8

793 101 15
                                    

"Simpan berita ini. Jangan sampai tersebar ke manapun," perintah Pangeran Jisung.

"Baik, Pangeran."

Laki-laki itu membungkuk dan pamit undur diri kemudian keluar dari ruangan sementara Pangeran Jisung tetap pada tempatnya.

Setibanya ia di Steele, orang itu meminta menghadap dan melaporkan apa saja yang terjadi di Grey dan perkembangan proyeknya. Proyek itu tetap berjalan, tetapi berita lain di sampingnya tidak Pangeran Jisung duga, atau terjadi setidaknya dalam waktu dekat.

Orang-orang Grey mati. Mereka ditemukan telah tak bernyawa. Jasad-jasad itu berserakan di tempat istirahat mereka. Utusan itu mengatakan bahwa diperkirakan mereka meminum racun pada malam hari, ketika mereka pulang dari kerja paksa. Pribumi yang tersisa itu bunuh diri.

.

Panglima Lee dan Putri Jaemin berjalan beriringan di lorong istana. Putri Jaemin asyik menceritakan kegiatan-kegiatannya di panti asuhan dan juga kemajuan pencanangan sekolah. "Jadi, kupikir, aku akan sangat kesulitan menghadapi mereka saat pertama kali aku ikut Yang Mulia Raja mengunjungi panti. Tetapi, ternyata tidak benar-benar sulit. Mereka takut-takut mendekatiku, jadi aku yang lebih dulu mengulurkan tangan."

Sambil berjalan, mata Putri Jaemin menerawang, mengingat kembali masa-masa awalnya terjun dalam dunianya sementara Panglima Lee tak melewatkan kesempatan untuk memuja senyumnya. "Ibu menyemangatiku bahwa aku bisa. Aku akan berhasil. Aku akan mendapatkan hati mereka."

"Kau berhasil." Putri Jaemin mengangguk.

Putri Jaemin bertanya pada Panglima Lee, "Bagaimana dengan Anda, Panglima?"

Panglima Lee terkekeh. "Apa yang ingin Anda ketahui, Putri?"

"Bagaimana dengan perang?" Melihat Panglima Lee yang tak langsung menjawab, Putri Jaemin melanjutkan. "Apakah seburuk itu?"

Panglima Lee mengernyit samar. "Di balik kemenangan, ada pengorbanan. Di samping pengorbanan itu, darat suram dengan mayat-mayat membusuk. Tubuh tak bernyawa itu dipinggirkan. Ke parit, atau parahnya tergeletak begitu saja bahkan menjadi tumpukan." Tubuh-tubuh yang terkoyak itu menghinggapi pikiran Panglima Lee dan ia tak berniat untuk menyuguhkan detail lebih kejamnya lagi. Ia tak ingin perbincangan mereka menggelap.

"Apakah semua luluh lantak?"

"Ya. Kemudian bangunan yang tersisa dijadikan penampungan bagi prajurit yang terluka, atau bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya."

Lalu kuda yang mereka tunggangi lepas kendali, berlari gila-gilaan dan ikut menebar teror batin dengan ringkikannya. Dan lagi, dalam ingatan Panglima Lee, ada saat ketika ia melihat darah yang berceceran itu ikut terbawa bersama langkah kaki mereka.

Putri Jaemin terdiam. "Apakah... itu juga yang akan terjadi di perang nanti?" tanyanya mengingat aliansi Cholin dan Soverlyon. "Parit dipenuhi para prajurit, darah di mana-mana, rumah-rumah hancur. Kesuraman itu menyelimuti."

Panglima Lee melihat sorot takut dan khawatir itu. "Tidak akan ada parit yang dipenuhi para prajurit dan bangunan yang hancur," katanya tenang. "Perang melawan Kerajaan Crypton akan dilakukan di lembah. Tidak ada rumah. Tidak ada parit. Tidak ada bangunan apapun."

Ketika mereka sampai di balkon, Putri Jaemin meletakkan tangannya di pagar pembatas dan memainkan jemarinya. "Aku pernah melihat jasad, dan itu menyeramkan," tuturnya teringat ketika tak sengaja ia menemukan mayat yang membusuk dengan darah yang telah mengering. Baunya yang menyengat itu tak ia lupakan.

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang