11

690 90 30
                                    


Putri Haechan beranjak berdiri dan tersenyum senang. Ia meminjam pedang dari salah satu prajurit di dekatnya. Putri Haechan kemudian berjalan menuju Jaeyoon.

Putri Haechan dan Jaeyoon berdiri berhadapan. Putri Haechan memberi hormat dan diikuti Jaeyoon. Setelah itu, mereka memposisikan diri. Mereka menjadi perhatian para prajurit. Putri Haechan terlihat sangat antusias. Ia menyerang terlebih dahulu. Ia terus menyerang sementara Jaeyoon lebih memilih bertahan dan menghindar.

"Ayolah, Tuan," ajak Putri Haechan.

Sim Jaeyoon tertawa. "Maafkan aku. Ini masih terasa ganjil bagiku. Aku belum pernah berduel dengan perempuan," ucapnya.

Putri Haechan terus tersenyum. "Tidak apa. Aku akan sangat senang jika kau memberikan aku permainan yang benar."

"Kau yakin? Aku tidak mau kau terluka."

"Ya," balas putri sambil terus melakukan penyerangan, memicu terus agar pria di depannya balik menyerangnya.

"Baiklah."

Sim Jaeyoon mulai melakukan penyerangan juga. Ini semakin menyenangkan. Putri Haechan semakin sumringah. Sekarang ia juga melakukan pertahanan dan penyerangan. 

"Wah, aku dibuat kaget lagi," ujar Sunoo di samping Panglima Lee. Ia menatap duel antara Putri Haechan dan bangsawan Acacia yang melamarnya. Duel itu kira-kira berjarak 30 meter dari lokasi mereka menonton.

"Dulu Putri Haechan juga berlatih bersama kami. Beberapa tahun yang lalu," ucap salah satu prajurit yang ada di belakang mereka.

Sunoo melongo. "Benarkah? Wah, wah."

"Ya. Sayangnya putra mahkota melarangnya."

"Eh, bukankah putri sendiri yang akhirnya berhenti?" tanya prajurit lain.

"Setahuku putra mahkota yang tidak mengizinkannya lagi," ucap prajurit yang menanggapi Sunoo pertama.

Perbincangan itu menarik Panglima Lee untuk ikut ke dalamnya. Mengapa Putri Haechan tidak boleh sementara Putri Jaemin bahkan sampai menjadi Pasukan Cierro? Panglima Lee kemudian menolah pada Dominica yang berada di sampingnya. "Dominica, apakah kau tahu tentang ini?"

Dominica mengangguk. "Ya, Panglima. Dulu putri memang pernah berlatih bersama kami."

"Kau pernah berlatih dengannya?"

"Ya."

"Lalu kenapa dia berhenti?"

"Putri tidak mendapat izin untuk berlatih dari putra mahkota. Itu sebabnya putri berhenti," jawab Dominica.

Panglima Lee menatap duel itu lagi. "Jadi putri berlatih diam-diam?"

"Tidak. Awalnya putri mendapat izin dari putra mahkota untuk berlatih bersama para prajurit, tetapi setelahnya putri tidak diperbolehkan lagi."

"Kenapa?"

"Dari yang kudengar, putri ingin serius menjadi prajurit. Putri ingin masuk secara resmi. Itulah sebabnya putra mahkota menghentikannya. Sejak itu, kami tidak lagi berlatih bersama putri."

"Apakah Putri Jaemin juga berlatih bersama kalian?" tanya panglima lurus pada Dominica.

Dominica menggeleng. "Tidak, panglima," jawabnya.

"Benarkah?"

Dominica mengangguk. "Benar, panglima."

Panglima Lee menatap Dominica sambil berpikir.

Sim Jaeyoon terus menerima serangan dari Putri Haechan. Jaeyoon memang menyerang, tapi tentunya ia menakarnya agar sekiranya tidak mengenai putri. Sim Jaeyoon menangkis pedang putri ketika putri mencoba menyerangnya dari sebelah kiri. Pedang itu hampir terlepas dari genggaman putri karena tangkisan Jaeyoon kencang sekali, tetapi putri berhasil mengontrol dirinya sehingga pedang itu tidak lepas dari tangannya. Saat putri sedang mengembalikan kontrol tangannya, Sim Jaeyoon dengan kilat berbalik lalu menodongkan pedangnya pada putri.

Empat KerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang