epilog

1K 100 3
                                    

"Ih anjir buset bang makin ganteng aja lo"

"Gila si udah beneran kaya bule"

"Mork Lee, beneran deh lo ih sumpah ga ngerti lagi gua"

"Wait, What? Who he's?"

"Ga usah soh Bahasa Inggris lo, dasar"

Menghembuskan nafas lalu terkekeh kecil, melihat bocah bocah-ah tidak mereka sudah tumbuh dewasa, apalagi Guanlin dia sangat tinggi.

"Kalian apaan deh, orang masih sama" jawab nya masih terkekeh pelan,

"Umur berapa deh Lin?" tanya Mark

"24, napa lo? mau ngledek?" ketusnya, jika dilihat dari gaya bicara Mark itu sudah sangat kentara jika sebuah ejekan.

"Gila aja 24 masih kuliah semester 2" kelakar Mark, lalu dia tertawa kencang sekali.

dukk

"Kakek kakek aja masih bisa kuliah, apa masalah nya kalo gua 24 tahun udah ga boleh, situ siapa? yang punya kampus?"

"Calm down brother" ucapnya masih tertawa, humor yang bisa dibilang rendah.

"Diem dong, jadi gimana?" tanya Jeno

"ayo sekarang aja?" lanjutnya kemudian di angguki oleh semua orang yang ada di sana.

Ah ya, itu Mark Lee dia baru saja pulang dari Kanada. Jangan tanya kenapa, dia di sana bekerja untuk membiayai dirinya dan bundanya, nasib baik berpihak pada Mark Lee saat itu, dirinya yang baru saja melakukan wisuda sudah mendapatkan pekerjaan di luar negeri, entah bagaimana bisa namun baginya itu semua keajaiban.

Mereka semua-Jeno dkk, ah ada Dejun juga-sedang berkumpul di cafe yang biasanya, cafe yang masih sama seperti dulu. Mereka berniat untuk mengunjungi makam Jaemin. Sudah lama tidak mengunjungi-tidak dengan Jeno dan Guanlin, mereka nyaris setiap minggu ke sana, membersihkan dedaunan yang menjatuhi makam itu, lalu mendoakannya. Katanya agar sedikit melepas rindu.

"Kapan pulangnya lo?" tanya Guanlin yang kebetulan satu mobil dan duduk di depan bersama Mark yang menyupir.

"Tadi pagi, niatnya kan cuma buat ke makam" jawab nya masih sibuk dengan setir.

"ga kerasa ya udah lumayan lama" timpal Jeno yang entah sejak kapan sudah mulai murung. Yah memang seperti ini jika mengenai Jaemin, saat mengunjungi dengan Guanlin pun selalu seperti itu. Saat bertepatan 1 tahun kematian Jaemin, Jeno menangis entah kenapa.

"Dia pasti udah seneng disana, jangan larut dalam kesedihan terus Jen" jawab mark lee melirik dari kaca di atasnya sebentar, lalu sedikit tersenyum. Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa dirinya pun sama seperti Jeno.

Lalu Jeno hanya tersenyum, sedikit.

Dan tak butuh waktu lama mobil Mark lee dan yang lain sudah berada di depan Pemakaman Kota. Mereka semua turun dan bergegas menuju kedalam.

Berjongkok berjajar di samping makan itu, dengan perasaan campur aduk tidak karuan.

"Na maaf baru dateng" ucap Mark Lee mengawali, "udah 2 tahun lo ninggalin gua sama yang lainnya" lanjutnya sembari mengusap nisan itu, dia sedang menahan tangis sebenarnya.

"Liat nih, temen temen lo udah segede gaban, gua aja kalah tinggi" kekehnya pelan,

"apaan deh, lo nya aja yang kurang gizi" timpal Guanlin lalu melengos dan ikut mengusap nisan itu pelan.

"Padahal lo belom makan tteokbokki sama gua, tapi lo udah pergi aja" ucap nya pilu, dia tidak menangis dia masih tertawa namun itu terdengar miris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[✔] THANK YOU || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang