Sabtu, 26 Februari 2016, Pukul 21.30
Malam yang sunyi di kediaman Keluarga Ludwig, tenang seperti hari-hari sebelumnya, tak ada yang aneh bagi mereka untuk sesaat sebelum ketukan pintu misterius yang terdengar nyaring di ruang tamu.
"Sayang, apa kau ada janji? " Mrs. Ludwig tengah sibuk membersihkan gelas kopi milik suaminya ketika ketukan pintu terdengar.
"Tidak, tak ada yang membuat janji denganku" Jawab Suaminya.
"Coba kau lihat" Istrinya makin gundah, perasaan tidak enak menyeruak di dalam tubuhnya.
Mr. Ludwig berdiri dari kursi sandarnya di ruang tamu, berjalan pelan menuju jendela untuk mengintip siapakah tamu itu, yang rela mengetuk pintu seorang pak kepala Sekolah Pete Baren's, yang sejujurnya tak pernah ada satupun tamu nya yang berani datang di malam hari, karena tentu saja, tidak sopan.
Dari celah jendela rumahnya, terlihat jelas seorang pria paruh baya dengan coat hitam dan flat cap abu-abu di kepalanya, rambutnya coklat gelap dan wajahnya sangat tampan untuk pria seusianya, penampilannya terlihat rapi, rahangnya tajam dan mata hazel terangnya , terlihat artistik bagi para seniman, jika saja ia tak berumur 40 tahun lebih, permasalahannya adalah sudah ada kerutan di wajahnya, faktor karena ia sudah hidup lama atau bisa saja karena pekerjaan melelahkan, mungkin para seniman akan menyewanya sebagai model lukisan mereka atau mungkin saja ada desainer yang ingin menjadikannya sebagai model pakaian, wajar saja ia tinggi, mungkin tingginya 187 cm, tapi karena kerutan itu, sudah mengurangi kesempurnaannya, tapi sejujurnya tidak mengurangi kesempurnaannya jika kau lihat secara langsung.
Kembali ke Mr. Ludwig yang tengah mematung di depan jendela, betapa terkejutnya melihat pria biadab satu ini, lupakan sejenak ketampanannya, ia tetaplah seorang biadab bagi Mr. Ludwig, sekujur tubuhnya bergetar penuh kengerian, memori 24 tahun lalu terlintas begitu saja di kepalanya, mungkin pria itu bukan dalang utama tapi sejujurnya ia lebih dari sekedar pemeran kedua.
"Sayang siapa itu? " Mrs. Ludwig mulai panik, suaminya tak pernah begitu ketakutan sebelumnya, menandakan sebuah hal buruk yang akan terjadi sebentar lagi
"Masuklah ke kamar" Ucap suaminya datar, masih dengan menatap jendela di depannya.
"Tapi bagaimana jika kau dalam bahaya? " Sinyal bahaya berbunyi, Mrs. Ludwig tahu pasti siapa yang datang saat itu, salah satu dari pemeran tragedi berdarah 24 tahun lalu.
"Selamatkan dirimu, jangan sampai kau terlihat olehnya" Mr. Ludwig menoleh kearah istrinya, pandangan yang sulit diartikan, bagi Mrs. Ludwig, ini adalah pertanda jika sebentar lagi-
"HEI PAK TUA, BUKA PINTUNYA, AKU KEDINGINAN!!!"
Mrs. Ludwig segera berlari menuju tangga , dengan cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya, sekarang tinggal Mr. Ludwig, sendirian di depan pintu, dengan gemetar yang hebat mencoba membuka kenop pintu bulat berwarna emas di depannya.
Cklek...
"Astaga lama sekali kau membuka pintu" Ucap pria itu yang tanpa basa-basi langsung menghempaskan dirinya menuju sofa ruang tamu Mr. Ludwig.
"Apa mau mu?" Mr. Ludwig mencoba tetap tenang, pria di depannya ini bisa saja mempermainkan nyawanya dengan mudah jika ia tidak hati-hati atau terlalu panik.

KAMU SEDANG MEMBACA
29.02 | Unsolved case ✔
Mystery / ThrillerKasus 29.02.92 sudah ditutup sejak 2004, pelaku sampai saat ini belum ditemukan, kasus itu datang lagi di 2016 secara perlahan tapi pasti, dan target utama nya adalah salah satu murid dari sekolah menengah atas di kota Utrecht, Belanda. Bziiip... Li...