Seorang pria menatap sekitar. Rumah-rumah hancur, kobaran api tak jarang terlihat, daerah di mana ia berpijak luluh lantak. Kebanggaan jelas terpatri di wajahnya. Penyerangan selesai dan mereka menang. Orang-orang pribumi hanya bisa menunduk jika tak ingin mati.
Pria itu berjalan menuju salah satu di antara mereka kemudian berhenti di depan seorang gadis dengan baju yang telah begitu lusuh. "Kau," seru pria itu. Gadis itu tetap diam dengan kepala menunduk dan berlutut, tapi jelas ia begitu ketakutan. Ketakutannya terlihat dari remasan tangan pada bagian bawah pakaiannya. Pria itu mengayunkan pedang kemudian mengangkat dagu sang gadis dengan ujung pedangnya lalu menyeringai. "Kau anak pemimpin daerah ini, bukan?" tanyanya setelah melihat wajah gadis itu. Mata sang gadis cukup berkaca-kaca, mempertegas ketakutannya terlebih dengan pedang di bawah dagunya.
"Pangeran, sudah waktunya kita berangkat. Kapal sudah siap," lapor salah satu bawahan sang pria.
Pangeran itu menurunkan pedang dari dagu sang gadis. "Bawa dia," perintahnya lalu berbalik menuju tenda.
"Tidak! Tidak! Tolong, Tuan, tolong jangan bawa nona kami," pinta seorang di belakang gadis tadi diikuti yang lainnya. Mereka berlutut memohon belas kasih sang pangeran sementara sang gadis sudah dibawa paksa oleh dua orang. Gadis itu meronta-ronta meminta dilepaskan. Melihat itu, beberapa prajurit langsung menghadang orang-orang tadi dengan pedang mereka, mengancam akan membunuh mereka jika melawan.
Para prajurit membawa si gadis ke depan pangeran dan menghempaskannya sehingga ia berlutut.
"Kalau kau melawan, mereka hanya tinggal tubuh," ucap pangeran itu dengan nada mengancam. "Cepat bawa dia ke kapal!" perintahnya pada prajurit kemudian masuk ke tenda untuk memberi instruksi lainnya.
Meninggalkan daerah tersebut, pangeran tersenyum penuh kemenangan di haluan kapal.
...
"Ya, Yang Mulia, wilayah Grey sudah berhasil ditaklukan. Kita akan mulai membangun wilayah kita di sana," jawab pangeran.
"Aku tahu itu. Pasti," sahut Raja Jaehyun. Sejak awal ia optimis menang. Wilayah Grey tidak sulit ditaklukan apalagi posisi wilayah itu sangat mudah diserang oleh pasukan Kerajaan Steele.
"Kudengar kau membawa tawanan," ujar Raja di sela-sela keheningan.
"Ah, betul, Yang Mulia."
Raja Jaehyun meneliti wajah pangeran. "Kau senang?" tanyanya juga dengan senyuman.
"Ya, Yang Mulia."
"Kurasa kita tidak butuh tawanan? Untuk apa kau membawanya?"
"Aku menginginkannya," jawab pangeran. Raja Jaehyun mendengar suara itu tegas, menandakan bahwa keinginannya kuat.
Raja menaikkan sebelah alisnya. "Kita akan melayangkan lamaran, Jisung. Jangan buat masalah. Aku tidak ingin Kerajaan Acacia mendengar rumor tak sedap."
"Tentu, Yang Mulia. Aku akan mengurus itu dengan baik, tidak perlu khawatir. Akan kupastikan nama baik kita aman."
Raja Jaehyun memperingatkan. "Putuskan tindakanmu sematang mungkin. Itu bukan perkara sepele."
"Baik, Yang Mulia."
Raja Jaehyun meneguk anggur dari cawan. "Anak pemimpin itu, kan? Siapa namanya?"
"Benar, Yang Mulia. Zhong Chenle."
...
Seorang wanita dengan gaun anggunnya membuka pintu yang menjulang tinggi, masuk, dan menutup pintu itu lagi dengan perlahan. Perempuan yang berada di balkon menyadari ada yang masuk dan segera memeriksa siapa yang masuk ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Kerajaan
FanfictionSteele, Acacia, Cholin, Soverlyon. Jung, Kim, Seo, Lee. Pewaris yang tersisa mendapatkan lamaran. Dari lamaran itu, jadilah kisah empat kerajaan. Prolog: 30 Desember 2020 Mulai : 6 Januari 2021 Selesai: -