12

689 83 29
                                    

"Putri Haechan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Putri Haechan?"

Putri Haechan menoleh ke belakang. "Panglima Lee," balasnya ketika Panglima Lee bangkit berdiri.

Pria itu tengah merebahkan diri di rumput ketika ia mendengar gemerisik di sekitarnya. Ketika ia menengok, ia menemukan Putri Haechan yang sedang berjalan. Putri itu pasti tak melihatnya karena ada semak tebal yang menutup penglihatan Putri Haechan terhadap panglima yang merebahkan diri. 

"Apa yang putri lakukan pagi buta seperti ini? Tidakkah bahaya bagi putri berjalan sendirian di hutan seperti ini?" tanya panglima seraya melihat penampilan putri. Putri Haechan menggunakan pakaian biasa, bukan pakaian bangsawan. Perempuan itu juga dipersenjatai dengan panah dan mungkin belati diselipkan di pinggangnya.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan," jawab putri. Ia tak menyangka dan tak mengharapkan bertemu dengan siapapun di pagi yang masih cukup gelap itu. Ia hanya ingin berjalan-jalan sendiri, menghirup udara hutan, dan merasa bebas.

"Biar kutemani," ucap Panglima Lee.

"Sepertinya aku ketiduran hingga pagi," buka Panglima Lee ketika mereka berjalan beriringan. Ia berinisiatif untuk memulai percakapan karena dilihat Putri Haechan hanya diam sambil melihat sekitar.

"Apa yang kaulakukan di hutan, Panglima Lee?" tanya putri.

Panglima diam sejenak, apakah ia akan mengatakannya secara jujur atau tidak. Ia tidak ingin disangka bermaksud buruk dengan bertindak diam-diam. Ia penasaran, sangat penasaran terhadap pasukan Cierro. Ia begitu ingin melihat operasi yang mereka lakukan. Semalam, diam-diam ia mengikuti beberapa pasukan Cierro. Ia meyakini mereka akan melakukan operasi. Ia mengikuti diam-diam hingga masuk hutan. Akan tetapi, kemudian pasukan itu sepertinya merasa ada yang mengikuti mereka sehingga Panglima Lee sembunyi. Lama mereka diam di tempat sehingga Panglima Lee tidak bisa apa-apa.

"Sejujurnya," ucap panglima ragu, "aku mengikuti pasukan Cierro."

"Mengapa kau melakukan itu?"

"Aku penasaran, Putri. Hanya itu. Aku tidak bermaksud memata-matai ataupun bermaksud buruk apapun."

"Kau mungkin dalam masalah jika mereka tidak berpikir demikian," ucap putri.

"Maafkan aku," respon panglima cepat. Panglima Lee sedikit terkekeh. "Mungkin kita bisa merahasiakan ini."

"Aku tidak yakin," ucap Putri Haechan. Panglima menoleh. "Mereka mungkin tahu," tambah putri.

"Aku mulai menggigil," gurau panglima. Putri Haechan menarik sebelah bibirnya.

"Kau mungkin sekarang tengah dibidik dengan anak panah, Panglima Lee," ucap putri. "Atau mungkin mereka telah memasukkan racun ke dalam mulutmu ketika kau tidur."

"Benarkah?" tanya Panglima Lee.

Putri Haechan mengedik. "Bisa jadi."

"Mereka bisa melakukannya?"

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang