[S]

254 49 12
                                    

  Seorang gadis dengan mantel tampak berjalan lemah menuju apotek. Rasa pening tak tertahankan, seakan ada bintang yang berputar mengelilingi kepalanya. Bibir gadis itu bergerak, mengatakan obat yang ingin dibelinya. Setelah pegawai apotek memberikan obat yang dimaksud, gadis itu segera berbalik guna kembali memasuki mobilnya. Namun belum sempat jemarinya menjamah pintu mobil, dia sudah ambruk begitu saja.

Gadis itu—Jeongyeon, hari ini dirinya mengambil cuti dari pekerjaannya lantaran tubuh Jeongyeon terasa sakit. Jeongyeon bahkan tidak bisa mendeskrepsikan lagi apa yang dia rasakan. Seakan seluruh tulang Jeongyeon terhantam sesuatu yang amat keras, linu sekali.

Sejujurnya selama satu tahun dia tidak pernah mengambil cuti, bahkan saat pusing pun Jeongyeon paksakan untuk bekerja. Namun tidak untuk hari ini. Rasanya Jeongyeon tidak kuat. Persetan dengan si bocah bengal, Jimin. Jeongyeon yakin Tuan Park bisa mengatasi anak itu atau setidaknya mencari pengganti Jeongyeon hanya untuk beberapa hari.

"Astaga, Jeongyeon!" Pekikan khawatir menguar dari bibir seseorang bersamaan dengan sebuah mobil berwarna putih berhenti disebelah Jeongyeon terbaring. Seokjin, pemuda itu kebetulan baru pulang dari mengunjungi teman sekaligus salah satu kontraktor di perusahaannya secara kebetulan melihat Jeongyeon ambruk tidak jauh di depannya. Seokjin bergegas menghampiri Jeongyeon.

"Oh Tuhan, badan mu panas sekali, bagaimana ini aku tidak tahu rumah mu,"

Seokjin membopong tubuh lemah Jeongyeon masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu dia menghubungi seorang bawahannya untuk mengurusi mobil Jeongyeon. Tidak mungkin dia meninggalkan mobil dinas Jeongyeon begitu saja. Setelah selesai, Seokjin bergegas masuk ke dalam mobilnya.

"Mm.. Pusing," Jeongyeon memegangi kepalanya. Sontak Seokjin menoleh ke belakang untuk mengecek keadaan Jeongyeon.

"Jangan terlalu banyak bergerak, kau baru saja pingsan. Lebih baik kau istirahat dulu didalam mobil ini sementara aku akan membawamu ke rumah sakit,"

"Oh.. Seokjin, aku tidak apa-apa. Tidak perlu membawa ku ke rumah sakit, lihat aku sudah membeli obat," Jeongyeon tersenyum lemah sembari mengangkat plastik kecil disebelah tangannya.

Seokjin menghela nafas, sepertinya gadis yang baru saja dirinya kenal ini sangat pekerja keras. Sampai-sampai tidak mempedulikan keadaan tubuhnya sendiri. Detik berikutnya Seokjin mengangguk sembari membalas senyuman Jeongyeon.

"Baik kalau begitu, tapi biarkan aku mengantarmu sampai rumah ya?"

"Huum, terimakasih Seokjin-ssi,"

———

Pulang sekolah, tidak seperti biasanya saat ini Jimin diantar sopir sementara yang disewa Ayahnya. Tentu saja pemuda itu hanya di antar jemput tanpa diawasi karena Tuan Park agaknya tidak peduli dengan pemuda itu untuk hari ini. Semua orang tahu jika hanya Jeongyeon yang dapat mengatasi kerusuhan yang disebabkan Jimin, jadi jika hari ini Jimin kabur atau semacamnya Tuan Park akan membiarkannya begitu saja. Memang siapa lagi yang bisa mengatasi bocah itu selain Jeongyeon?

"Antarkan aku ke rumah bodyguard ku cepat,"

Jimin mengatakan hal tersebut sebelum memasuki mobilnya, membuat sang sopir mengangguk patuh.

"Hei Jim, kau juga mau menemui Noona ya? Kebetulan sekali," Jungkook melenggang mendahului Jimin begitu saja dengan motor harley miliknya. Jungkook memang menyukai motor harley-davidson dan dirumahnya dia mempunyai beberapa koleksi motornya.

Pemuda itu mengangguk sopan ke arah sopir Jimin sebelum menoleh ke arah Jimin dengan sebuah senyuman. "Aku duluan ya," Jungkook melambai sebelum melesat dengan motor miliknya.

Your EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang