"Put—"
"Sssh." Putri Haechan segera menghentikan Panglima Lee. Ia menengok ke orang sekitarnya, semoga tidak menarik perhatian.
Putri Haechan sengaja mengenakan pakaian biasa, termasuk menggunakan penutup sebagian wajah ketika berada di jalan. Rakyat mungkin memang tidak mengenali seperti apa rupa putri bungsu kerajaan karena ia hampir tidak pernah tampil di publik sebagai Putri Haechan. Akan tetapi, Putri Haechan terbiasa untuk berjaga-jaga. Banyaknya, ia berjalan-jalan tanpa siapapun, dan tanpa memperkenalkan identitas aslinya.
"Ini pesanan Anda, Nona," ujar seorang wanita paruh baya. Ia meletakkan hidangan di depan Putri Haechan.
"Terima kasih, Nyonya."
"Hari ini Anda bersama teman, Nona?" tanya wanita paruh baya tersebut. Kemudian, ia menghadap Panglima Lee. "Tuan, adakah yang Anda ingin kami hidangkan?"
Panglima Lee menoleh ke Putri Haechan sebentar. Sepertinya ia akan makan di sini bersama putri. "Nyonya, bisakah aku meminta hidangan yang sama?"
Wanita paruh baya itu tersenyum. "Tentu, Tuan. Apakah ada lagi?"
Panglima Lee menggeleng. "Tidak, Nyonya."
"Baiklah."
Wanita paruh baya itu kemudian pergi ke balik pintu kain.
Putri Haechan diam di tempat duduknya. Tidak sopan makan ketika kenalan di samping belum menerima hidangannya. Jadi, putri hening saja sembari melihat makanannya.
"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini, putri," ujar Panglima Lee.
"Tolong," potong Putri Haechan saat Panglima Lee terlihat akan menyuarakan kalimat berikutnya, "jangan memanggilku 'putri' di sini."
"Kenapa?"
"Aku hanya tidak nyaman."
Panglima Lee menatap Putri Haechan. Perempuan ini lebih banyak menunduk, terlihat tidak ingin dikenali.
"Baiklah. Lantas, aku harus memanggilmu apa?"
"Hindari saja pemanggilan sebisa mungkin."
"Baiklah."
Wanita paruh baya itu datang membawa hidangan yang sama seperti milik Putri Haechan. Ia menatanya di depan Panglima Lee.
"Wah, cepat juga."
"Ya, Tuan. Ini adalah hidangan umum sehingga kami memastikan selalu tersedia sehingga para pelanggan bisa mendapatkannya dengan cepat. Kau, tahu? Kebanyakan yang datang ke sini adalah para pekerja kasar sehingga kami harus mengisi perut mereka secepat mungkin."
Panglima Lee menatap hidangan di depannya. Memang, sangat terlihat ini bukan makanan kelas atas. Apakah tidak apa seorang putri kerajaan menyantapnya?
"Silahkan dinikmati hidangannya," ujar wanita itu ramah kemudian pergi ke pelanggan lainnya.
"Putri, apakah tidak apa kau memakan hidangan seperti ini?"
"Pertama, tolong jangan menggunakan panggilan itu di sini. Kedua, ya, tidak apa. Ini adalah hidangan tercepat yang bisa disajikan jadi aku memesannya."
"Apakah kau sedang buru-buru?"
Putri Haechan mengangguk. "Ya."
Benar. Putri mungkin harus cepat kembali ke istana. Panglima tahu Putri Haechan harus segera kembali karena ia akan ke barak bersama calon tunangannya.
"Ah, selamat atas acara lamaranmu. Maaf aku baru menyampaikannya sekarang."
"Terima kasih, panglima."

KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Kerajaan
FanfictionSteele, Acacia, Cholin, Soverlyon. Jung, Kim, Seo, Lee. Pewaris yang tersisa mendapatkan lamaran. Dari lamaran itu, jadilah kisah empat kerajaan. Prolog: 30 Desember 2020 Mulai : 6 Januari 2021 Selesai: -