dua puluh lima.

1.3K 233 78
                                    

Sejak tadi Karina sudah memaksa Yeji untuk mengatakan penyebab kedua matanya bengkak seperti sekarang. Tapi Yeji tetap tidak mau memberitahukannya pada Karina.

Sadar atau tidak, Jeno sedaritadi juga ikut memperhatikan gadis itu.

"Ji..." panggil Karina yang sepertinya sudah menyerah untuk memaksa sahabatnya itu.

Karina kemudian berbisik, "Gue tahu lo nangis di rooftop tadi pagi."

Perkataan Karina membuat mata Yeji kembali memanas. Yeji menundukkan kepalanya lagi untuk menahan agar air matanya tidak turun kembali.

Karina langsung menarik tangan sahabatnya itu untuk keluar dari kelas. Sebelum itu, gadis cantik itu sempat berbicara pada Lia sebentar sebelum akhirnya keluar kelas bersama dengan Yeji.

Jeno khawatir? Dia tidak tahu. Hanya saja, perasaannya tidak nyaman melihat keadaan Yeji yang sepertinya sedang tidak baik baik saja.

Laki-laki itu kemudian menghampiri Lia yang duduk tenang sambil bermain hp.

"Li."

Lia mendongak dan tersenyum tipis pada Jeno. "Kenapa, Jen?"

Sebenarnya Jeno bingung bagaimana menanyakannya pada Lia.

"Ehm.. Tadi Karina kemana sama Yeji?"

Lia menipiskan bibirnya. "Gak tahu, Jen. Karina cuma minta tolong buat ijinin dia sama Yeji ke guru."

Jeno mengangguk paham kemudian kembali ke bangkunya dengan perasaan tidak nyaman.


⛅ ⛅ ⛅


Sebuah cafe kecil yang terletak tidak jauh dari SMA Osric menjadi tempat seorang gadis menumpahkan segala isi hatinya dengan tangisan.

Sang sahabat yang duduk tepat di sebelahnya hanya bisa memberikan pelukan dan tepukan pelan pada punggung gadis itu.

"Sakit banget ya, Ji..."

Karina sebenarnya tidak tahan melihat Yeji yang menangis seperti ini. Ingin rasanya ia marah marah. Tapi tidak tahu mau marah ke siapa.

Jeno? Laki-laki itu tidak salah. Begitu pula Yeji. Tidak ada yang salah disini.

Ah! Ada yang salah. Ada orang yang benar benar salah.

Haechan, Hyunjin, dan Eric.

Mereka yang salah. Menurut Karina.

Karena apapun yang ketiga orang itu lakukan, akan salah dimata Karina. Sekesel itu Karina sama trio curut itu.

"Rin..."

Panggilan Yeji membuat Karina tersadar akan lamunannya.

"Kenapa, Ji?"

"Sesakit ini ya, suka sama orang yang udah ada pacar?"

Hati Karina rasanya benar-benar sakit mendengar perkataan itu dari sahabatnya.

Karina tidak bisa menjawab. Ia hanya memeluk Yeji. Ia harap bisa memberikan ketenangan dari pelukannya.




































Yeji sampai di rumahnya dengan keadaan lemas. Ternyata sakit hati rasanya kayak gini, batinnya.

Gadis itu segera naik ke kamarnya dan membersihkan diri. Tak lama setelah itu, ia membaringkan tubuhnya di kasur dan membungkus dirinya dengan selimut tebal.

Ia hanya ingin beristirahat saat ini.



⛅ ⛅ ⛅



Di lain sisi, seorang laki-laki dengan seragam sekolahnya berdiri di depan sebuah nisan bertuliskan nama seseorang disana.

Bunga yang sedari tadi berada di genggamannya, ia letakkan dengan pelan di depan nisan tersebut.

Senyum tipis terbit di wajah tampan seorang Arjeno Kalandra. Jarang sekali laki-laki itu tersenyum seperti ini.

"Udah lama aku gak kesini, Sal," ujar laki-laki itu pada nisan di depannya.

"Dua minggu lalu aku harus tidur di rumah sakit, Sal. Kena sasaran anak sekolah lain hehe. Tapi sekarang aku udah sembuh dan bisa ngunjungin kamu lagi. Kamu kangen gak sih sama aku?"

Dia terdiam setelahnya seolah menunggu sang lawan bicara untuk membalas perkataannya.

"Sal, masa aku baru sadar kalo ada cewek yang mirip banget sama kamu," lanjutnya setelah dua menit tidak mendapat jawaban.

"Namanya Yeji. Dia persis banget kayak kamu. Pemalu tapi lucu. Kalo lihat dia, rasanya aku kayak lihat kamu lagi.."

Laki-laki itu kemudian menghela napasnya. "Tapi aku gak mau ada yang gantiin posisi kamu. Dan aku gak akan biarin siapapun untuk gantiin posisi kamu, Sal. Kamu tenang aja."

Setelah mengucapkan beberapa kalimat itu, tangannya terulur untuk mengelus nisan berukirkan nama 'Salsabilla Devina' disana. Ia tersenyum sebentar sebelum akhirnya berdiri dari posisi jongkoknya.

"Aku balik ya, Sal. Minggu depan aku pasti kesini lagi," ucapnya.

Kemudian Jeno beranjak pergi darisana.








⛅ ⛅ ⛅







nambah pikiran lagi yukkk hihihi

guyss, maaf ya kalo misal isi perchapternya gak konsisten. ada yang panjang, ada yang pendek :( semoga kalian tetep enjoy buat baca cerita guee♡

gue baru sadar juga kalo ternyata di book ini jarang ada moment uwu gitu yaaa wkwkwkw soon yaaa!! pasti ada kok tenang ajaa

thank you buat yang udah jawab di chapter sebelumnya! dan thank you buat kalian semua yang selalu nungguin, baca, vote, dan komen di book iniii♡

semoga kalian suka chapter ini yaa guyss!

see ya!


[hiatus] softest. | jeno + yejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang