2

1.7K 139 10
                                    


"Siapa namanya?" tanya seorang wanita sambil berjalan-jalan di pekarangan rumah. 

Seorang wanita lain mengikutinya dari belakang. "Jeon Jungkook, Yang Mulia. Hamba sudah menjelaskan seluruh tugas dan tanggung jawabnya. Hamba pastikan dia akan melaksanakannya dengan baik. Hamba mengenalnya dari Jungkook masih kanak-kanak. Jungkook adalah kandidat terbaik yang hamba punya. Dia tidak akan macam-macam. Gadis itu patuh dan bertanggung jawab." Pelayan itu berbicara sambil membayangkan gadis yang ia bicarakan. Senyum tak lepas dari bibirnya.

Wanita yang dipanggil 'Yang Mulia' itu berjalan dan menatap hamparan bunga. 

"Bagaimana tanggapannya?" Ia berbalik setengah badan, menatap pelayannya. "Tanggapannya, mengenai putraku."

"Dia tidak mempermasalahkan itu, Yang Mulia. Dia berjanji akan melayaninya segenap jiwa dan raganya. Yang Mulia tidak perlu khawatir. Yang Mulia bisa mempercayai Jungkook."

Wanita itu menarik napas. "Kau telah membuktikan pengabdianmu padaku sampai saat ini. Aku percaya padamu. Bawa dia padaku besok."

...

Raja Jaehyun mengikuti langkah Raja Acacia. Kedua raja itu berjalan bersebelahan mengitari istana. 

"Bangunan itu adalah tugu penghormatan yang baru kami buat beberapa tahun lalu untuk mengenang raja dan ratu terdahulu." Raja Acacia menunjuk bangunan yang ia maksud. Ia terus bercerita. Jujur saja, Raja Jaehyun tidak begitu berminat. Namun, ia akan mengikuti alur Raja Acacia dulu. Ia harus memberi kesan yang baik. Satu jam yang lalu ia mengajukan niatnya untuk meminang sang putri, tetapi lamaran dijawab diplomatis oleh raja di sampingnya, menggantungkan lamarannya dengan alasan sang putri. 'Berapa lama ini akan berlangsung.'

Raja Acacia menatap Raja Jaehyun. Ia menangkap raut yang tidak fokus. "Paduka?" panggilnya, memanggil raja yang lebih muda. Raja Jaehyun menengok. "Sepertinya Anda sudah bosan dengan cerita saya. Maaf, saya terlalu bersemangat."

"Tidak, Paduka, sungguh, saya yang meminta maaf atas ketidaksopanan saya," sahut Raja Jaehyun merasa bersalah.

Raja Acacia tersenyum. "Saya tidak peka, Anda pasti sangat lelah setelah perjalanan jauh. Kami sudah menyiapkan tempat Anda. Mari, saya antarkan."

Raja Acacia membawa Raja Jaehyun memasuki istana lagi. Raja Jaehyun berusaha untuk menjawab setiap kalimat yang diberi Raja Acacia sementara matanya tetap awas. Maniknya selalu menatap setiap bangunan yang ia lewati. Raja itu mencari-cari. Sejujurnya, ia bertanya-tanya di manakah sang putri. Ia cukup tersinggung tidak disambut putri kerajaan itu ketika datang. 

...

Putra Mahkota Johnny dan Putra Mahkota Taeyong berunding di meja runding. Sedikit lagi, penjabaran Putra Mahkota Johnny selesai. Sementara itu, Putra Mahkota Taeyong mendengarkan dengan saksama.

"Latihan bersama akan dilakukan di kaki Gunung Ryd," jelasnya sambil menunjuk peta Kerajaan Cholin. "Medan di sana mirip dengan medan perang yang akan digunakan nanti. Kami sudah menyiapkan segala akomodasi bagi Pasukan Panthera. Ah, kami akan menjemput pasukan Panthera di Pelabuhan Pierre."

"Ini akan menjadi penyatuan kekuatan yang hebat."

"Tentu, Putra Mahkota Lee. Kami juga akan mengikutsertakan Pasukan Cierro," tambah Putra Mahkota Johnny persuasif.

"Pasukan Cierro?" Putra Mahkota Taeyong pernah mendengar nama itu.

"Ya. Pasukan Cierro, senjata pembunuh kami. Mereka adalah pasukan terbaik kami, dipilih dan diseleksi bertahun-tahun. Terbaik di antara yang terbaik."

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang