10. c o n c l u s i o n

47 10 11
                                    

Kini remaja itu terduduk di sofa dengan kepala menunduk, sementara dua laki-laki lainnya berdiri di depannya.

"Mengapa kau tak menceritakan itu padaku?" Tanya Koen.

"Aku sebenarnya ingin membahasnya tapi kau-"

"Dan kau juga naik bis SENDIRIAN, di luar berbahaya Anouk" Balas Koen lagi dengan menekankan kata sendirian.

"Ya ya ya, maafkan aku, omong-omong aku telah menyelidiki hal itu"

"Dan MENYELIDIKINYA" Lalu dibalas oleh Drew, dengan emosi yang sama.

"Ok ok, aku tau kalian khawatir tapi aku yakin, Koen kau akan bersyukur karena aku ditakdirkan menjadi adikmu, lihatlah!" Anouk mengeluarkan buku catatan kasusnya dari dalam tas, membalik setiap lembar dan akhirnya berhenti di suatu halaman.

Koen menghela napas panjang, rasanya lelah jika ia harus berdebat dengan adiknya, sementara rekannya Drew masih mengomeli adiknya itu, kesal saja dirinya melihat Koen yang diam saja.

"Ini dia, Benjamin Edwin tinggal di Fregatstraat, ibunya perawat di St. Antonius Ziekenhuis dan ayahnya pemilik butik di The 9 Straatjes, ia tinggal bersama pembantunya, orang tuanya jarang di rumah, ia sendiri tidak terlalu peduli dengan orangtuanya, merupakan anak yang sangat baik, tak memiliki musuh dan mengikuti klub basket di sekolah"

Drew dan Koen terpaku di tempatnya, baiklah mulai sekarang Koen akan bersyukur karena adiknya adalah Anouk Barend.

"Oh iya tambahan, aku punya dua bukti dan juga aku sudah mewawancarai beberapa saksi dari kelasnya dan juga teman dekatnya, luar biasa bukan?" Anouk dengan mata berbinar-binar terlihat sangat bangga dengan dirinya sendiri.

"Apa kau yakin dengan semua informasi itu?" Tanya Drew dengan nada mengejek.

"Tentu saja, kalian tinggal membuktikannya saja kepadaku" Jawab Anouk dengan dagu yang terangkat menujukkan rasa kesombongan.

"Dasar remaja, Koen apa kau mendidik adikmu dengan baik, lihatlah dia, astaga sungguh, kalian sama saja ternyata" Drew tak kuat menahan emosinya, rasanya seperti ia kalah di sebuah pertandingan, ibaratkan ia adalah singa dan yang mengalahkannya adalah itik kecil, memalukan.

"Melissa sudah kesana bukan?" Tanya Koen.

"Ya ya ya" Jawab Drew malas.

"Baiklah ayo kita ke sana, Anouk ikutlah dan bawa buku catatan mu itu kita akan membuktikan hasil penyelidikanmu itu" Koen menuju ke kamarnya dan mengganti baju, membiarkan adiknya dan rekannya terdiam kebingungan di ruang tamu.

"Oh ya kalian juga harus ganti baju"

Hanya butuh waktu dua menit untuk Koen mengganti baju pausnya menjadi jas hitam, ia pun membawa satu setelan jas lagi untuk rekannya.

"Kita harus menggunakan aksen hitam agar memberikan suasana berduka" Lanjut Koen.

Drew mengambil jas itu, Anouk segera menuju kamarnya dan berganti baju, tak lama ia keluar dari kamarnya sudah menggunakan dress tutu lengan panjang warna hitam gelap dan sepasang kaus kaki putih, rok dress nya cukup panjang dan sopan.

"Baiklah, bersiaplah Anouk semoga kau tidak salah" Ucap Koen.

Anouk terkekeh.

"Aku tidak pernah salah menerka Koen"

*****

Mereka sudah sampai di Fregatstraat, Fregatstraat merupakan jalanan di kota Utrecht. Dihiasi oleh rumah-rumah, ada lagi jalanan seperti Galjoenstraat dan Barkasstraat, intinya jika ada kata straat itu sama saja seperti street dalam bahasa inggris.

29.02 | Unsolved case ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang