[K]

248 54 5
                                    

   Bruk! Seorang gadis tampak terjerembab saat dirinya tidak sengaja menabrak seseorang, dengan cepat dia membungkuk dalam dalam sembari meminta maaf lantas kembali berlari. Gadis itu tergesa-gesa, dirinya harus sampai ditempat yang akan dituju secepatnya. Ya, dia tidak lain adalah Yoo Jeongyeon. Bodyguard cantik yang berkerja untuk keluarga Park.

Beberapa saat lalu, Jeongyeon dimintai tolong oleh Tuan besarnya untuk mengantarkan beberapa berkas. Namun tiba tiba saja sebuah pesan masuk di ponselnya, pesan itu berasal dari Jimin namun disana tertulis jika ponsel milik Jimin tengah dipegang oleh gurunya. Pagi tadi selepas bel masuk sekolah berbunyi, Jimin kabur dari sekolahnya namun dia dipergoki salah satu guru. Lantas guru tersebut mengikuti Jimin dan belum lama Jimin keluar dari lingkungan sekolah, pemuda itu ditabrak oleh sebuah mobil.

Itu sebabnya kini Jeongyeon berlari tergesa-gesa, dia berada di lorong rumah sakit saat ini. Gadis itu sibuk meneliti satu persatu kamar guna mencari nama kamar yang dihuni seorang pemuda bernama Park Jimin. Setelah beberapa lama Jeongyeon berlari sampai sampai dia menabrak orang orang yang tengah berlalu lalang didalam rumah sakit, akhirnya gadis itu menemukan kamar yang dituju nya. Jeongyeon segera merangsek masuk ke dalam kamar tersebut, disana dia melihat Jimin tengah berbaring diatas ranjang dengan kedua maniknya yang masih tertutup.

"Tuan muda!"

"Ah, selamat datang Nona Yoo. Maafkan aku sebagai guru nya tidak dapat menjaga Jimin sampai sampai dia seperti ini, aku sudah mencoba memperingati Jimin untuk tidak berlari dan kembali ke sekolah tetapi dia justru semakin berlari menjauh lalu tanpa di sadari sebuah mobil sudah menabrak Jimin,"

Seorang pria paruh baya menunduk ke arah Jeongyeon, tampaknya pria tersebut lah guru Jimin yang mengirimkan pesan kepada nya.

"Tidak perlu meminta maaf tuan, terimakasih banyak telah membawa tuan muda Park ke rumah sakit ini, untuk menjaga nya adalah tugas saya. Saya juga meminta maaf sebesar-besarnya karena tuan muda justru kabur dari sekolah,"

Jeongyeon balas membungkuk dalam dalam, mengucapkan kalimat permintaan maaf yang sama kepada guru Jimin yang belakangan Jeongyeon tahu bernama Mr. Lee, akhirnya pria paruh baya itu pamit kepada Jeongyeon. Kini hanya ada Jeongyeon sendiri didalam ruangan bernuansa serba putih dengan bau obat obatan. Dapat Jeongyeon lihat saat ini Jimin tengah dipasangkan alat bantu bernapas, gadis itu cemas. Apakah luka Jimin parah? Pikiran Jeongyeon berkecamuk, dia sangat merasa bersalah lantaran merasa gagal menjaga anak semata wayang dari Tuan besarnya.

Sebelum nya, Jeongyeon sudah memberitahu kepada Tuan Park jika anaknya mengalami kecelakaan. Tuan nya itupun berkata jika selesai rapat dia akan langsung menjenguk Jimin, meskipun Jeongyeon meminta maaf kepada Tuan Park namun majikan Jeongyeon itu tidak memarahi Jeongyeon. Tuan Park berkata dengan suara lembut jika ini bukanlah salahnya, tetapi tetap saja sampai detik ini dirinya masih merasa bersalah.

Jeongyeon duduk di kursi tunggu tidak jauh dari ranjang tempat Jimin masih terpejam. Gadis itu meremas jemarinya sembari menatap Jimin, tidak mengalihkan pandangannya dari pemuda itu barang sedetik pun.

"Tuan muda, tolong jangan tertidur terlalu lama.."

Jeongyeon berucap lirih, dia mengangkat tangannya. Ingin mengusap jemari Jimin yang masih terbalut infus, namun gadis itu terlalu ragu. Pada akhirnya Jeongyeon mengurungkan niatnya dan memilih untuk tetap terdiam sembari menunggu Jimin sadar.

Menit demi menit berlalu tanpa ada tanda bahwa Jimin akan membuka maniknya, tanpa sadar Jeongyeon tertidur. Dia sangat lelah setelah terus menerus bekerja ditambah hari ini Jeongyeon pergi ke kediaman Park, mengantarkan berkas kepada Tuan besarnya, lalu menerima kabar jika Jimin kecelakaan, gadis itu tidak berhenti sama sekali sekedar beristirahat. Tubuhnya amat penat meski Jeongyeon tidak merasakan hal tersebut lantaran amat cemas, kemarin pun di waktu yang seharusnya dihabiskan untuk mengistirahatkan tubuhnya justru diberi mandat untuk mengurus Jimin seharian di rumahnya.

Sudah satu jam lamanya Jeongyeon terlelap, disaat bersamaan Jimin mulai membuka maniknya. Dia mengerjap perlahan guna menyesuaikan pandangannya dengan ruangan asing yang ditempati nya. Pemuda itu merintih perlahan saat dirasa kepala dan beberapa bagian tubuhnya terasa sakit, namun dia kembali membungkam mulutnya lantaran Jimin sadar bahwa Jeongyeon terlelap disebelahnya. Gadis itu tampak amat lelah, tertidur dengan posisi yang kacau.

Jimin menatap lamat lamat ke arah Jeongyeon, jemari Jeongyeon terletak tidak jauh dari jemarinya saat ini. Terlihat bagaimana Jeongyeon berusaha mengusap jemari Jimin saat dirinya tidak sadar namun diurungkan. Pemuda itu diam diam tersenyum, mengarahkan jemarinya ke arah jemari Jeongyeon lalu mengusapnya. Jeongyeon tertidur dengan amat tenang sehingga usapan Jimin tidak mengganggu tidurnya.

"Jeongyeon.."

"...noona,"

Jimin meneruskan kalimatnya dengan ragu ragu, merasa aneh saat menyebutkan kata 'Noona' seperti yang Jungkook lakukan. Pemuda itu tidak tahu saja jika dia tengah mabuk maka Jimin akan tanpa sadar memanggil Jeongyeon dengan sebutan 'Noona' namun hanya saat mabuk, setelah nya Jimin amat jarang menyebut kan nama Jeongyeon. Biasanya dia hanya akan memanggil Jeongyeon dengan 'hei' atau 'kau' tanpa berniat melafalkan nama milik gadis tersebut.

"Tuan muda.." Terdengar suara serak dari Jeongyeon, gadis itu terbangun. Jimin dengan segera menarik jemarinya yang tadi masih menggenggam jemari Jeongyeon, pemuda itu berpura pura tidak melakukan apapun. Jimin tidak berkata sepatah katapun, tidak pula berniat menjawab sapaan Jeongyeon.

"Ada yang Tuan perlukan? Apa Tuan haus? Berkenan saya ambilkan minum? Atau masih ada yang sakit di tubuh Tuan? Ingin saya panggilkan dokter?" Jeongyeon tersenyum amat manis saat melihat Tuan mudanya sudah sadar, dia segera mengecek keadaan Jimin, memberi pemuda itu banyak pertanyaan.

"Tidak, aku tidak butuh apa apa."

Jeongyeon juga mengecek ponselnya karena dia bingung mengapa Tuan Park belum juga datang untuk menjenguk anaknya. Padahal pria paruh baya itu berkata jika akan segera menjenguk Jimin saat rapatnya telah usai, namun sampai saat ini tidak ada tanda tanda Tuan Park datang.

"Maaf Tuan tetapi ayah Tuan belum juga datang, apakah Tuan ingin saya kembali menghubungi ayah Tuan?"

"Tidak perlu." Jimin membalas dingin, jauh lebih dingin daripada perkataan nya tadi. Jeongyeon mengangguk mengiyakan perkataan Jimin, agaknya pemuda itu memang tidak terlalu mengharapkan kedatangan Ayahnya.

"Sebaiknya Tuan muda segera makan siang sekarang, saya akan keluar sebentar. Apa ada sesuatu yang ingin Tuan makan saat ini? Saya akan membelikannya untuk Tuan muda,"

"Terserah kau saja. Aku akan memakannua,"

"Baik Tuan,"

Jeongyeon beranjak dari tempatnya duduk, namun saat Jeongyeon akan berbalik guna keluar dari ruangan rawat ini, tiba-tiba saja Jeongyeon merasa sesuatu sedang menahannya. Dia kembali menoleh dan disana Jimin terlihat mencengkram bajunya dengan lemah. Jeongyeon menatap Jimin, bertanya mengapa Tuan mudanya menahannya.

"Apakah kau lelah?"

To be continued.

Hewyoo peeps! How about your day? Apa kabar? Gimana nih sama chapter yang ini? Jangan lupa tinggalin komentar kalian yaa. Oh iya, kalian tim mana nih? Tim JimJeong, 2Jung, SeokJeong?

Kalau berkenan baca juga cerita saya yang teenfict ya (judulnya Cleo sama Schatten killer) kalau kalian ngga suka teenfict boleh promosi cerita teenfict saya ke temen temen kalian ngga? Miris banget cerita saya masih dikit yang baca :"

Udah gitu ajaa.. Saya lagi semangat banget update cerita ini huhu. See ya next chapter, luv banyak banyak dari ai

Your EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang