Sesampainya di rumah, Yeji langsung naik ke kamarnya setelah mengucapkan terima kasih kepada sang Kakak.
Ia membaringkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Moodnya benar-benar jelek.
"Yeeun siapanya Jeno ya?"
"Kok mereka kayak deket banget?"
"Lucu banget kalo dilihat."
"Huhuhu Yeeun juga cantik banget."
Ya gitu deh Yeji kalo overthinkingnya mulai kambuh.
Yeji itu tipe yang suka overthinking dan insecure. Dia gak sadar kalo dianya juga cantik banget. Bahkan beberapa anak laki-laki kelas lain ada yang naksir dia. Cuma ya gitu. Dianya gak sadar. Heuh.
Lagi asik asik overthinking, Jennie buka pintu kamar Yeji tiba-tiba.
"Ji, mau ikut ke bandara?" tanya Jennie.
Yeji langsung mendudukkan dirinya.
"Bandara?"
Jennie kemudian tersenyum dengan sangat lebar.
"Papa pulang!"
Detik itu juga mood Yeji langsung kembali naik bahkan lebih dari sebelumnya. Ia langsung menganggukkan kepalanya dan bersiap-siap untuk menjemput sang Papa di bandara.
⛅ ⛅ ⛅
Seorang laki-laki berdiri di depan sebuah pintu berwarna hitam dengan wajah tegangnya. Tangannya terulur untuk mengetuk pintu tersebut. Namun ia urungkan. Hal itu sudah berlangsung selama 10 menit.
Ia menarik napas kemudian melepaskannya dengan sedikit kasar.
Tangannya kembali terulur untuk mengetuk pintu hitam di hadapannya ini.
tok tok tok!
"Masuk."
Suara berat seorang di dalam sana mempersilakan laki-laki itu untuk masuk.
Ketika membuka pintu, ia langsung disuguhkan oleh pemandangan seorang pria paruh baya yang sedang sibuk dengan beberapa dokumen di mejanya.
Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya ke laki-laki yang saat ini sudah berdiri di hadapannya.
"Jeno... Kenapa, Jen?" tanya pria itu sambil tersenyum.
Jeno tampak ragu untuk mengatakan maksud tujuannya memasuki ruangan ini.
"Bedros cari gara-gara lagi sama Osric, Pa..."
Jeno menghela napas lega setelah mengatakan hal itu.
Sang Papa mengerutkan keningnya. "Bedros geng SMA Bintang Harapan?"
Jeno mengangguk sebagai jawaban.
"Kali ini siapa yang jadi sasarannya?" tanya sang Papa.
"Bang Changbin."
Sebelum SuhoㅡPapanya sempat membuka mulut, Jeno langsung menambahkan,
"Alumni Osric."
Suho mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menatap putra bungsunya itu.
"Bilang aja, apa rencana kalian? Papa tahu kamu kesini pasti udah ada rencana, kan?"
Ya, Suho sangat mengerti putra putranya. Bahkan disaat seperti ini pun, pria itu masih sangat mengerti putra bungsunya ini.
Sedangkan Jeno tampak ragu untuk memberitahu Suho tentang rencana yang sudah dipikirkan olehnya dan yang lain kemarin.
Namun, mau tidak mau ia harus memberitahunya pada Suho. Ayahnya yang juga merupakan pemilik sekolah berhak tahu apa yang akan mereka lakukan.
Dengan keberanian, Jeno mulai memberitahu apa rencana mereka kedepannya. Suho mendengarkan dengan seksama. Sesekali ia memberi saran yang tepat agar mereka tidak terlalu jauh berbuat.
Setelah kurang lebih 15 menit berbincang, Jeno bisa bernapas lega.
Suho tersenyum melihat putra bungsunya.
"Habis ini mau kemana, Jen?" tanya Suho.
"Kumpul sama yang lain di basecamp. Jeno ijin pulang agak malem."
Suho menganggukkan kepalanya. "Hati-hati."
"Makasih, Pa," kata Jeno sebelum akhirnya ia berbalik untuk kembali ke kamarnya.
Namun perkataan Suho setelahnya membuat Jeno sempat berhenti.
"Papa seneng kamu bisa deket lagi sama Jaehyun, Jen."
⛅ ⛅ ⛅
haiiiiii
apa kabar semuaaaa???lama banget gak update :"
guysss gue udah utbk ueeee akhirnya bisa update ini lagiiii hihimaaf yaa harus rest lama dan gantungin kalian :(
semoga pada suka chapter iniiii ^^
see ya !
KAMU SEDANG MEMBACA
[hiatus] softest. | jeno + yeji
Fanfiction⚠️ harsh words ⚠️ start : 21 / 02 / 21 end : -