delapan.

1.8K 345 144
                                    

heyyo! double update for todayyyyy!
jangan lupa cek chapter sebelumnya ya buat yg belom baca hehehe

happy reading!








































Hari ini adalah kali kedua kelompok Jeno, Haechan, dan Yeji mengadakan kerja kelompok. Haechan yang sangat malas, terpaksa harus ikut akibat ancaman Jeno.

"Ini apa miskah? Gue gak paham," kata Haechan setelah melihat hasil kerja Jeno dan Yeji sebelumnya.

"Lo gak paham bagian mana, Chan?" tanya Yeji.

"Gue gak paham kenapa gue bisa ada disini sekarang."

Yeji tertawa kecil. Ia tahu betul bahwa Haechan ini tipe siswa yang sangat enggan untuk belajar. Namun sekalinya ia belajar, laki-laki itu bisa dengan mudah menjawab soal-soal sulit sekalipun.

"Mau gue ajarin?"

Tawaran Yeji barusan menarik atensi kedua laki-laki yang duduk di hadapannya saat ini. Tidak hanya Haechan, Jeno pun ikut menatap gadis itu.

"Lo yakin mau ngajarin dia, Ji?" tanya Jeno tidak percaya. Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya lucu.

"Yaampun, Ji. Kok lo lucu banget sih, sini ajarin gue," kata Haechan tiba-tiba. Ia berdiri dan berpindah kursi menjadi di sebelah Yeji.

Yeji yang murni ingin mengajari Haechan hanya tersenyum kecil. Berbeda dengan Jeno yang malah menatap Haechan tajam.































Tiga puluh menit berlalu, Yeji masih fokus mengajari Haechan. Namun diselingi tawa dari keduanya. Mengabaikan seorang laki-laki yang sedang fokus mengerjakan tugas miliknya.

"Lucu banget lo, Ji. Hahaha," kata Haechan sambil tertawa.


takk!



Kedua orang itu langsung menatap ke arah Jeno yang meletakkan pensilnya dengan kasar.

"Kalian kalo mau pacaran jangan disini. Sadar gak kita disini buat apa? Buat ngerjain tugas kelompok kan? Fokus!"

Haechan dan Yeji sama sama terdiam.

Jeno marah.

Iya, laki-laki itu marah.

Laki-laki itu kemudian membereskan buku-buku dan alat tulisnya. Ia berdiri dengan menenteng tas ranselnya.

"Gue balik."

Setelahnya, laki-laki itu keluar dari cafe tanpa mendengarkan balasan dari kedua teman kelompoknya.




"Mampus. Jeno marah. Habis gue," umpat Haechan pelan.

Sedangkan Yeji, gadis itu menundukkan kepala sambil meremas lututnya yang berbalut celana jeans.

"Ji, gue nyusulin Jeno ya. Lo gak papa kan sendiri disini?" tanya Haechan dan dibalas anggukan oleh Yeji.

Haechan kemudian mengambil kunci motornya dan bergegas keluar untuk menyusul Jeno.

Setelah kepergian Haechan, Yeji menangis. Ia merasa sangat bodoh dan bersalah kepada Jeno. Bisa-bisanya ia malah bercanda ketika seharusnya mereka mengerjakan tugas kelompok mereka.

"Yeji bego..."





⛅   ⛅   ⛅




Seorang gadis berjalan menuju ke arah halte bis dengan pandangan kosong dan tidak bersemangat. Berulang kali tangannya ia gunakan untuk memukul kepalanya.

"Kok lo bego banget sih, Ji? Ih bego bangetttt!"

Sekali lagi ia memukul kepalanya.












"Gak usah dipukul lagi kepalanya."

Langkahnya terhenti ketika suara seseorang yang sangat ia kenal terdengar di telinganya. Ia membalikkan tubuhnya dan menemukan seorang yang siang tadi memarahinya berdiri di depannya dengan pakaian yang sama.

"J-jeno..."

Jeno berjalan mendekati Yeji dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya.

Laki-laki itu berhenti tepat di hadapan Yeji. Ia sedikit menunduk untuk menyamakan tingginya dengan sang perempuan.

"Maafin gue ya, Ji," katanya sambil menepuk pelan kepala gadis itu.

Namun tiba-tiba Yeji menangis. Membuat Jeno kaget dan beberapa orang yang lewat menatap mereka dengan penuh tanya.

"J-ji? Kok nangis? Gue minta maaf," kata Jeno panik.

Bukannya menjawab, Yeji malah semakin menangis membuat orang-orang jadi berpikir yang tidak-tidak mengenai mereka.

Jeno yang bingung harus apa, menarik tangan Yeji ke taman kota yang kebetulan hanya berada beberapa meter dari mereka.

Ia menyuruh Yeji untuk duduk di bangku taman.

Yeji masih saja menangis, namun ia mengikuti perintah Jeno. Membuat laki-laki itu tertawa kecil.

Gemes banget, batin Jeno.



⛅   ⛅   ⛅


duh jeno udah mulai gemes sama yeji nih xixi

see ya on the next chapt guys!



[hiatus] softest. | jeno + yejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang