belakangnya, kereta kencana Putri Jaemin dan Putri Haechan mengikut.

Ketika sampai di pelabuhan, Panglima Lee dan Putra Mahkota Johnny menginspeksi beberapa persiapan. Setelah itu, Panglima Lee berpamitan pada keluarga kerajaan tersebut.

Dari kapal, Panglima Lee melihat Putri Jaemin yang melambaikan tangan padanya. Panglima Lee tersenyum. Lantas, ia mengingat rencana keberangkatan pasukan dari Cholin. 

Sehari sebelumnya, Panglima Lee hendak mengundang Pasukan Cierro untuk berangkat menggunakan kapal yang sama dengannya. Ia ingin bersama dengan Dominica dan berbincang dengannya sepanjang perjalanan. Namun, pihak Pasukan Cierro berkata bahwa mereka memiliki urusan lain terlebih dahulu sehingga tidak bisa berangkat bersama. Mereka akan menyusul menggunakan kapal lain bersama dengan prajurit lainnya. Saat itu Panglima Lee merasa mungkin ada kaitannya dengan kepergian Putri Jaemin. Di samping itu, Panglima Lee juga masih menerka-nerka apakah Putra Mahkota Johnny tahu mengenai kegiatan yang dilakukan Putri Jaemin itu. Mungkin, Putri Jaemin perlu mengurus hal-hal untuk kepergiannya sebagai Dominica.

"Ini bisa menjadi acuan terkuat untuk menang," celetuk Sunoo. Pria itu melihat pada keluarga kerajaan yang sudah semakin kecil terlihat.

Panglima Lee menengok. "Maksudmu?"

"Kibarkan bendera Soverlyon di medan perang dengan dagu terangkat," ucap Sunoo. Panglima Lee harus berhasil membawa Panthera menggapai kemenangan bagi Soverlyon. "Kau tahu, setelah itu Putera Mahkota tentu akan memberikanmu hadiah. Mintalah perwakilan untuk meminang Putri Jaemin. Kau bisa mendapatkan putri kerajaan ini."

Panglima Lee merasa sangat pantas mendapatkan Putri Jaemin. Panglima Lee pun merasa bahwa sang putri tertarik padanya. Hanya saja, Panglima Lee memikirkan restu dari Putra Mahkota Johnny. Ia tidak mengetahui kriteria apa yang diinginkan pewaris takhta Cholin itu. Namun, Panglima Lee bertekad untuk meminang adik sang putra mahkota.

...

Pada suatu pagi, Chenle menatap cermin yang merefleksikan dirinya. Ia melihat pantulan dirinya dan para pelayan sibuk yang mempersiapkannya. Pangeran Jisung berkata bahwa pada hari ini akan datang raja dan kedua pangeran lainnya ke wastunya. Pangeran Jisung telah memperingatkannya untuk berperilaku dengan baik. Dari perkataannya, Chenle menangkap bahwa Pangeran Jisung mengancamnya dengan kehidupan rakyat Grey di sana.

Ketika waktunya tiba, Chenle dapat merasakan wibawa sang raja. Dari pakaiannya juga, Chenle mengetahui bahwa pria tersebut adalah pemegang takhta tertinggi di kerajaan ini. Kemudian, di belakangnya ada dua orang yang Chenle terka adalah dua pangeran yang dimaksud oleh Pangeran Jisung.

Pangeran mengisyaratkan Chenle untuk memberi penghormatan pada sang raja. Chenle melihat itu lantas melakukannya. Pangeran Jisung lalu memperkenalkan kedua pangeran yang berada di belakang Raja Jaehyun. Pangeran yang memiliki tahi lalat di dekat mata adalah Pangeran Jeno. Pangeran yang lebih tinggi adalah Pangeran Sungchan. Dari perkenalan itu, Chenle mengetahui bahwa Pangeran Jisung adalah pangeran bungsu sementara Pangeran yang paling tua adalah Pangeran Jeno. Mengenai Pangeran Jeno, Chenle merasa bahwa tidak ada keramahan darinya.

Pada saat jamuan makan siang, Chenle duduk di samping Pangeran Jisung. Di depannya adalah Pangeran Jeno dan Pangeran Sungchan. Sementara itu, Raja Jaehyun duduk di kursi tengah.

Setelah makan, mereka tetap berada di tempat sementara para pelayan mengangkat seluruh peralatan makan dan sisa makanan. Raja Jaehyun memuji hidangan yang disediakan. Ada perbincangan singkat mengenai itu sembari menunggu pekerjaan pelayan. Kemudian, pelayan mulai menghidangkan kudapan penutup.