9. m e l i s s a

44 10 8
                                    

Jum'at, 4 Maret 2016, Pukul 14.00

"Demi Tuhan, Koen, aku bersumpah jika kau tidak menemukan berkas itu, aku dengan senang hati akan membunuhmu"

"Tenanglah, aku sedang mencarinya,kau membuatku panik"

Drew baru saja datang di kediaman keluarga Barend, dengan style fashionnya yang cukup aneh, sweater biru dongker dengan gambar tupai imut di depannya, sekaligus celana Panjang hijau gelap dan sepatu vantouvel hitam, tak lupa syal berbulu yang sangat tebal dan juga rambut hitamnya yang ia beri pomade dengan bau menyengat, kulit pucatnya terlihat lebih pucat dari biasanya dikarenakan Belanda masih di landa musim dingin, rasanya rumah yang tenang menjadi ricuh seketika, Koen sengaja mengundangnya, tentu saja ia rekan kerjanya, Drew sendiri merasa lelah dengan rekannya ini, bagaimana bisa rekannya ini mengundangnya hanya untuk duduk di sofa dengan teh panas sembari melihat rekannya itu membongkar lemari usang yang ada di depan sofa itu.

"Sungguh nyalimu sangat besar Koen Barend, dengan bodohnya dirimu menempatkan berkas rahasia di depan lemari usang yang terpampang jelas di depanku ini"

"Ini rumahku Drew, aku sudah memperhitungkan segala resiko, jangan meremehkan diriku ini" Koen menjawab dengan santai, tangannya masih memilah dengan teliti segala macam berkas di lemari itu.

Tiba-tiba Drew tertawa kencang , jantung tercinta Koen rasanya seperti merosot ke lambungnya.

"Drew, hampir saja aku terkena serangan jantung, bisakah kau setidaknya izin kepada ku dulu jika ingin tertawa seperti itu" Untungnya Koen Barend masih bisa menyelamatkan jantung tercintanya itu.

"Sungguh bodoh.." ucap Drew masih dengan sedikit tawa

"Koen aku tidak percaya dengan dirimu" Drew menahan tawanya

Koen menaikkan alisnya, apa yang di maksud lelaki busung lapar ini? Batinnya.

"Aku yang membawa berkas itu, aku sudah lama memilikinya"

Ada sedikit jeda setelah kata-kata yang terlontar, dengan lemari usang yang terbuka lebar, berkas-berkas yang tercecer di lantai, Koen yang masih terduduk di lantai, Drew dengan wajah watados nya, menyeruput teh dengan anggun layaknya bangsawan Inggris, jika saja ada anjing poodle di sampingnya, maka itu akan menjadi sebuah karya seni yang luar biasa.

"Berbahagialah, Tuhan masih sangat baik denganmu hari ini" Koen menghela nafas nya, mencoba menenangkan amarah yang menggebu-gebu.

Drew hanya tersenyum dengan senyuman tanpa dosa andalannya, ia mengambil berkas yang dimaksud, meletakkannya diatas meja rendah di depannya, tertulis jelas 29.02.92 dan dibawahnya ada nama Koen.

"Aku membawa berkas ini, dikarenakan kau yang menyuruhku, kau bilang lemari berkas di rumah dan di kantor sudah sangat penuh, ada tiga file lain yang masih aku pegang"

Koen membuka berkas itu, semua peristiwa 29.02.92 dijelaskan dengan sangat rinci di berkas itu, Koen membacanya sekilas lalu menutupnya kembali.

"Aku sedikit khawatir dengan Anouk, sekolahnya bisa menjadi mangsa yang bagus untuk manusia sinting itu" Ucap Koen.

"Sampai sekarang kita pun belum tahu siapa pelak-"

TingTong........

"Siapa itu?" Suara Drew menjadi tegang.

"Ku pastikan tidak ada yang tahu keberadaanku, kecuali orang terdekat"

Koen melangkah pelan menuju pintu depan rumah itu, pintu itu ada di sebelah kiri sofa, ada sedikit jarak dari sofa menuju pintu itu jadi tidak terlalu dekat, Koen bersiap dengan pistol di sakunya, mencoba membuka pintu dengan tenang.

29.02 | Unsolved case ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang