[U]

279 57 17
                                    

   Saat ini, Tuan Park, ayah Jimin memberikan kuasa secara penuh kepada Jeongyeon untuk mengawasi Jimin, bahkan semenjak kasus Jimin yang berani membeli sabu di temannya, membuat Tuan Park mengizinkan Jeongyeon melakukan apapun untuk memperlancar tugasnya selaku bodyguard Jimin.

Jeongyeon tengah tersenyum, melakukan aktifitas sehari harinya. Sebenarnya, hal ini sangat membuatnya lelah karena Jeongyeon hampir tidak memiliki waktu libur terkecuali dia sakit, itu karena Jimin yang selalu saja membuat onar bahkan dihari libur sekolahnya.
Seperti biasa, kini Jeongyeon sibuk memandangi bangunan kokoh bertingkat yang menampung ribuan siswa berumur belasan tahun.

Americano yang di pesannya pun tengah tandas setengah, beberapa waktu lagi bel sekolah Jimin mungkin akan berdering. Setelah menandaskan americano juga menghabiskan hidangan ringan yang di pesannya, Jeongyeon beranjak. Dia hafal betul kapan bel sekolah Jimin berdering setiap harinya, setelah membayar pesanan nya, Jeongyeon berjalan santai menuju mobil yang diparkir tidak jauh dari tempatnya beristirahat.

Benar, setelah dirinya sampai dan bersandar di mobil sembari mengawasi gerbang sekolah Jimin, bel pun berdering. Gadis itu tersenyum saat maniknya menangkap siswa siswi yang mulai berhamburan keluar gerbang dengan riangnya, bercengkrama satu sama lain sembari tertawa tawa, ah memang menyenangkan ya kehidupan sekolah itu. Dirinya menangkap sosok pemuda dengan jaket tersampir dibahu kanan nya, pemuda itu memandang tidak suka ke arah Jeongyeon meski kakinya tetap berjalan menghampiri sang gadis.

"Selamat sore, tuan. Ada tempat yang ingin tuan kunjungi sebelum saya mengantarkan tuan pulang?"

"Cih, tidak perlu bertanya. Jika aku katakan tempat yang ingin aku datangi pun kau tidak akan mengantarkan ku,"

"Maaf tuan, jika boleh tahu, tuan ingin mampir kemana?"

"Bar baru diujung kota."

Mendengar jawaban pemuda itu, Jeongyeon menghela nafasnya perlahan. Anak semata wayang dari Tuan Park ini memang sangat sulit diatur, entah bagaimana dan mengapa Jimin besar menjadi bocah berandalan seperti ini. Apakah Tuan Park terlalu memanjakan nya atau dia terjerumus pergaulan teman teman disekolah elitnya? Terkadang Jimin benar benar merepotkan.

"Maaf tetapi saya tidak bisa menyanggupi permintaan tuan muda,"

"Aku sudah menduganya, dasar payah."

Jimin segera membuka pintu mobil, memasukinya lalu menutup pintu tersebut dengan membanting nya menciptakan suara yang cukup keras. Jeongyeon sudah biasa melihat hal ini jadi dia tidak ambil pusing dan bergegas menuju tempatnya, mengantarkan bocah ini pulang dan memastikan si bocah tetap aman sampai kediamannya adalah satu satunya isi pikiran Jeongyeon saat ini. Mobil mewah yang dikendarai Jeongyeon berjalan mulus membelah hiruk pikuk jalanan kota disore hari, waktu waktu seperti ini memang siswa siswi sekolah juga para pekerja pulang dari kegiatan mereka.

Setelah sibuk memfokuskan pandangannya menelusuri tiap jalan beraspal ini, secara tiba tiba terdengar suara dentuman keras disusul hilangnya kendali Jeongyeon atas mobil yang dibawanya, beruntung dia sempat menginjak pedal rem dan menghindari kecelakaan. Dengan bingung, Jeongyeon keluar dari mobil lantas mengecek apakah ada yang salah dengan mobil ini, benar saja. Tiga buah paku berukuran sedang menancap di salah satu ban mobil.

Belum sempat Jeongyeon kembali ke dalam mobil guna memberitahu Jimin mengenai bocornya ban mobil, pemuda itu sudah tidak ada dikursi penumpangnya. Jeongyeon berdecak, mengedarkan pandangannya ke sekitar, berusaha mencari dimana bocah merepotkan itu ada. Sepasang mata Jeongyeon menemukan Jimin yang tengah tertawa tawa dengan jarak berpuluh meter didepannya, saat ini Jeongyeon ada di pinggir jalan sedangkan Jimin telah menyebrangi jalanan dan berdiri disisi jalan lain.

Your EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang