17. s p y

43 7 25
                                    


“Apa yang kau lakukan? “ Koen membuka pintu kamar Anouk, membuat adiknya tersentak.

“Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu! “ Ucapnya ketus

Koen hanya memutar bola matanya malas, ia lebih tertarik dengan apa yang Anouk lihat dari layar ponsel nya.

“Anouk Barend bersiaplah untuk mati, jaga dirimu, apa-apaan itu? “ Koen meraih ponsel Anouk, tak percaya apa yang telah ia baca.

“Kembalikan ponselku, kau tak punya hak untuk mengambil dengan seenaknya” Tegas Anouk, ia berhasil mendapat ponsel nya, menyisakan Koen dengan amarah menggebu-gebu.

“Apa itu? “ Tanya Koen, Anouk seperti tak peduli dengan kakaknya, ia sibuk sendiri dengan menghapus foto surat yang terbaca oleh Koen tadi.

“Anouk Barend, apa itu? “

Hening.

“Anouk aku bersumpah-“

“Ini surat teror, puas? “ Jawab Anouk setelah ia menyadari bahwa Koen telah kehabisan kesabarannya.

“Apa maksudmu berlagak seperti itu, aku kakakmu, aku berhak tau bahaya yang kau hadapi, mengapa menyembunyikan nya”

Koen lelah berdebat, jujur saja ia tahu bahwa Anouk sangat senang menyelidiki sesuatu bersama teman-temannya, tapi ia tak ingin terbuka dengan kakaknya sendiri, ia seperti membuat dinding tebal untuk kakaknya.

“Aku menyembunyikan nya karena kau selalu berlebihan dalam upaya melindungi ku dan jika aku menceritakan nya, kau selalu marah, lalu kesal padaku, aku hanya ingin membantu”

Tak terasa oleh Anouk, air matanya sudah mengalir deras, ia takut, gundah, khawatir, bingung harus melakukan apa, ia juga bingung mengapa ia ingin menyelidiki ini sebelumnya, apa yang terlintas di pikirannya kala itu, ia tau resikonya tapi ia tidak tahu alasan ia ingin menyelidiki ini.

Koen menghela nafas panjang, sebelum ia tersenyum lalu memeluk adiknya, mungkin ia kesal tapi ia juga tidak ingin memberikan tekanan kepada adiknya, ia sudah melalui banyak hal sejak kecil.

“Heyy jangan sedih, aku akan membantumu asal kau mengatakannya kepadaku” Ucap Koen sembari menepuk pundak adiknya.

Anouk makin menjadi-jadi, menyebalkan padahal tadi sudah hampir berhenti tapi dengan Koen yang seperti itu, ia menangis lagi, lalu akhirnya Koen kewalahan dan memilih meninggalkan adiknya ke dapur untuk makan sandwich dari minimarket dekat penginapan.

*****


Pukul 13.00, 2 jam sebelum pertemuan tim penyelidik

“Bagaimana kau bisa kehilangan rekaman itu?!!” Tegas seorang laki-laki yang tengah berdiri di halaman belakang sekolah dengan teman lainnya dan seorang gadis yang lebih muda dari mereka.

“Maaf, sepertinya aku menjatuhkannya di jalan tapi aku tidak menemukannya lagi” Ucap Gadis itu

“Bisa gawat jika dia tahu bahwa kita menghilangkannya” Ucap teman laki-lakinya

“Siapa Mr. Boone, hahah biar dia saja yang dihukum” Ucap laki-laki itu lagi sembari tertawa didepan rekannya dan murid perempuan itu.

“Kau lupa, aku Efrosina” Gadis itu tersenyum licik

“Ya untung saja ia bukan murid perempuan pada umunya, apa selanjutnya?” tanya laki-laki itu

“Tentu saja memancing Anouk dan Anne untuk kembali”

“Tapi kau menghilangkan rekamannya “

“Tenang saja, aku akan menemukannya
asalkan rekaman itu tidak didapatkan oleh teman Anouk yang sok tau itu”

29.02 | Unsolved case ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang